Neocloris Aquatica

Blog ini bertujuan untuk memberikan informasi data kepada taruna ataupun masyarakat luas untuk pembangunan kelautan perikanan indonesia yang lebih maju

Kamis, 06 Juni 2013



SEKAPUR SIRIH

Direktur Jendral Perikanan Budidaya
 








tingkat pemanfaatan dan kondisi sumberdaya lingkungan serta permasalahan yang ada diperairan umum tersebut dan pemanfaatan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan oleh masyarakat.
            Permasalahan utama yang muncul adalah stok ikan di perairan umum semakin mengalami tekanan yang tinggi dari berbagai sumber di antaranya akibat pencemaran, sedimentasi akibat penggundulan hutan, konversi lahan pertanian dan perkebunan menjadi pemukiman, penangkapan ikan secara berlebihan, introduksi jenis baru yang tidak dilakukan secara bijaksana dan akibat lainnya sehingga mengakibatkan berkurangnya kelimpahan stok ikan di perairan umum bersamaan dengan menurunnya mutu lingkungan perairan.
            Guna mengatasi menurunnya dan berkurangnya kelimpahan stok tersebut salah satu upaya adalah stocking/restocking yang dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan. Dalam mengatasi ketersediaan benih untuk stoking/restoking ini diperlukan teknologi pembenihan ikan yang direkormendasikan untuk dapat ditebar di perairan umum.
            Buku ini diterbitkan sebagai pedoman dalam pembenihan ikan di tingkat BBI Sentral, BBI Lokal, UPPU maupun Unit Pembenihan Rakyat (UPR) dalam memproduksi benih ikan perairan umum guna mengatasi perimasalahan yang terjadi.
Mudah-mudahan buku mi berguna dan berrnanfaat bagi kita semua. Amin

                                                                                  Derektur Jendral Perikanan Budidaya                                                                              


                                                                                       Dr. Ir. Fatuchri Sukadi, MS
Grass Carp
(Ctenopharyngodon idella)

I. PENDAHULUAN
            Gress Carp ( Ctenopharyngodon idella) berasal dari China bagian timur dan USSR didatangkan ke Indonesia pada tahun 1915 di Sumatera pada tahun 1949 didatangkan ke Jawa dengan tujuan untuk dibudidayakan.
Ikan grass carp atau dkenal juga dengan nama ikan koan merupakan ikan herbivore yang hidup di air tawar. Ikan jenis ini pemakan tumbuhan air seperti Hydrilla sp. Savina, rumput-rumputan dan tumbuhan lainya, sehingga jenis ini dapat dipakai sebagai ikan pengendali gulma air baik dikolam maupun di perairan umum.



 
 





Grass Carp

II. BIOLOGI
*      Secara sistimatika ikan Grass Carp termasuk dalam kelas Osteichthys, ordo Cypriniformes. famili Cyprinidae.
*      Ikan Grass Carp dapat mencapai ukuran maksimal panjang 120 cm dan bobot tubuh 20 kg.
*      Ciri -ciri fisik ikan ini adalah warna abu-abu gelap kekuningan dengan campuran perak kemilau, badan memanjang, kepa!a lebar dengan moncong bulat pendek. Gigi paringeal dalam deretan ganda dengan bentuk seperti sisir.
*      Induk Grass Carp sudah dapat memijah pada umur 3 - 4 tahun dengan berat betina mencapai 3 kg dan jantan 3 kg, pemijahan biasanya terjadi pada musim penghujan.
IlI. PEMB ENIHAN
1. Pemeliharaan Induk
            Induk dipelihara di kolam dengan ukuran kepadatan 0,2 - 0,3 kg/m2 setiap hari se!ain diberi pakan tumbuhan air atau rumput-rumputan juga diberi pakan buatan berupa pelet sebanyak 3 % dari berat total populasi dengan frekuensi pemberian sebanyak tiga kali sehari .

Tanda tanda induk marang gonad:

Betina :  
Perut bagian bawah membesar, bila ditekan terasa lembek, lubang kelamin kemerahan
dan agak menyembul keluar serta gerakan agak lambat.

Jantan :   
Dibandingkan dengan betina  sirip dada bagian atas lebih kasar dan bila bagian       perut
diurut kearah lubang kelamin akan ke1uar cairan putih.

2. Pemijahan
            Cara Pemijahan ikan grass carp dapat dilakukan dengan beberapa cara di antaranya:
A. Induceed Breeding
v  Pemijahan cecara insuceed Breeding” yaitu dengan menyuntikkan hormone perangsang yang berasal ikan donor atau menggunakan Ovaprim.
v  Induk betina disuntik 2 x dengan selang waktu 4 – 6 jam , apabila menggunakan  kelenjar hipofisa 2 dosis tapi bila menginginkan ovaprim dengan dosis 0,5 ml/kg. Penyuntikan pertama 1/3 bagian dan penyuntikan kedua 2/3 bagian.
v  Induk jantan disun tik sekali bila menggunakan kelenjar hipofisa 1 dosis, bila menggunakan Ovaprim 0,15 ml/kg dan dilakukan bersamaan dengan penyuntikan kedua induk betina.
v  Kedua induk kan setelah disuntik dimasukan ke dalam bak pemijahan yang dilengkapi dengan hapa, enam jam setelah penyuntikan pertama diperiksa kesiapan ovulasinya setiap satu jam sekali.
v  Ikan yang akan memijah biasanya disirikan dengan saling kejar, perut besar dan lunak, keluar cairan kuning dari lubang kelamin atau lubang kelaminnya kemerah-merahan dan agak menyembul keluar.
v  Setelah tanda-tanda tersebut terlihat induk jantan dan betina diangkat untuk dilakukan striping yaitu dengan mengurut bagian perut kearah lubang kelamin. Telurnya ditampung dalam wadah baki plastik dan pada saat bersamaan induk jantan distriping dan spermanya ditampung dalam wadah yang lain kemudian diencerkan dengan larutan fisiologis (NaCi 0,9%) atau cairan infus Sodium Kiorida.
v  Sperma yang telah diencerkan dimasukkan kedalam wadah telur secara perlahan-lahan serta diaduk dengan menggunakan bulu ayam. Tambahkan air bersih dan aduklah secara merata sehingga pembuahan dapat berlangsung dengan baik, untuk mencuci telur dari darah dan kotoran serta sisa sperma tambahkan lagi air bersih kemudian airnya dibuang. Lakukan beberapa kali sampai bersih, setelah bersih telur dipindahkan kedalam wadah yang lebih besar dan berisi air serta diberi aerasi, biarkan selama kurang lebih satu jam sampai mengembang secara maksimal.

Induceed Spawning
v  Pemijahan secara “Induceed Spawning” perlakuannya sama seperti pada pemijahan Induceed Breeding hanya setelah induk jantan dan betina disuntik dimasukkan ke dalam bak pemijahan dibiarkan sampai terjadi pemijahan alami.
v  Setelah memijah maka induk jantan dan betina dikeluarkan dari bak pemijahan dan telur yang sudah dibuahi ditampung dalam wadah yang berisi air serta diaerasi dan dibiarkan sampai mengembang secara maksimal

3. Penetasan Telur
            Penetasan dilakukan di dalam hapa corong berdiameter 40 cm dan tinggi 40 cm dengan mengalirkan air dan bawah sebagai aerasi dan untuk memutar air. Padat penebaran telur10.000 butir/corong, telur akan menetas dalam waktu 24 jam pada suhu 260C. Selain di dalam hapa corong, penetasan juga dapat dilakukan pada akuarium ukuran (40x60x40)cm yang dilengkapi aerasi. Padat penebaran telur 5000 butir/akuarium, pada suhu 27-290 telur akan menetas dalam waktu 20 jam.

4. Pemeliharaan Larva
            Setelah menetas larva dipelihara pada corong yang sama, namun sebelumnya telur-telur yang tidak menetas dibuang dahulu. Lama pemeliharaan dalam corong empat hari. Apabila telur ditetaskan di dalam akuarium, setelah menetas larva bisa dipelihara pada akuarium yang sama namun scbelurnnya telur yang tidak menetas dan ¾ bagian airnya dibuang terlebih dahulu dan diisi dengan air yang baru. Larva yang sudah berumur empat hari diberi pakan alami berupa nauppi Artemia, Brachionus atau Moina, pemeliharaan larva selama 10 hari dan selama pemeliharaan air harus diganti setiap hari sebanyak 2/3 bagian.

5.   Pendederan
A.Pendederan Pertama
vPersiapan kolam pendederan dilakukan seminggu sebelum penebaran larva yang meliputi: pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar dan pembuatan kemalir. Kolam yang digunakan luasnya 500— 1000 m2.
vKolam kemudian diberi kapur tohor. Dosis pengapuran 50 - 100 gr/m2, caranya kapur tohor dilarutkan terlebih dahulu kemudian disebarkan secara merata ke seluruh permatang dari dasar kolam.
vPemupukan dengan meuggunakan kotoran ayam. Dosis pemupukan 500 - 700 gr/m2, kemudian diisi air setinggi 40 cm dan setelah 3 hari kolam disemprot menggunakan organophosphate 4 ppm.
vSelang 4 6 hari setelah penyemprotan, benih sudah dapat ditebar waktunya sebaiknya pagi hari.  Padat penebaran 300 -  400 ekor/m2.

B. Pendederan Kedua
v  Persiapan kolam pada pendederan kedua dilakukan sama seperti pada pendederan pertama.
v  Padat penebaran larva 50 -100 ekon/m2. Larva setiap hari diberi pakan buatan berupa pellet sebanyak 10 % dan biomas dengan frekuensi pemberian tiga kali sehari.
v  Lama pemeliharaan pada pendederan kedua selama 28 hari.

PENYAKIT
            Penyakit yang sering menyerang benih grass carp adalah parasit yaitu : Trichodina, Gyrodacctylus, glosatella, Scypidia, Chillodenella yang biasanya menyerang bagian permukaan tubuh dan insang. Cara mengatasinya dengan pemberian formalin 25 ppm.

Sumber :

DIREKTORAT PEMBENIHAN
DITJEN PERIKANAN BUDIDAYA

Jn Hartono RM No.3 Gdg B lantai 5
Ragunan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Telp, : (021) 7815630
E-mail :
infobenih@yahoo,com





















TEKNIK PEMBENIHAN

IKAN JELAWAT
(Leptobarbus hoeveni)



I. PENDAHULUAN
Ikan jelawat adalah asli ikan Indonesia yang tedapat di beberapa sungai di Sumatra dan Kalimanatan. Ikan ini merupakan jenis ikan ekonomis penting yang sangat digemari masyarakat Indonesia dan bahkan beberapa Negara Tetangga, sehingga merupakn komoditas yang sangat potensia untuk dikembangkan.
Meskipun pemeliharaan ikan jelawat sudah lama dlakukan namun posakan benih sepenuhnya masih mengandakan hasil penangkapan di perairan umum yang dilakukan pada musim hujan. Jenis ikan ini berkembang biak di sungai pada permualaan musim hujan dan benih yang didapat tersedia secara musiman. Karena benih mangadalkan hasil penangkapan di perairan mum, maka lama-kelamaan akan terjadi ketidak seimbangan lingkungan perairan umum disamping kurang terjaminnya kontinyuitas pasokan benih untuk budidaya.
Melihat aspek kebutuhan benih yang masih mengandalkan alam, maka penguasaan teknologi pembenihan jenis ikan ini merupakan yang perlu diaktifkan dan ini juga merupaka peluang usaha yang dapat menghasilkan keuntungan yng cukup besar.




 
 








Ikan Jelawat
(Leptobarbus hoeveni)
II. TEKNOLOGI PEMBENIHAN
Pematangan gonad:
*      Induk dipelihara dalam kolam khusus berukuran 500 – 700 m2 dan penebaram 0,1 – 0,25 kg/m2.
*      Selama pemeliharaan induk diberi pakan pellet dengan kandungan protein 25 – 28 %.
*      Pakan diberikan sebanyak 3 % dari berat badan frekwensi 2 – 3 x perhari.
*      Selain pellet diberikan juga pakan berupa hijauan seperti daun singkong secukupnya.
*      Lama pemeliharaan induk ± 8 bulan.
*      Induk yang siap pijah diperoleh dengan cara seleksi.

Pemijahan
            Pemijahan ikan jelawat ini dapat dilakukan secara alami dan buatan. Dalam teknologi ini dilakukan pemijahan buatan :
*      Induk terseleksi perlu diberokan selama satu hari.
*      Penyuntikan hormone HCG dan kelenjar hipofisa terhadap induk betina dilakukan 2 x.
1.      Penyutikan 1 (P1) : 1 dosis kelenjar hipofisa ditambah 200 IU HCG /induk betina.
2.      Penyuntikan 2 (P2) : 2 dosis kelenjar hipofisa ditambah 300 IU HCG/induk betina.
*      Selang waktu antara P1 dan P2, 5 – 6 jam.
*      Ovulasi terjadi antara 10 – 12 jam dari P1.
*      Telur dan sperma dikeluarkan dengan cara di urut.
*      Pembuahan telur dilakukan dengan mencapurkan sperma dan telur di baskom plastic.
*      Jika telur telah mengembang siap untuk disimpan di wadah penetasan.

III. PENETASAN
*      Padat tebar 400 - 500 butir telur/liter.
*      Selama penetasan air harus dijaga kualitasnya (O2 4 – 8 ppm; pH 7,0 – 8,0; suhu 25 – 28O C).
*      Pada suhu air 25 – 28O C   telur akan menetas 18 – 24 jam setelah pembuahan.

IV. PEMELIHARAAN LARVA
*      Larva dipelihara langsung ditempat penetasan telur.
*      Cakang dan telur yang tidak menetas dibersihkan degan cara penyiponan.
*       Hari ketiga larva diberi larva nauplii artemia (baru menetas) secukupnya.
*      Pemberian pakan tiga kali sehari (pagi, siang, dan sore).
*      Hari ke tujuh setelah penetasan benih ikan siap didederkan di kolam.
V. PENDEDERAN
*      Persiapan kolam meliputi pengeringan selama kolam 2 – 3 hari, perbaikan pematang, pembuatan saluran tengah (kemalir) dan pemupupukan dengan pupuk kandang sebanyak 500 – 700 gram/m2. Kolam diisi air sampai ketinggian 50 – 100 cm pada saluran pemasukan dipasang saringan berupa hapa halus untuk menghindari masuknya ikan liar.
*      Benih ditebar 3 hari setelah pengisian air kolam dengan padat penebaran 100 – 150 ekor/m2.
*      Benih ikan diberi pakan tepung hancuran pellet dengan dosisi 10 – 20 % perhari yang mengandung ± 25 % protein.
*       Lama pemeliharaan 2 – 3 minggu.
*      Benih yang dihasilkan berukuran 2 – 3 cm dan siap untuk pendederan lanjutan.


Sumber :

DIREKTORAT PEMBENIHAN
DITJEN PERIKANAN BUDIDAYA

Jn Hartono RM No.3 Gdg B lantai 5
Ragunan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Telp, : (021) 7815630
E-mail :
infobenih@yahoo,com
TEKNOLOGI PEMBENIHAN
BILIH
(Mystacoleucus padangensis)



I. PENDAHULUAN
Di perairan danau Sengkarak terdapat beberapa jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis penting, diantaranya adalah ikan bilih (Mystacolaucus padangansis, blkr), asang, (Osceochilusbrachynopterus CV), turing (Cyclocheilichthys de zawani CV), dan sasau {Hampala sp}. Ikan bilih merupakan specis yang dominan.
Nama lain ikan bilih adalah “bako” {saanin, 1968}, tetapi lebih popular dengan nama”bilih” (Rachmatika, 1986; Anhariah, 1988; Syandri 1989; dan 1993; Azhar, 1993). Berdasar laporan pusat penelitian ekonomi Regional Universitas Andalas Padang(1987) 57 % hasil tangkapan nelayan di danau singkarak adalah ikan bilih dan pada tahun 1993 hasil penelitian Syandri lebih kurang 90 % hasil tangkapan nelayan adalah ikan bilih. Penangkapan dilakukan menggunakan alat tangkap jarring ingsang (Jaring langli), sistim alahan, jala dan bubu.





 
 







BILIH
(Mystacoleucus padangensis)




CIRI- CIRI  
Ikan bilih, Mystacoluocus padangensis blkr, merupakan air tawar yang hidup di danau Singkarak. Menurut saanin {1998} jenis ikan ini termasuk kedalam:

Kelas
Sub kelas
Ordo
Sub ardo
Famili
Sub famili
Genus
Species
: Pisces
: Teleostei
: Ostariphysi
: Crypinoidea
: Cyiprinidae
: Cyprininae
: Mystacoleucus
: Mystacoloucuspangensisi Bleeker

Ciri-ciri ikan bilih adalah :
Ø  Bentuk tubuh ikan lebih kecil;
Ø  Tubuh ramping dan di tutupi oleh sisik skoloid berwarna keperak-perakan;
Ø  Sirip dada dan sirip perut ikan bilih agak miring;
Ø  Mulut agak lebih ke bawah dan tidak mempunyai sungut.


TEKNIK PEMBENIHAN SECARA ALAMI DAN BUATAN

3.1 Seleksi Induk

Induk betina dengan bobot 17,5 gr dengan panjang sekitar 85 mm. Ikan jantan berbobot sekitar 6,5 gr dan panjang sekitar 6,5 mm. Perbandingan jantan dan betina adalah 1:1 untuk pemijahan secara buatan, tetapi untuk pemijahan secara alami perbandingan jantan dan betina dalah 3:1. pematangan gonat terjadi secara alami.

3.2 Pemijahan

a. Pesiapan Wadah
Untuk pemijahan secara buatan menggunakan wadah seperti ember/baskom.atau bak, sedangkan pemijahan secara alami dilakukan dengan menyediakan bubu  (diameter 30cm dan panjang 70 cm). Ujung bubu dibungkus dengan kain tricot sebagai wadah perkumpulan telur.

B. Pembuhan telur dengan menggunakan :

Ø  larutan fisiologis terdiri dari 7,98 g NaCI + 0,02 g NaHCO3 dalam 1 liter aquabides {taniguchi et al., 1986} dipakai untuk mengecerkan seperma.
Ø  Larutan pembuahan, terdiri dari 4 g NaCI + 3 g Urea/liter akuabides (Woynarovich dan horvarht,1980).


3.3 Penetasan telur
Alat yang di gunakan dalah corong penetas telur sebagai inkubator dan akuarium ukuran 100 x 50 x 40 cm sebagai kolektor dengan teknik berenang keluar dari incubator, dengan volum air 50 liter.
Pemijahan ikan secara alami dengan cara memasang bubu dengan di lengkapi kain tricot pada suatu aliran air yang di buat tersendiri dengan panjang 15 m, lebar 50 m dan kedalaman air 7 cm serta kecepatan arus 0,8 m/detik. Aliran pemasukan dengan pengeluaran berhubungan dengan sungai. Pemasangan bubu dan kain tricot di lakukan pada sore hari pada pukul16. 00 WIB dan di angkat pada malam harinya sekitar pukul 02.00 WIB. Induk jantan dan betina yang melakukan ruanya untuk memijah akan memasuki aliran air dengan cara melaui kisi pada anyaman bambu.
Selanjutnya ikan bilih menuju pada posisi yang berlawanan dengan waktu memesuki anyaman bambu, karena arus yang datang kuat maka ikan akan masuk kedalam bubu. Di dalam bubu ikan bilih akan melakukan pemijahan. Telur yang terkumpul di dalam wadah pengumpul di bersihkan, di angkut dengan incubator. Telur yang di angkut tersebut di masukan kedalam corong penetasan. Setelah itu induknya di lepas kembali ke sungai.
3.4. Perkembangan dan Pemeliharaan Larva.
Larva ikan bilih yang baru menetas berukuran panjang rata rata  2,5 mm dan bobot rata rata  0,40 mg.
Pada pemeliharaan larva, larva ikan bilis umur dua hari di pindah kedalam bak kayu dengan ukuran 2 x 1 x 0,4 m, diberi pakan spirulina secara ad-libitum mulai hari ketiga sampai hari ke 12. Pemberian pakan di lakukan setiap pukul 06,00; 10,00; 12,00; 16,00; 18,00;  22,00 dan 24,00 WIB.
Larva ikan bilih umur 12 sampai dengan 30 hari di beri pakan artemia salina secara ad-libitum dan umur 30-60 di beri pakan cacing tubifex, setelah itu siap untuk di tebar ke danau.



Sumber :
DIREKTORAT PEMBENIHAN
DITJEN PERIKANAN BUDIDAYA

Jn Hartono RM No.3 Gdg B lantai 5
Ragunan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Telp, : (021) 7815630


E-mail :
infobenih@yahoo,com











TEKNIK PEMBENIHAN

MOLA
(Hypophthalmichthys molitrix)



I.PENDAHULUAN
Ikan mola (Hypophthalmichthys molitrix) berasal dari cina dan di datangkan ke Indonesia pada tahun 1960 an, didatangkan ke pulau jawa dengan tujuan untuk dibudidayakan. Ikan mola atau dikenal juga dengan nama silver carp termaksud jenis ikan plankton feeder atau pemakan plankton, sehingga ikan jenis ini dapat dipakai sebagai ikan pengendali kesuburan perairan umum terutama dari jenis plankton.


 
 








MOLA
(Hypophthalmichthys molitrix)

II.BIOLOGI   
Secra sismatika ikan mola termaksud
family         : Cyprinidae
sub family   : Hypophthalmichthyane
Ikan mola dapat mencapai ukuran maksimal panjang 120 cm dengan bobot 20 kg. ciri-ciri fisik ikan ini adalah bentuk badan pipih, sisik kecil dibawah garis horizontal badan. warna putih keperakan.
Habitat ikan ini di permukaan air, dimana terdapat banyak plankton. Hal ini sesuai dengan kebiasaan makan ikan ini yang memanfaatkan plankton sebagai makanan utamanya. Suhu optimal yang dikehendaki antara 25-300C  dan   pH optimal 7,5 – 8,5.
III.PEMBENIHAN

3.1 Pemeliharaan Induk

Induk dipelihara pada kolam dengan kedalaman + 1,5 m, kepadatan 0,5 - 1 kg/m2. Pemberian pakan diaplikasikan dengan cara pemupukan untuk menghasilkan plankton. Diberikan pula makanan tambahan berupa pelet 1 – 2 % dari bobot biomas dengan kandungan protein 25 %.
3.2 Ciri-Ciri Induk Matang Gonad

Induk matang gonad atau siap dipijahkan, biasanya terjadi pada musim penghujan atau dari bulan September sampai bulan maret. Dengan cirri-ciri sebagai berikut:

Betina: Perut bagian bawah membesar, bila ditekan terasa lembek, lubang kelamin      kemerahan dan agak menyembul keluar.

Jantan: Jika dibandingkan dengan dengan betina sirip bagian atas lebih kasar dan bila bagian perut diurut kearah lubang kelamin akan keluar cairan berwarna putih.


3.1 Pemijahan
Pemijahan ikan mola dapat dilakukan dengan cara induced breeding yaitu dengan menyuntikan hormon perangsang pada induk jantan dan betina. Selanjutnya dilakukan pembuahan buatan. Langkah kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Ø  Induk betina disuntik dua kali dengan selang waktu 8 - 9 jam, hormone yang digunakan adalah HCG dengan dosis 1000 IU/kg induk betina. Penyuntikan pertama sebanyak 250 IU/kg induk betina dan penyuntikan kedua sebanyak 750 IU/kg induk ditambah 4 mg/kg hypofisa segar ikan mas. Sedangkan untuk jantan jumlah hormon yang diberikan adalah setengah dari dosis betina dengan penyuntikan sekali pada saat penyuntikan kedua induk betina.
Ø  Kedua induk setelah disuntik dimasukan kedalam bak pemijahan.
Ø  Pembuahan buatan dilakukan setelah ikan terlihan melakukan aktivitas pemijahan biasanya dicirikan dengan saling kejar. Setelah tanda tersebut terlihat, induk jantan dan betina diangkat untuk melakukan pengurutan telur dari induk betina ditampung dalam wadah/baskom, dan pada saat bersamaan induk jantan diurut spermanya ditampung pada wadah lain (gelas) kemudian diencerkan dengan larutan fisiologis (NaCI 0.9%) atau cairan infus sodium klorida. Sperma yang telah diencerkan dimasukan dalam wadah yang berisi telur kemudian dilakukan pengadukan secara perlahan dengan bulu ayam hinga merata. Kemudian tambahkan tambahkan air bersih dan aduk secara merata. Setelah itu telur diinkubisikan didalam air yang disimpan dalam baskom atau wadah lain hingga telur mengembang sempurna. Jumlah telur yang dihasilkan setiap kilogram induk betina antara 100.000 s/d 150.000 butir.

3.4 Penetasan Telur
Penetasan dilakukan didalam fiber glass berbentuk bulat yang dilengkapi dengan aliran air dan system aerasi sehinga telur bergerak dan tidak menumpuk di dasar. Telur akan menetas setelah 16 - 24 jam. Setelah menetas larva dipelihara selama 3 hari sampai siap untuk ditebarkan kedalam pendederan.

3.5 Pemeliharaan benih
Persiapan kolam untuk pemeliharaan benih di kolam adalah sebagai berikut :
Ø  Perbaikan dan pengeringan kolam
Ø  Pengapuran dengan dosis 50-100 gram/m
Ø  Pemukaan pupuk organic sebanyank 500 gr/m
Ø  Pengisian air setingi + 50 cm

Penebaran benih dilakukan sebagai berikut:
Ø  Penebaran larva kekolam dilakukan setelah kolam disi air dan di diamkan selama 5 hari, penebaran sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari.
Ø  Pemeliharaan larva selama 3-4 mingu dengan pemberian pakan tambahan setelah 10 hari pertama berupa pelet yang dihancurkan dengan pemberian sebanyak 1kg/10.000 benih/hari.
Ø  Ukuran panjang ikan pada saat panen biasanya 3-5 cm.    












Kunjungilah Website kami di :
http:bbat-sukabumi.tripod.com

INFORMASI LEBIH LANJUT HUBUNGI
BALAI BUDIDAYA AIR TAWAR SUKABUMI

Jl.. Selabintan No 17
Sukabumi
Kotak Pos 67


Telp. (0266) 225211-224240, Fax (0266) 211762
E-mail : bbat 17@mailcity.com



















TEKNOLOGI PEMBENIHAN

NILA
(Oreochromis sp)



I. PENDAHULAN

Nila (Oreochromis sp ) merupakan salah satu komoditas perikanan yang sangat popular di masyarakat. Karena selain harganya murah rasanya enak, kandungan proteinya cukup tingi. Ikan nila berasal dari benua Afrika dan pertama kali didatangkan ke Indonesia pada tahun 1969. karena memiliki berBagai kelebihan di banding ikan lainya, sehinga ikan nila ini mudah sekali untuk diterima oleh masyarakat dan dalam waktu singkat sudah menyebar kepelosok tanah air. Kelebihan tersebut antara lain: Mudah berkembang biak, sangat teloran terhadap lingkungan, tahan terhadap serangan penyakit, pemakan segala (omnivore) 



 
 






NILA
(Oreochromis sp)

II. BIOLOGI
Saat ini ada dua jenis ikan nila yamg beredar di Indonesia yaitu:
1. Nila Hitam (T, 60 Citralada, GIFT)
2. Nila Merah (Hibrida).
Badan memanjang bentuk tubuh pipih, sisik besar dan kasar, kepala relatip kecil, garis linea leteralis terputus berjumlah 28 buah – 35 buah dan terbagi dua yaitu bagian atas dan bawah, memiliki 5 buah sirip dengan rumus D XVII.13; C.II18; P.11 – 15; V.1,5 DAN III. 10-11.
Ø  Nila banyak ditemukan diperairan yang airnya tenang, seperti danau, rawa dan waduk. Toleransi terhadap lingkungan sangat tingi, dapat hidup pada salinitas 0-29 permil, suhu 14-380 C dan pH 5-11
Ø  Nila termaksud ikan omnivora dan sangat menyenangi pakan alami berupa Rotifera. Daphnia sp, Moina sp,benthos, ferifiton dan fitoplankton. Disamping itu bisa juga diberi pakan buatan seperti pelet, dedak dan lain-lain.
Ø  Nila termaksud ikan yang dapat memijah pada umur 6-8 bulan. Induk betina berukuran 300-450 gram dapat menghasilkan telur sebanyak 1000-2000 butir/ekor.
Ø  Untuk membedakan induk jantan dan betina bisa dilihat dari bentuk tubuh, warna dan alat kelaminya sebagai berikut:


JANTAN :
Warna tubuh cerah dan memiliki lubang kelamin, yang berbentuk memanjang dan berfungsi sebagai tepat keluarnya sperma dan air seni. Warna sirip memerah terutama pada saat matang kelamin.

BETINA :
Warna tubuh agak pucat dan memiliki dua bua lubang kelamin. Lubang pertama berada dekat anus, bentuknya seperti bulan sabit dan berfungsi sebagai tempat keluarnya telur. Lubang kedua berada dibelakangnya, bentuknya bulat dan berfungsi sebagai tempat keluarnya air seni

III. PEMBENIHAN

A. Ekstensif
*      Persiapan kolam:
v  Perataan tanah dasar kolam
v  Pemupukan 250-500 gr/m2
*      Pemijahan dilakukan di kolam seluas 400-600m2 konstruksi dasar kolam dibuat miring 2 - 5% dan dilengkapi dengan kubangan ukuran 1,5 m x 2 m x 0,5 m
*      Kolam diisi air setingi 70 cm- 100cm
*      Induk jantan dan betina dimasukan bersama dengan kepadatan  1 ekor/m2  perbandigan induk jantan dan betina 1:3
*      Selama pemijahan diberi pakan buatan berupa peret dengan dosis 3% dari bobot total induk ikan per hari dengan frekuensi pemberian 3 kali/hari
*      Panen larva dilakukan dipermukan air kolam dan larva langsung ditebar ke kolam pendederan 1 yang sudah disiapkan empat hari sebelumnya .

B. Intensif
*      Pemijahan dilakukan dalam bak semen/hapa ukuran luasa 24 - 48 m2 dan kedalaman air 70 – 100 cm. Induk ditebar bersama sama dengan kepadatan  5 ekor /m3. perbandingan antara jantan dan batina 1:3.
*      Berbeda dengan pembenihan ekstensif pada pembenihan intensif yang di panen dari tempat pemijahan bukan larva, tetapi masih dalam bentuk telur, panen dilakukan setiap 10 hari. Di samping itu benihnya dapat di buat monosex, yaitu jantan dan betina, tergantung kebutuhan.
*      Telur yang di panen biasanya ada 4 fase, yaitu telur utuh, sudah bermata dan berekor dan larva sempurna. Setiap pasenya, ditampung dalam wadah yang berbeda-beda. Telur tersebut kermudian ditetaskan dalam wadah khusus berupa corong enetasan yang tebuat dari fiberglass, kain terilin atau plastic (corong minyak tanah). Corong penetasan tersebut diberi aliran air agar telur terus bergerak
*      Biasaya telur akan menetas dalam waktu 3 – 7 hari. Telur yang tidak menetas berwana putih dan harus dibuang setiap hari dengan cara disiphon.
*      Hari kedua setelah menetas larva dipindah ke bak tembok 2 x 1 x 0,5 m3 atau hapa ukuran 2 x 1 x 0,5 m3 yang dipasang di kolam. Dalam satu hapa bisa ditebar sebanyak 2000 – 4000 ekor dan dipelihara selama 25 – 30 hari. Selama pemeliharaan dalam hapa atau bak diberi pakan yang sudah diberi hormone Alpha Methyltestosteron untuk menghasilkan benih monosex jantan dan beta estradiol untuk menghasikkan benih monosex betina doisi pemberian pakan 20 %/hari dengan frekwensi pemberian pakan 4x/hari.

Cara membuat pakan yang mengandung hormon :
Ø   Timbang pellet halus sebanyak 1 kg
Ø   Timbangan hormone 17 Alpha Methyltestosteron (60 mg untuk 1 kg pakan).
Ø   Larutkan hormone tersebut dalam alkohol 90 % sebanyak 26 ml, aduk sampai homogen. Kemudian tambah alkohol 70 % sebanyak 300 – 400 ml dan aduk sampai homogen.
Ø  Masukan larutan tersebut dalam pakan dan aduk sampai merata. Kemudian diangin-anginkan sampai kering (jangan dijemur)
Ø   Bila sudah kering pakan bisa langsung diberikan pada larva. Agar awet, masukkan pakan tersebut dalam plastic dan disimpan dalam kulkas, pakan tahan sampai 3 bulan.
Ø  larva yang di beri pakan harus berukuran panjang total ≤ 13 mm.
            Selain melalui pakan, pengubahan kelamin dapat juga dilakukan melalui perendaman, larva tersebut direndam dengan larutan 17 Alpha Methytestosteron selama 10 – 12 jam.

IV. PENDEDERAN
*      Pendederan Ikan nila dilakukan di kolam yang luasnya anara 500 – 1000 m2, yang harus dipersiapkan seminggu sebelum penebaran benih. Persiapan meliputi pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar dan pembuatan kemalir.
*      Setelah itu kolam diberi kapur tohor 100 – 200 gram/m2 dan diberi pupuk organic dengan dosis 250 – 500 gr/m2.
*      Bila kolam sudah siap, larva ditebar pada pagi hari dengan kepadatan 75 – 100 ekor/m2.
*      Setiap hari diberi pakan buatan berupa pellet halus atau dedak sebanyak 750 gr/10.000 ekor larva dan diberikan 3x sehari.
*      Pemeliharaan dikolam pendederan berlangsung selama 20 hari












INFORMASI LEBIH LANJUT HUBUNGI
BALAI BUDIDAYA AIR TAWAR SUKABUMI

Jl.. Selabintan No 17
Sukabumi
Kotak Pos 67

Telp. (0266) 225211-224240, Fax (0266) 211762
E-mail : bbat 17@mailcity.com

                                                   













TEKNOLOGI PEMBENIHAN
IKAN BATAK
( Toro Soro)

I. PENDAHULUAN
         Ikan kancera (toro soro) salah satu ikan yang mempyunyai nilai budaya dan ekonomis penting khusus masyarakat jawa barat dan Sumatra utara. Di danau toba (Sumatra utara) toro soro serta jenis ikan lainya yaitu Niolissochilus thienemanni, N. Sumatranus, N. loginpinis di kenal sebgai ikan batak (“Iham”).
         Ikan kancera mempunyai ukuran relative besar, yang tersebar di sumataran dan jawa antara lain di kabupten kuningan, kabupaten sumedang ( Jawa Barat) dan di kabupaten kediri (Jawa Timur). Di Kabupaten Kuningan, ikan tersebut di pelihara di beberapa kolam tua dengan sumber air yang cukup dan di anggap keramat dengan sebuta ikan “dewa”
         Ikan kancera belum dapat di budidayakan secara intensif karena pasok benih hanya mengandalkan hasil pemijahan di alam, sedangkan populasinya di alam cenderung langka, sehingga di khwatirkan akan punah. Selanjutnya masalah yang di hadapi dalam pembenihan jenis-jenis ikan perairan umum adalah kesulitan untuk mendapatkan induk yang matang kelamin dengan kualitas telur yang baik.



 
 


















IKAN BATAK
II. PERSYARATAN KUALITAS AIR
            Ikan kancera cocok dengan air yang jernih dan mengalir terus serta suhu relative rendah, dengan dasar kolam berbatu batu koral dan berpasir. Contoh kualitas air yang cocok bagi pembenihan ikan kancera adalah di Instalasi Penelitian Perikanan Air Tawar Cijeruk, (lihat pada tabel 1).
Tabel 1. Parameter sifat Fisika dan Kimia Air Instalasi Peneliti Perikanan Air Tawar Cijeruk.

Parameter
Kisaran
Oksigen  terlarut (mg/l)
pH
suhu (OC)
CO2 (mg/l)
Kesadahan (mg/l)
Debit air (liter/detik)
Kecerahan air
6,8 - 7,0
6,0
21 - 24
2,2 - 4,5
12,3
6 - 6,35
>2,5 m



III. PEMELIHARAAN INDUK

Ikan matang gonad dengan baik dengan diberi pakan berupa pelet, dengan kandungan protein sekitar 28-30 % dan lemak sekitar 7%, dengan jumlah 2-3 % bobot badan perhari.
Induk-induk sangat renponsif terhadap pakan buatan ini. Induk betina yang matang kelamin di Cijeruk mempunyai bobot 1450-2270 g, sedangkan jantan 1380-3500g, telur ikan Kancera mempunyai ukuran diameter yang besar yaitu 3-3,5 mm.


IV. PEMIJAHAN    
v  Pemijahan secara alami di kolam.
Ikan Kancera mudah berbiak secara alami dengan cara mengatur tinggi air. Air diturunkan sekitar 30 cm selama 7 hari kemudian di naikkan sedikit demi sedikit mencapai tinggi maksimal. Kemudian induk-induk akan membersihkan dasar kolam (batu kerikil) dengan diameter sekitar 30 cm. ikan akan memijah di habitat tersebut dan telur berada diantara batu-batu koral. Telur menetas dan benih akan nampak sekitar sepuluh hari kemudian.

v  Pemijahan secara alami di Happa
Induk dirangsang dengan hormone gondotropin (HCG) 500 u/kg untuk ikan betina dilanjukan dengan Ovaprim dosis ml/kg bobot badan, sedangkan untuk jantan 0,5 ml/kg. ikan jantan dan betina disimpan didalam hapa di kolam pemeliharaan. Perbandingan jumlah induk jantan dan betina adalah 1:2. ikan akan memijah secara alami sekitar 9-14 jam setelah penyuntikan.

v  Pemijahan dengan pembuahan buatan.
Pelaksanaan seperti dikemukakan pada butir dua di atas, namun ikan yang akan megeluarkan telur (nampak gelisah) ditangkap dan perutnya di alin (di urut) untuk megeluarkan telur kemudian sperma diaduk. Satu ekor induk berukuran 1,65 kg dapat menghasilkan 1050 butir telur.

V. Perawatan telur, larva dan benuh
Telur ditetaskan di hapa atau corong penetasan. Larva dipelihara di akuarium dan diberi pakan Zooplakton (Brachionus, Moina) atau naupli Artemia sampai larva berukuran 2-3 cm, dan kemudian di tebar dalam bak atau kolam yang kaya dengan zooplankton. Benih ukuran panjang 13 mm akan dicapai setelah pemeliharaan larva 28 hari. Selanjutnya benih tersebut telah siap didederkan di bak atau dibesarkan dikolam.


Vertical Scroll: Balai Riset Perikanan 
Budidaya Ikan Air Tawar

jl. Raya 2, Sukamandi Subang 41256
Jawa-Barat Telp (0251) 313200
Derektorat Pembenihan/Derektorat Kesling
jl.Harsono RM No.3, Rangunan, Gd BLt IV
 Ps Minggu Jakarta 12620
Telp /Fax. (021) 7815630
E-mail
Infobenih @ yahoo. Com
 









TEKNIK PEMBENIHAN

PATIN SIAM
(Pangasiussutchi)


I. PENDAHULUAN
            Patin Siam (Pangasius  sutchi)  merupakan ikan introduksi dari Thailand yang mempunyai prospek pasar yang baik untuk pasar domestik maupun ekspor terutama dalam bentuk benih. Ikan ini merupakan jenis ikan perairan umum yang dapat digunakan untuk stoking di perairan umum.
            Dilihat dari peluang pasar yang baik tersebut, maka perlu diusahakan pengembangannya khususnya di bidang pembenihan. Karena benih ikan Patin Siam selain sebagai ikan konsumsi juga banyak dimanfaatkan sebagal ikan hias.
            Dengan demikian usaha di bidang pembenihan ikan Patin Siam ini merupakan peluang yang potensial


 
 














PEMBENIHAN

Pematangan Gonad
*      Induk dipelihara pada kolaMn khusus dengan kepadatan 0,1-0,25 kg/m2
*      Selama pemeliharaan induk diberi pakan pelet dengan kandungan protein 25 - 28 %
*      Pakan diberikan sebanyak 3 % dari berat badan dengan frekuensi 2 3 kali er had
*      Pemupukan dengan kotoran ayam dengan dosis 50 kg/500 m2 diberikan setiap 10-15 hat-Pengamatan induk ditandai dengan:
Betina
·  Bentuk perut lebib besar dan lembek, wama anus kemerahan
·  Dikanulasi untuk melihat keseragaman diameter telur

Jantan:
·  Bila dipijit pada pet-ut ke arab anus keluar cairan putib dan kental

Pemijahan
v  Sebelum dipijahkan induk diberok selama 1 malam.
v  Pemijahan dilakukan secara buatan dengan menynutik induk betina dengan hot-mon kelenjat- hipofisa dan HCG
v  Penyuntikan dilakukan 2 kali:
Ø  Penyuntikan pet-tama: dengan I dosis kelenjar hipofisa donor ikan mas.
Ø  Penyuntikan kedua: dengan 2 dosis kelenjar hipofisa + HCG dosis 500 lu/kg.
Ø  Selang penyuntikan antara pertama dan kedua adalab 12 jam, bagian yang disuntik adalah pangkal sirip punggung bagian belakang.
v  Ovulasi terjadi 12 jam setelab penyuntikan kedna.
v  Pembuahan dilakukan dengan pengurutan baik untuk sperma maupun telur.

Penetasan Telur
v  Telur yang sudah dibuahi litetaskan dalam akurarium ukuran 50x40x40 cm dengan ketinggian air 30 ir, dengan kepadatan 8000-9000 )utir/akuarium secara merata di dasar ikuanum.
v  Dengan suhu air 25-29 0C, telur akan nenetas dalam waktu 18-24 jam setelah  pembuahan.
v  Setelah menetas larva dipindah ke dalam kuarium yang diaerasi terus-menerus dengan ketinggian air 30cm.




Pemeliharaan Larva

v  Larva dipelihara dengan kepadatan 50-75 ekor/1 selama 10-14 hari.
v  Pakan berupa nauplli artemia sebanyak 1 sendok teh dengan frekwensi 3-5 kali/hari.
v  Panen dengan cara penyedotan dengan selang plastik atau ditangkap dengan scoopnet.


Pendederan di Kolam

Ø  Persiapan kolam meliputi:
v  Pengeringan 2-3 hari
v  Perbaikan pematang
v  Pemupukan dengan kapur, dosis 50-750 gr/m2
v  Setelah diisi air selama 3 hari kolam siap digunakan
Ø  Padat tebar 30-50 ekor/m2 untuk ukuran 0,8 - 1,1 cm
Ø  Pakan tambahan berupa pellet remah sebanyak 10 % berat biomas per hari dengan
      frekwensi 3 kali/hari
Ø  Lama pemeliharaan selama 3-4 minggu, kemudian dipanen dengan mengeringkan
      kolam dan benih ditangkap dengan waring nilon dimana benih sudah mencpai          ukuran 5-8 cm.



Sumber :
DIREKTORAT PEMBENIHAN
DITJEN PERIKANAN BUDIDAYA

Jn Hartono RM No.3 Gdg B lantai 5
Ragunan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Telp, : (021) 7815630


E-mail :
infobenih@yahoo,com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar