SEKAPUR SIRIH
Direktur Jendral
Perikanan Budidaya
tingkat pemanfaatan dan kondisi
sumberdaya lingkungan serta permasalahan yang ada diperairan umum tersebut dan
pemanfaatan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan oleh masyarakat.
Permasalahan
utama yang muncul adalah stok ikan di perairan umum semakin mengalami tekanan
yang tinggi dari berbagai sumber di antaranya akibat pencemaran, sedimentasi
akibat penggundulan hutan, konversi lahan pertanian dan perkebunan menjadi
pemukiman, penangkapan ikan secara berlebihan, introduksi jenis baru yang tidak
dilakukan secara bijaksana dan akibat lainnya sehingga mengakibatkan
berkurangnya kelimpahan stok ikan di perairan umum bersamaan dengan menurunnya
mutu lingkungan perairan.
Guna
mengatasi menurunnya dan berkurangnya kelimpahan stok tersebut salah satu upaya
adalah stocking/restocking yang dilaksanakan secara konsisten dan
berkesinambungan. Dalam mengatasi ketersediaan benih untuk stoking/restoking ini
diperlukan teknologi pembenihan ikan yang direkormendasikan untuk dapat ditebar
di perairan umum.
Buku
ini diterbitkan sebagai pedoman dalam pembenihan ikan di tingkat BBI Sentral,
BBI Lokal, UPPU maupun Unit Pembenihan Rakyat (UPR) dalam memproduksi benih
ikan perairan umum guna mengatasi perimasalahan yang terjadi.
Mudah-mudahan
buku mi berguna dan berrnanfaat bagi kita semua. Amin
Derektur Jendral Perikanan Budidaya
Dr. Ir. Fatuchri Sukadi, MS
I. PENDAHULUAN
Gress Carp ( Ctenopharyngodon idella) berasal dari China bagian timur dan USSR
didatangkan ke Indonesia pada tahun 1915 di Sumatera pada tahun 1949
didatangkan ke Jawa dengan tujuan untuk dibudidayakan.
Ikan grass carp atau dkenal juga dengan nama ikan koan
merupakan ikan herbivore yang hidup di air tawar. Ikan jenis ini pemakan
tumbuhan air seperti Hydrilla sp. Savina, rumput-rumputan dan tumbuhan
lainya, sehingga jenis ini dapat dipakai sebagai ikan pengendali gulma air baik
dikolam maupun di perairan umum.
|
Grass Carp
II. BIOLOGI
Secara sistimatika ikan Grass Carp termasuk
dalam kelas Osteichthys, ordo Cypriniformes. famili Cyprinidae.
Ikan Grass Carp dapat mencapai ukuran maksimal
panjang 120 cm dan bobot tubuh 20 kg.
Ciri -ciri fisik ikan ini adalah warna abu-abu
gelap kekuningan dengan campuran perak kemilau, badan memanjang, kepa!a lebar
dengan moncong bulat pendek. Gigi paringeal dalam deretan ganda dengan bentuk
seperti sisir.
Induk Grass Carp sudah dapat memijah pada umur 3
- 4 tahun dengan berat betina mencapai 3 kg dan jantan 3 kg, pemijahan biasanya
terjadi pada musim penghujan.
IlI.
PEMB ENIHAN
1. Pemeliharaan Induk
Induk
dipelihara di kolam dengan ukuran kepadatan 0,2 - 0,3 kg/m2 setiap
hari se!ain diberi pakan tumbuhan air atau rumput-rumputan juga diberi pakan
buatan berupa pelet sebanyak 3 % dari berat total populasi dengan frekuensi
pemberian sebanyak tiga kali sehari .
Tanda — tanda
induk marang gonad:
Betina :
Perut bagian bawah membesar, bila ditekan
terasa lembek, lubang kelamin kemerahan
dan agak menyembul keluar serta gerakan
agak lambat.
Jantan :
Dibandingkan
dengan betina sirip dada bagian atas
lebih kasar dan bila bagian perut
diurut
kearah lubang kelamin akan ke1uar cairan putih.
2. Pemijahan
Cara
Pemijahan ikan grass carp dapat dilakukan dengan beberapa cara di antaranya:
A. Induceed Breeding
v
Pemijahan cecara insuceed Breeding” yaitu dengan
menyuntikkan hormone perangsang yang berasal ikan donor atau menggunakan
Ovaprim.
v
Induk betina disuntik 2 x dengan selang waktu 4
– 6 jam , apabila menggunakan kelenjar hipofisa
2 dosis tapi bila menginginkan ovaprim dengan dosis 0,5 ml/kg. Penyuntikan
pertama 1/3 bagian dan penyuntikan kedua 2/3 bagian.
v
Induk jantan disun tik sekali bila menggunakan
kelenjar hipofisa 1 dosis, bila menggunakan Ovaprim 0,15 ml/kg dan dilakukan
bersamaan dengan penyuntikan kedua induk betina.
v
Kedua induk kan setelah disuntik dimasukan ke dalam bak
pemijahan yang dilengkapi dengan hapa, enam jam setelah penyuntikan pertama
diperiksa kesiapan ovulasinya setiap satu jam sekali.
v
Ikan yang akan memijah biasanya disirikan dengan
saling kejar, perut besar dan lunak, keluar cairan kuning dari lubang kelamin
atau lubang kelaminnya kemerah-merahan dan agak menyembul keluar.
v
Setelah tanda-tanda tersebut terlihat induk
jantan dan betina diangkat untuk dilakukan striping yaitu dengan mengurut
bagian perut kearah lubang kelamin. Telurnya ditampung dalam wadah baki plastik
dan pada saat bersamaan induk jantan distriping dan spermanya ditampung dalam
wadah yang lain kemudian diencerkan dengan larutan fisiologis (NaCi 0,9%) atau
cairan infus Sodium Kiorida.
v
Sperma yang telah diencerkan dimasukkan kedalam
wadah telur secara perlahan-lahan serta diaduk dengan menggunakan bulu ayam.
Tambahkan air bersih dan aduklah secara merata sehingga pembuahan dapat
berlangsung dengan baik, untuk mencuci telur dari darah dan kotoran serta sisa
sperma tambahkan lagi air bersih kemudian airnya dibuang. Lakukan beberapa kali
sampai bersih, setelah bersih telur dipindahkan kedalam wadah yang lebih besar
dan berisi air serta diberi aerasi, biarkan selama kurang lebih satu jam sampai
mengembang secara maksimal.
Induceed Spawning
v
Pemijahan secara “Induceed Spawning”
perlakuannya sama seperti pada pemijahan Induceed Breeding hanya setelah induk jantan
dan betina disuntik dimasukkan ke dalam bak pemijahan dibiarkan sampai terjadi
pemijahan alami.
v
Setelah memijah maka induk jantan dan betina
dikeluarkan dari bak pemijahan dan telur yang sudah dibuahi ditampung dalam
wadah yang berisi air serta diaerasi dan dibiarkan sampai mengembang secara
maksimal
3. Penetasan Telur
Penetasan dilakukan di dalam hapa
corong berdiameter 40 cm dan tinggi 40 cm dengan mengalirkan air dan bawah
sebagai aerasi dan untuk memutar air. Padat
penebaran telur10.000 butir/corong, telur akan menetas dalam waktu 24 jam pada
suhu 260C. Selain di dalam hapa corong, penetasan juga dapat
dilakukan pada akuarium ukuran (40x60x40)cm yang dilengkapi aerasi. Padat
penebaran telur 5000 butir/akuarium, pada suhu 27-290 telur akan
menetas dalam waktu 20 jam.
4. Pemeliharaan Larva
Setelah menetas larva dipelihara
pada corong yang sama, namun sebelumnya telur-telur yang tidak menetas dibuang
dahulu. Lama pemeliharaan dalam corong empat hari. Apabila telur ditetaskan di
dalam akuarium, setelah menetas larva bisa dipelihara pada akuarium yang sama
namun scbelurnnya telur yang tidak menetas dan ¾ bagian airnya dibuang terlebih
dahulu dan diisi dengan air yang baru. Larva yang sudah berumur empat hari diberi
pakan alami berupa nauppi Artemia, Brachionus atau Moina, pemeliharaan larva
selama 10 hari dan selama pemeliharaan air harus diganti setiap hari sebanyak 2/3 bagian.
5. Pendederan
A.Pendederan Pertama
vPersiapan
kolam pendederan dilakukan seminggu sebelum penebaran larva yang meliputi: pengeringan,
perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar dan pembuatan kemalir. Kolam yang
digunakan luasnya 500— 1000 m2.
vKolam
kemudian diberi kapur tohor. Dosis pengapuran 50 - 100 gr/m2,
caranya kapur tohor dilarutkan terlebih dahulu kemudian disebarkan secara merata
ke seluruh permatang dari dasar kolam.
vPemupukan
dengan meuggunakan kotoran ayam. Dosis pemupukan 500 - 700 gr/m2,
kemudian diisi air setinggi 40 cm dan setelah 3 hari kolam disemprot
menggunakan organophosphate 4 ppm.
vSelang 4 — 6
hari setelah penyemprotan, benih sudah dapat ditebar waktunya sebaiknya pagi
hari. Padat penebaran 300 - 400 ekor/m2.
B. Pendederan Kedua
v
Persiapan kolam pada pendederan kedua dilakukan
sama seperti pada pendederan pertama.
v
Padat penebaran larva 50 -100 ekon/m2.
Larva setiap hari diberi pakan buatan berupa pellet sebanyak 10 % dan biomas
dengan frekuensi pemberian tiga kali sehari.
v
Lama pemeliharaan pada pendederan kedua selama
28 hari.
PENYAKIT
Penyakit yang sering menyerang benih
grass carp adalah parasit yaitu : Trichodina,
Gyrodacctylus, glosatella, Scypidia, Chillodenella yang biasanya menyerang
bagian permukaan tubuh dan insang. Cara mengatasinya dengan pemberian formalin
25 ppm.
Sumber
:
DIREKTORAT PEMBENIHAN
DITJEN PERIKANAN BUDIDAYA
Jn Hartono RM No.3 Gdg B lantai 5
Ragunan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Telp, : (021) 7815630
http://www.benih-ikan or,id
E-mail :
infobenih@yahoo,com
TEKNIK PEMBENIHAN
IKAN JELAWAT
(Leptobarbus hoeveni)
I. PENDAHULUAN
Ikan jelawat adalah asli ikan Indonesia yang tedapat di beberapa
sungai di Sumatra dan Kalimanatan. Ikan ini
merupakan jenis ikan ekonomis penting yang sangat digemari masyarakat Indonesia dan
bahkan beberapa Negara Tetangga, sehingga merupakn komoditas yang sangat
potensia untuk dikembangkan.
Meskipun pemeliharaan ikan jelawat sudah lama dlakukan namun posakan
benih sepenuhnya masih mengandakan hasil penangkapan di perairan umum yang
dilakukan pada musim hujan. Jenis ikan ini berkembang biak di sungai pada
permualaan musim hujan dan benih yang didapat tersedia secara musiman. Karena
benih mangadalkan hasil penangkapan di perairan mum, maka lama-kelamaan akan
terjadi ketidak seimbangan lingkungan perairan umum disamping kurang
terjaminnya kontinyuitas pasokan benih untuk budidaya.
Melihat aspek kebutuhan benih yang masih mengandalkan alam, maka
penguasaan teknologi pembenihan jenis ikan ini merupakan yang perlu diaktifkan
dan ini juga merupaka peluang usaha yang dapat menghasilkan keuntungan yng
cukup besar.
|
Ikan Jelawat
(Leptobarbus
hoeveni)
II. TEKNOLOGI PEMBENIHAN
Pematangan
gonad:
Induk dipelihara dalam kolam khusus berukuran
500 – 700 m2 dan penebaram 0,1 – 0,25 kg/m2.
Selama pemeliharaan induk diberi pakan pellet
dengan kandungan protein 25 – 28 %.
Pakan diberikan sebanyak 3 % dari berat badan
frekwensi 2 – 3 x perhari.
Selain pellet diberikan juga pakan berupa
hijauan seperti daun singkong secukupnya.
Lama pemeliharaan induk ± 8 bulan.
Induk yang siap pijah diperoleh dengan cara
seleksi.
Pemijahan
Pemijahan ikan jelawat ini dapat
dilakukan secara alami dan buatan. Dalam teknologi ini dilakukan pemijahan
buatan :
Induk terseleksi perlu diberokan selama satu
hari.
Penyuntikan hormone HCG dan kelenjar hipofisa
terhadap induk betina dilakukan 2 x.
1.
Penyutikan 1 (P1) : 1 dosis kelenjar hipofisa ditambah
200 IU HCG /induk betina.
2.
Penyuntikan 2 (P2) : 2 dosis kelenjar hipofisa ditambah
300 IU HCG/induk betina.
Selang waktu antara P1 dan P2, 5 – 6 jam.
Ovulasi terjadi antara 10 – 12 jam dari P1.
Telur dan sperma dikeluarkan dengan cara di urut.
Pembuahan telur dilakukan dengan mencapurkan
sperma dan telur di baskom plastic.
Jika telur telah mengembang siap untuk disimpan
di wadah penetasan.
III. PENETASAN
Padat tebar 400 - 500 butir telur/liter.
Selama penetasan air harus dijaga kualitasnya (O2
4 – 8 ppm; pH 7,0 – 8,0; suhu 25 – 28O C).
Pada suhu air 25 – 28O C telur akan menetas 18 – 24 jam setelah
pembuahan.
IV. PEMELIHARAAN LARVA
Larva dipelihara langsung ditempat penetasan
telur.
Cakang dan telur yang tidak menetas dibersihkan
degan cara penyiponan.
Hari ketiga
larva diberi larva nauplii artemia (baru menetas) secukupnya.
Pemberian pakan tiga kali sehari (pagi, siang,
dan sore).
Hari ke tujuh setelah penetasan benih ikan siap
didederkan di kolam.
V. PENDEDERAN
Persiapan kolam meliputi pengeringan selama kolam
2 – 3 hari, perbaikan pematang, pembuatan saluran tengah (kemalir) dan pemupupukan
dengan pupuk kandang sebanyak 500 – 700 gram/m2. Kolam diisi air
sampai ketinggian 50 – 100 cm pada saluran pemasukan dipasang saringan berupa
hapa halus untuk menghindari masuknya ikan liar.
Benih ditebar 3 hari setelah pengisian air kolam
dengan padat penebaran 100 – 150 ekor/m2.
Benih ikan diberi pakan tepung hancuran pellet
dengan dosisi 10 – 20 % perhari yang mengandung ± 25 % protein.
Lama
pemeliharaan 2 – 3 minggu.
Benih yang dihasilkan berukuran 2 – 3 cm dan
siap untuk pendederan lanjutan.
Sumber
:
DIREKTORAT PEMBENIHAN
DITJEN PERIKANAN BUDIDAYA
Jn Hartono RM No.3 Gdg B lantai 5
Ragunan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Telp, : (021) 7815630
http://www.benih-ikan or,id
E-mail :
infobenih@yahoo,com
TEKNOLOGI PEMBENIHAN
BILIH
(Mystacoleucus padangensis)
I. PENDAHULUAN
Di perairan danau Sengkarak terdapat beberapa jenis ikan yang mempunyai
nilai ekonomis penting, diantaranya adalah ikan bilih (Mystacolaucus padangansis, blkr), asang, (Osceochilusbrachynopterus CV),
turing (Cyclocheilichthys de zawani CV),
dan sasau {Hampala sp}. Ikan bilih
merupakan specis yang dominan.
Nama lain ikan
bilih adalah “bako” {saanin, 1968}, tetapi lebih popular dengan nama”bilih” (Rachmatika,
1986; Anhariah, 1988; Syandri 1989; dan 1993; Azhar, 1993). Berdasar laporan
pusat penelitian ekonomi Regional Universitas Andalas Padang(1987) 57 % hasil
tangkapan nelayan di danau singkarak adalah ikan bilih dan pada tahun 1993 hasil
penelitian Syandri lebih kurang 90 % hasil tangkapan nelayan adalah ikan bilih.
Penangkapan dilakukan menggunakan alat tangkap jarring ingsang (Jaring langli),
sistim alahan, jala dan bubu.
|
BILIH
(Mystacoleucus
padangensis)
CIRI- CIRI
Ikan bilih, Mystacoluocus
padangensis blkr, merupakan air tawar yang hidup di danau Singkarak.
Menurut saanin {1998} jenis ikan ini termasuk kedalam:
Kelas
Sub kelas
Ordo
Sub ardo
Famili
Sub famili
Genus
Species
|
: Pisces
: Teleostei
: Ostariphysi
: Crypinoidea
: Cyiprinidae
: Cyprininae
: Mystacoleucus
: Mystacoloucuspangensisi Bleeker
|
Ciri-ciri ikan bilih adalah :
Ø
Bentuk tubuh ikan lebih kecil;
Ø
Tubuh ramping dan di tutupi oleh sisik skoloid
berwarna keperak-perakan;
Ø
Sirip dada dan sirip perut ikan bilih agak
miring;
Ø
Mulut agak lebih ke bawah dan tidak mempunyai
sungut.
TEKNIK PEMBENIHAN SECARA ALAMI DAN BUATAN
3.1 Seleksi Induk
Induk betina dengan bobot 17,5 gr dengan panjang sekitar 85 mm. Ikan
jantan berbobot sekitar 6,5 gr dan panjang sekitar 6,5 mm. Perbandingan jantan
dan betina adalah 1:1 untuk pemijahan secara buatan, tetapi untuk pemijahan
secara alami perbandingan jantan dan betina dalah 3:1. pematangan gonat terjadi
secara alami.
3.2 Pemijahan
a. Pesiapan Wadah
Untuk pemijahan secara buatan menggunakan wadah seperti ember/baskom.atau
bak, sedangkan pemijahan secara alami dilakukan dengan menyediakan bubu (diameter 30cm dan panjang 70 cm). Ujung bubu
dibungkus dengan kain tricot sebagai wadah perkumpulan telur.
B. Pembuhan telur dengan menggunakan :
Ø
larutan fisiologis terdiri dari 7,98 g NaCI +
0,02 g NaHCO3 dalam 1 liter aquabides {taniguchi et al., 1986} dipakai untuk
mengecerkan seperma.
Ø
Larutan pembuahan, terdiri dari 4 g NaCI + 3 g
Urea/liter akuabides (Woynarovich dan horvarht,1980).
3.3 Penetasan telur
Alat yang di gunakan dalah corong penetas telur sebagai inkubator dan
akuarium ukuran 100 x 50 x 40 cm sebagai kolektor dengan teknik berenang keluar
dari incubator, dengan volum air 50 liter.
Pemijahan ikan secara alami dengan cara memasang bubu dengan di lengkapi
kain tricot pada suatu aliran air yang di buat tersendiri dengan panjang 15 m,
lebar 50 m dan kedalaman air 7 cm serta kecepatan arus 0,8 m/detik. Aliran
pemasukan dengan pengeluaran berhubungan dengan sungai. Pemasangan bubu dan kain
tricot di lakukan pada sore hari pada pukul16. 00 WIB dan di angkat pada malam
harinya sekitar pukul 02.00 WIB. Induk jantan dan betina yang melakukan ruanya
untuk memijah akan memasuki aliran air dengan cara melaui kisi pada anyaman
bambu.
Selanjutnya ikan bilih menuju pada posisi yang berlawanan dengan waktu
memesuki anyaman bambu, karena arus yang datang kuat maka ikan akan masuk
kedalam bubu. Di dalam bubu ikan bilih akan melakukan pemijahan. Telur yang
terkumpul di dalam wadah pengumpul di bersihkan, di angkut dengan incubator. Telur
yang di angkut tersebut di masukan kedalam corong penetasan. Setelah itu
induknya di lepas kembali ke sungai.
3.4. Perkembangan dan Pemeliharaan Larva.
Larva ikan bilih yang baru menetas berukuran panjang rata rata 2,5 mm dan bobot rata rata 0,40 mg.
Pada pemeliharaan larva, larva ikan bilis umur dua hari di pindah kedalam
bak kayu dengan ukuran 2 x 1 x 0,4 m, diberi pakan spirulina secara ad-libitum mulai
hari ketiga sampai hari ke 12. Pemberian pakan di lakukan setiap pukul 06,00; 10,00;
12,00; 16,00; 18,00; 22,00 dan 24,00
WIB.
Larva ikan bilih umur 12 sampai dengan 30 hari di beri pakan artemia
salina secara ad-libitum dan umur 30-60 di beri pakan cacing tubifex, setelah
itu siap untuk di tebar ke danau.
Sumber :
DIREKTORAT PEMBENIHAN
DITJEN PERIKANAN BUDIDAYA
Jn Hartono RM No.3 Gdg B lantai 5
Ragunan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Telp, : (021) 7815630
http://www.benih-ikan or,id
E-mail :
infobenih@yahoo,com
TEKNIK PEMBENIHAN
MOLA
(Hypophthalmichthys molitrix)
I.PENDAHULUAN
Ikan mola (Hypophthalmichthys
molitrix) berasal dari cina dan di datangkan ke Indonesia pada tahun 1960 an,
didatangkan ke pulau jawa dengan tujuan untuk dibudidayakan. Ikan mola atau
dikenal juga dengan nama silver carp
termaksud jenis ikan plankton feeder atau
pemakan plankton, sehingga ikan jenis ini dapat dipakai sebagai ikan pengendali
kesuburan perairan umum terutama dari jenis plankton.
|
MOLA
(Hypophthalmichthys molitrix)
II.BIOLOGI
Secra sismatika ikan mola termaksud
family : Cyprinidae
sub family : Hypophthalmichthyane
Ikan mola dapat mencapai ukuran maksimal panjang 120 cm dengan bobot 20
kg. ciri-ciri fisik ikan ini adalah bentuk badan pipih, sisik kecil dibawah
garis horizontal badan. warna putih keperakan.
Habitat ikan ini di permukaan air, dimana terdapat banyak plankton. Hal
ini sesuai dengan kebiasaan makan ikan ini yang memanfaatkan plankton sebagai
makanan utamanya. Suhu optimal yang dikehendaki antara 25-300C dan
pH optimal 7,5 – 8,5.
III.PEMBENIHAN
3.1 Pemeliharaan Induk
Induk dipelihara pada kolam dengan kedalaman + 1,5 m, kepadatan
0,5 - 1 kg/m2. Pemberian pakan diaplikasikan dengan cara pemupukan
untuk menghasilkan plankton. Diberikan pula makanan tambahan berupa pelet 1 – 2
% dari bobot biomas dengan kandungan protein 25 %.
3.2 Ciri-Ciri Induk Matang Gonad
Induk matang gonad atau siap dipijahkan, biasanya terjadi pada musim
penghujan atau dari bulan September sampai bulan maret. Dengan cirri-ciri
sebagai berikut:
Betina: Perut
bagian bawah membesar, bila ditekan terasa lembek, lubang kelamin kemerahan dan agak menyembul keluar.
Jantan: Jika
dibandingkan dengan dengan betina sirip bagian atas lebih kasar dan bila bagian
perut diurut kearah lubang kelamin akan keluar cairan berwarna putih.
3.1 Pemijahan
Pemijahan ikan mola dapat dilakukan dengan cara induced breeding yaitu
dengan menyuntikan hormon perangsang pada induk jantan dan betina. Selanjutnya
dilakukan pembuahan buatan. Langkah kerja yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
Ø
Induk betina disuntik dua kali dengan selang
waktu 8 - 9 jam, hormone yang digunakan adalah HCG dengan dosis 1000 IU/kg
induk betina. Penyuntikan pertama sebanyak 250 IU/kg induk betina dan
penyuntikan kedua sebanyak 750 IU/kg induk ditambah 4 mg/kg hypofisa segar ikan
mas. Sedangkan untuk jantan jumlah hormon yang diberikan adalah setengah dari
dosis betina dengan penyuntikan sekali pada saat penyuntikan kedua induk betina.
Ø
Kedua induk setelah disuntik dimasukan kedalam
bak pemijahan.
Ø
Pembuahan buatan dilakukan setelah ikan terlihan
melakukan aktivitas pemijahan biasanya dicirikan dengan saling kejar. Setelah
tanda tersebut terlihat, induk jantan dan betina diangkat untuk melakukan
pengurutan telur dari induk betina ditampung dalam wadah/baskom, dan pada saat
bersamaan induk jantan diurut spermanya ditampung pada wadah lain (gelas)
kemudian diencerkan dengan larutan fisiologis (NaCI 0.9%) atau cairan infus
sodium klorida. Sperma yang telah diencerkan dimasukan dalam wadah yang berisi
telur kemudian dilakukan pengadukan secara perlahan dengan bulu ayam hinga
merata. Kemudian tambahkan tambahkan air bersih dan aduk secara merata. Setelah
itu telur diinkubisikan didalam air yang disimpan dalam baskom atau wadah lain
hingga telur mengembang sempurna. Jumlah telur yang dihasilkan setiap kilogram
induk betina antara 100.000 s/d 150.000 butir.
3.4 Penetasan Telur
Penetasan dilakukan didalam fiber glass berbentuk bulat yang dilengkapi
dengan aliran air dan system aerasi sehinga telur bergerak dan tidak menumpuk
di dasar. Telur akan menetas setelah 16 - 24 jam. Setelah menetas larva
dipelihara selama 3 hari sampai siap untuk ditebarkan kedalam pendederan.
3.5 Pemeliharaan benih
Persiapan kolam untuk pemeliharaan benih di kolam adalah sebagai berikut
:
Ø
Perbaikan dan pengeringan kolam
Ø
Pengapuran dengan dosis 50-100 gram/m
Ø
Pemukaan pupuk organic sebanyank 500 gr/m
Ø
Pengisian air setingi + 50 cm
Penebaran benih dilakukan sebagai berikut:
Ø
Penebaran larva kekolam dilakukan setelah kolam
disi air dan di diamkan selama 5 hari, penebaran sebaiknya dilakukan pagi atau
sore hari.
Ø
Pemeliharaan larva selama 3-4 mingu dengan
pemberian pakan tambahan setelah 10 hari pertama berupa pelet yang dihancurkan
dengan pemberian sebanyak 1kg/10.000 benih/hari.
Ø
Ukuran panjang ikan pada saat panen biasanya 3-5
cm.
Kunjungilah Website kami di :
http:bbat-sukabumi.tripod.com
INFORMASI LEBIH LANJUT HUBUNGI
BALAI BUDIDAYA AIR TAWAR SUKABUMI
Jl.. Selabintan No 17
Sukabumi
Kotak Pos 67
Telp. (0266) 225211-224240, Fax (0266) 211762
E-mail : bbat 17@mailcity.com
TEKNOLOGI PEMBENIHAN
NILA
(Oreochromis sp)
I. PENDAHULAN
Nila (Oreochromis sp )
merupakan salah satu komoditas perikanan yang sangat popular di masyarakat.
Karena selain harganya murah rasanya enak, kandungan proteinya cukup tingi.
Ikan nila berasal dari benua Afrika dan pertama kali didatangkan ke Indonesia pada
tahun 1969. karena memiliki berBagai kelebihan di banding ikan lainya, sehinga
ikan nila ini mudah sekali untuk diterima oleh masyarakat dan dalam waktu
singkat sudah menyebar kepelosok tanah air. Kelebihan tersebut antara lain: Mudah
berkembang biak, sangat teloran terhadap lingkungan, tahan terhadap serangan
penyakit, pemakan segala (omnivore)
|
NILA
(Oreochromis
sp)
II. BIOLOGI
Saat ini ada dua jenis ikan nila yamg beredar di Indonesia yaitu:
1. Nila Hitam (T, 60 Citralada, GIFT)
2. Nila Merah (Hibrida).
Badan memanjang
bentuk tubuh pipih, sisik besar dan kasar, kepala relatip kecil, garis linea
leteralis terputus berjumlah 28 buah – 35 buah dan terbagi dua yaitu bagian
atas dan bawah, memiliki 5 buah sirip dengan rumus D XVII.13; C.II18; P.11 –
15; V.1,5 DAN III. 10-11.
Ø
Nila banyak ditemukan diperairan yang airnya
tenang, seperti danau, rawa dan waduk. Toleransi terhadap lingkungan sangat
tingi, dapat hidup pada salinitas 0-29 permil, suhu 14-380 C dan pH
5-11
Ø
Nila termaksud ikan omnivora dan sangat menyenangi
pakan alami berupa Rotifera. Daphnia sp, Moina sp,benthos, ferifiton
dan fitoplankton. Disamping itu bisa juga diberi pakan buatan seperti pelet,
dedak dan lain-lain.
Ø
Nila termaksud ikan yang dapat memijah pada umur
6-8 bulan. Induk betina berukuran 300-450 gram dapat menghasilkan telur
sebanyak 1000-2000 butir/ekor.
Ø
Untuk membedakan induk jantan dan betina bisa
dilihat dari bentuk tubuh, warna dan alat kelaminya sebagai berikut:
JANTAN :
Warna tubuh cerah dan memiliki lubang
kelamin, yang berbentuk memanjang dan berfungsi sebagai tepat keluarnya sperma
dan air seni. Warna sirip memerah terutama pada saat matang kelamin.
BETINA :
Warna tubuh agak pucat dan memiliki dua bua
lubang kelamin. Lubang pertama berada dekat anus, bentuknya seperti bulan sabit
dan berfungsi sebagai tempat keluarnya telur. Lubang kedua berada
dibelakangnya, bentuknya bulat dan berfungsi sebagai tempat keluarnya air seni
III. PEMBENIHAN
A. Ekstensif
Persiapan kolam:
v
Perataan tanah dasar kolam
v
Pemupukan 250-500 gr/m2
Pemijahan dilakukan di kolam seluas 400-600m2
konstruksi dasar kolam dibuat miring 2 - 5% dan dilengkapi dengan kubangan
ukuran 1,5 m x 2 m x 0,5 m
Kolam diisi air setingi 70 cm- 100cm
Induk jantan dan betina dimasukan bersama dengan
kepadatan 1 ekor/m2 perbandigan induk jantan dan betina 1:3
Selama pemijahan diberi pakan buatan berupa
peret dengan dosis 3% dari bobot total induk ikan per hari dengan frekuensi
pemberian 3 kali/hari
Panen larva dilakukan dipermukan air kolam dan
larva langsung ditebar ke kolam pendederan 1 yang sudah disiapkan empat hari
sebelumnya .
B. Intensif
Pemijahan dilakukan dalam bak semen/hapa ukuran
luasa 24 - 48 m2 dan kedalaman air 70 – 100 cm. Induk ditebar bersama
sama dengan kepadatan 5 ekor /m3. perbandingan
antara jantan dan batina 1:3.
Berbeda dengan pembenihan ekstensif pada
pembenihan intensif yang di panen dari tempat pemijahan bukan larva, tetapi
masih dalam bentuk telur, panen dilakukan setiap 10 hari. Di samping itu
benihnya dapat di buat monosex, yaitu jantan dan betina, tergantung kebutuhan.
Telur yang di panen biasanya ada 4 fase, yaitu
telur utuh, sudah bermata dan berekor dan larva sempurna. Setiap pasenya,
ditampung dalam wadah yang berbeda-beda. Telur tersebut kermudian ditetaskan
dalam wadah khusus berupa corong enetasan yang tebuat dari fiberglass, kain terilin atau plastic (corong minyak tanah). Corong
penetasan tersebut diberi aliran air agar telur terus bergerak
Biasaya telur akan menetas dalam waktu 3 – 7
hari. Telur yang tidak menetas berwana putih dan harus dibuang setiap hari
dengan cara disiphon.
Hari kedua setelah menetas larva dipindah ke bak
tembok 2 x 1 x 0,5 m3 atau hapa ukuran 2 x 1 x 0,5 m3
yang dipasang di kolam. Dalam satu hapa bisa ditebar sebanyak 2000 – 4000 ekor
dan dipelihara selama 25 – 30 hari. Selama pemeliharaan dalam hapa atau bak diberi
pakan yang sudah diberi hormone Alpha Methyltestosteron
untuk menghasilkan benih monosex jantan dan beta estradiol untuk menghasikkan
benih monosex betina doisi pemberian pakan 20 %/hari dengan frekwensi pemberian
pakan 4x/hari.
Cara membuat pakan yang mengandung hormon :
Ø
Timbang
pellet halus sebanyak 1 kg
Ø
Timbangan
hormone 17 Alpha Methyltestosteron
(60 mg untuk 1 kg pakan).
Ø
Larutkan
hormone tersebut dalam alkohol 90 % sebanyak 26 ml, aduk sampai homogen.
Kemudian tambah alkohol 70 % sebanyak 300 – 400 ml dan aduk sampai homogen.
Ø
Masukan larutan tersebut dalam pakan dan aduk
sampai merata. Kemudian diangin-anginkan sampai kering (jangan dijemur)
Ø
Bila
sudah kering pakan bisa langsung diberikan pada larva. Agar awet, masukkan
pakan tersebut dalam plastic dan disimpan dalam kulkas, pakan tahan sampai 3
bulan.
Ø
larva yang di beri pakan harus berukuran panjang
total ≤ 13 mm.
Selain melalui pakan, pengubahan kelamin
dapat juga dilakukan melalui perendaman, larva tersebut direndam dengan larutan
17 Alpha Methytestosteron selama 10 –
12 jam.
IV. PENDEDERAN
Pendederan Ikan nila dilakukan di kolam yang luasnya
anara 500 – 1000 m2, yang harus dipersiapkan seminggu sebelum penebaran benih.
Persiapan meliputi pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar dan pembuatan
kemalir.
Setelah itu kolam diberi kapur tohor 100 – 200
gram/m2 dan diberi pupuk organic dengan dosis 250 – 500 gr/m2.
Bila kolam sudah siap, larva ditebar pada pagi
hari dengan kepadatan 75 – 100 ekor/m2.
Setiap hari diberi pakan buatan berupa pellet
halus atau dedak sebanyak 750 gr/10.000 ekor larva dan diberikan 3x sehari.
Pemeliharaan dikolam pendederan berlangsung
selama 20 hari
INFORMASI LEBIH LANJUT HUBUNGI
BALAI BUDIDAYA AIR TAWAR SUKABUMI
Jl.. Selabintan No 17
Sukabumi
Kotak Pos 67
Telp. (0266) 225211-224240, Fax (0266)
211762
E-mail : bbat 17@mailcity.com
TEKNOLOGI
PEMBENIHAN
IKAN BATAK
( Toro Soro)
I. PENDAHULUAN
Ikan kancera (toro soro) salah satu
ikan yang mempyunyai nilai budaya dan ekonomis penting khusus masyarakat jawa
barat dan Sumatra utara. Di danau toba (Sumatra utara) toro soro serta jenis ikan lainya yaitu Niolissochilus thienemanni, N. Sumatranus, N. loginpinis di kenal sebgai ikan batak (“Iham”).
Ikan kancera mempunyai ukuran relative
besar, yang tersebar di sumataran dan jawa antara lain di kabupten kuningan,
kabupaten sumedang ( Jawa Barat) dan di kabupaten kediri (Jawa Timur). Di Kabupaten Kuningan,
ikan tersebut di pelihara di beberapa kolam tua dengan sumber air yang cukup dan
di anggap keramat dengan sebuta ikan “dewa”
Ikan kancera belum dapat di budidayakan
secara intensif karena pasok benih hanya mengandalkan hasil pemijahan di alam,
sedangkan populasinya di alam cenderung langka, sehingga di khwatirkan akan
punah. Selanjutnya masalah yang di hadapi dalam pembenihan jenis-jenis ikan
perairan umum adalah kesulitan untuk mendapatkan induk yang matang kelamin
dengan kualitas telur yang baik.
|
IKAN BATAK
II. PERSYARATAN KUALITAS AIR
Ikan kancera cocok dengan air yang
jernih dan mengalir terus serta suhu relative rendah, dengan dasar kolam
berbatu batu koral dan berpasir. Contoh kualitas air yang cocok bagi pembenihan
ikan kancera adalah di Instalasi Penelitian Perikanan Air Tawar Cijeruk, (lihat
pada tabel 1).
Tabel
1. Parameter sifat Fisika dan Kimia Air Instalasi Peneliti Perikanan Air Tawar
Cijeruk.
Parameter
|
Kisaran
|
Oksigen terlarut (mg/l)
pH
suhu (OC)
CO2
(mg/l)
Kesadahan (mg/l)
Debit air
(liter/detik)
Kecerahan air
|
6,8
- 7,0
6,0
21
- 24
2,2
- 4,5
12,3
6
- 6,35
>2,5
m
|
III. PEMELIHARAAN
INDUK
Ikan matang gonad dengan baik dengan diberi
pakan berupa pelet, dengan kandungan protein sekitar 28-30 % dan lemak sekitar
7%, dengan jumlah 2-3 % bobot badan perhari.
Induk-induk sangat renponsif terhadap pakan
buatan ini. Induk betina yang matang kelamin di Cijeruk mempunyai bobot
1450-2270 g, sedangkan jantan 1380-3500g, telur ikan Kancera mempunyai ukuran
diameter yang besar yaitu 3-3,5 mm.
IV. PEMIJAHAN
v
Pemijahan secara alami di kolam.
Ikan Kancera mudah berbiak secara alami dengan
cara mengatur tinggi air. Air diturunkan sekitar 30 cm selama 7 hari kemudian
di naikkan sedikit demi sedikit mencapai tinggi maksimal. Kemudian induk-induk
akan membersihkan dasar kolam (batu kerikil) dengan diameter sekitar 30 cm.
ikan akan memijah di habitat tersebut dan telur berada diantara batu-batu
koral. Telur menetas dan benih akan nampak sekitar sepuluh hari kemudian.
v
Pemijahan secara alami di Happa
Induk dirangsang dengan hormone gondotropin
(HCG) 500 u/kg untuk ikan betina dilanjukan dengan Ovaprim dosis ml/kg bobot
badan, sedangkan untuk jantan 0,5 ml/kg. ikan jantan dan betina disimpan didalam
hapa di kolam pemeliharaan. Perbandingan jumlah induk jantan dan betina adalah
1:2. ikan akan memijah secara alami sekitar 9-14 jam setelah penyuntikan.
v
Pemijahan dengan
pembuahan buatan.
Pelaksanaan seperti dikemukakan pada butir dua
di atas, namun ikan yang akan megeluarkan telur (nampak gelisah) ditangkap dan
perutnya di alin (di urut) untuk megeluarkan telur kemudian sperma diaduk. Satu
ekor induk berukuran 1,65 kg dapat menghasilkan 1050 butir telur.
V. Perawatan telur, larva dan benuh
Telur ditetaskan di hapa atau corong penetasan.
Larva dipelihara di akuarium dan diberi pakan Zooplakton (Brachionus, Moina) atau
naupli Artemia sampai larva berukuran 2-3 cm, dan kemudian di tebar dalam bak
atau kolam yang kaya dengan zooplankton. Benih ukuran panjang 13 mm akan
dicapai setelah pemeliharaan larva 28 hari. Selanjutnya benih tersebut telah
siap didederkan di bak atau dibesarkan dikolam.
TEKNIK PEMBENIHAN
PATIN SIAM
(Pangasiussutchi)
I. PENDAHULUAN
Patin Siam (Pangasius sutchi) merupakan ikan introduksi dari Thailand yang
mempunyai prospek pasar yang baik untuk pasar domestik maupun ekspor terutama
dalam bentuk benih. Ikan ini
merupakan jenis ikan
perairan umum yang dapat digunakan untuk stoking di perairan umum.
Dilihat
dari peluang pasar yang baik tersebut, maka perlu diusahakan pengembangannya
khususnya di bidang pembenihan. Karena benih ikan Patin Siam selain
sebagai ikan konsumsi juga banyak dimanfaatkan sebagal ikan hias.
Dengan
demikian usaha di bidang pembenihan ikan Patin Siam ini merupakan peluang yang
potensial
|
PEMBENIHAN
Pematangan Gonad
Induk dipelihara pada kolaMn khusus dengan
kepadatan 0,1-0,25 kg/m2
Selama pemeliharaan induk diberi pakan pelet
dengan kandungan protein 25 - 28 %
Pakan diberikan sebanyak 3 % dari berat badan
dengan frekuensi 2 — 3 kali er had
Pemupukan dengan kotoran ayam dengan dosis 50
kg/500 m2 diberikan setiap 10-15 hat-Pengamatan induk ditandai dengan:
Betina
· Bentuk perut lebib besar dan lembek, wama anus
kemerahan
· Dikanulasi untuk melihat keseragaman diameter telur
Jantan:
· Bila dipijit pada pet-ut ke arab anus keluar cairan putib dan
kental
Pemijahan
v
Sebelum dipijahkan induk diberok selama 1 malam.
v
Pemijahan dilakukan secara buatan dengan menynutik
induk betina dengan hot-mon kelenjat- hipofisa dan HCG
v
Penyuntikan dilakukan 2 kali:
Ø
Penyuntikan pet-tama: dengan I dosis kelenjar
hipofisa donor ikan mas.
Ø
Penyuntikan kedua: dengan 2 dosis kelenjar
hipofisa +
HCG dosis 500 lu/kg.
Ø
Selang penyuntikan antara pertama dan kedua
adalab 12 jam, bagian yang disuntik adalah pangkal sirip punggung bagian
belakang.
v
Ovulasi terjadi 12 jam setelab penyuntikan
kedna.
v
Pembuahan dilakukan dengan pengurutan baik untuk
sperma maupun telur.
Penetasan Telur
v
Telur yang sudah dibuahi litetaskan dalam
akurarium ukuran 50x40x40 cm dengan ketinggian air 30 ir, dengan kepadatan
8000-9000 )utir/akuarium secara merata di dasar ikuanum.
v
Dengan suhu air 25-29 0C, telur akan
nenetas dalam waktu 18-24 jam setelah pembuahan.
v
Setelah menetas larva dipindah ke dalam kuarium
yang diaerasi terus-menerus dengan ketinggian air 30cm.
Pemeliharaan
Larva
v
Larva dipelihara dengan kepadatan 50-75 ekor/1
selama 10-14 hari.
v
Pakan berupa nauplli artemia sebanyak 1 sendok
teh dengan frekwensi 3-5 kali/hari.
v Panen
dengan cara penyedotan dengan selang plastik atau ditangkap dengan scoopnet.
Pendederan di Kolam
Ø
Persiapan kolam meliputi:
v
Pengeringan 2-3 hari
v
Perbaikan pematang
v
Pemupukan dengan kapur, dosis 50-750 gr/m2
v
Setelah diisi air selama 3 hari kolam siap
digunakan
Ø
Padat tebar 30-50 ekor/m2 untuk ukuran
0,8 - 1,1 cm
Ø
Pakan tambahan berupa pellet remah sebanyak 10 %
berat biomas per hari dengan
frekwensi 3 kali/hari
Ø
Lama pemeliharaan selama 3-4 minggu, kemudian
dipanen dengan mengeringkan
kolam dan benih ditangkap dengan waring
nilon dimana benih sudah mencpai ukuran 5-8 cm.
Sumber :
DIREKTORAT PEMBENIHAN
DITJEN PERIKANAN BUDIDAYA
Jn Hartono RM No.3 Gdg B lantai 5
Ragunan Pasar Minggu Jakarta Selatan
Telp, : (021) 7815630
http://www.benih-ikan or,id
E-mail :
infobenih@yahoo,com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar