Neocloris Aquatica

Blog ini bertujuan untuk memberikan informasi data kepada taruna ataupun masyarakat luas untuk pembangunan kelautan perikanan indonesia yang lebih maju

Sabtu, 28 Juni 2014

Teknik Pembenihan dan Budidaya Ikan Tambakan

Teknik Pembenihan dan Budidaya Ikan Tambakan Posted: 23rd June 2012 by achmadfathony in Uncategorized 0 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan Tambakan (Helostoma temmincki) di beberapa daerah dikenal sebagai ikan Terbakan (Jawa Barat), Tambakan (Jawa Tengah), Tambakalang (Jambi), ikan Sapil (Sumsel), dan Biawan (Kalimantan) merupakan ikan sungai atau rawa yang cocok dipelihara di kolam yang sirkulasi airnya kurang lancar atau miskin Oksigen. Di Indonesia ikan Tambakan termasuk ikan ekonomis penting yang harganya cukup tinggi terutama di pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Untuk Provinsi Jambi saja misalnya harga ikan tambakan dapat mencapai Rp 18.000/Kg, ini masih tergolong rendah, karena ikan ini masih banyak terdapat di perairan Jambi. Jika ikan ini di budidaya dan dijual ke daerah yang sedikit terdapat diperairannya, harga ikan ini bisa melonjak hingga Rp. 30.000-40.000/kg untuk ukuran 100 gram atau 10 ekor/kg dengan permintaan pasar mencapai 7000 kg/Tahun untuk tahun 2009 untuk dalam negeri. Berarti Ikan Tambakan menghendaki tempat yang hangat, yang biasanya berada pada ketinggian antara 150-750 m dari permukaan air laut. Suhu air optimum yang memberikan hasil yang baik bagi pemeliharaan ikan ini antara 27-300C. Keberhasilan usaha budidaya ikan sangat ditentukan oleh ketersedian benih yang cukup jumlahnya dan bermutu baik. Ketersediaan benih yang cukup digunakan untuk kegiatan budidaya dan juga digunakan untuk cadangan diperairan umum, sehingga keberadaan ikan tersebut tetap lestari. Oleh karena itu, perlu diupayakan usaha pembenihannya. Komoditas ikan tambakan (Helostoma temmincki) tidak semua UPT mengerjakannya. Balai Budidaya Air Tawar Sungai Gelam Jambi merupakan salah satu lembaga dibawah Departemen Perikanan dan Kelautan yang berperan dalam pengembangan teknologi pembenihan air tawar termasuk ikan tambakan, sehinggga pada kesempatan ini penulis memilih tempat di Balai Budidaya Air Tawar Sungai Gelam Jambi, sebagai tempat melaksanakan praktek kerja lapangan Komoditas Air Tawar. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari praktek kerja lapangan ini adalah: 1. Untuk mengetahui teknik Pembenihan dan Budidaya ikan Tambakan serta system usahanya di BBAT Jambi. 2. Mengikuti dan terjun langsung dalam kegiatan pembenihan ikan tambakan. Agar mampu mengaplikasikan ilmu yang didapatkan selama kuliah dalam kegiatan pembenihan ikan Tambakan. 3. Sebagai tugas akhir untuk mengikuti mata kuliah Praktek Kerja Lapangan Pembenihan di Program Studi Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG 5.1 Karakteristik Ikan Tambakan 5.1.1Klasifikasi dan Morfologi Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes Upaordo : Anabantoidei Famili : Helostomatidae Genus : Helostoma Spesies : Helostoma temminckii Nama Lokal : Ikan Tambakan Ikan tambakan (Helostoma temminckii) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang berasal dariwilayah tropis, tepatnyaAsia Tenggara. Ikan ini pada awalnya berasal dari Thailand hingga Indonesia sebelum akhirnya diintroduksi ke seluruh dunia. Ikan ini juga dikenal dengan nama gurami pencium karena kebiasaannya “mencium” saat mengambil makanan dari permukaan benda padat maupun saat berduel antara sesama pejantan. Di Indonesia sendiri, ikan ini memiliki banyak nama seperti bawan, biawan, hingga ikan samarinda. Ikan tambakan memiliki tubuh berbentuk pipih vertikal. Sirip punggung dan sirip analnya memiliki bentuk dan ukuran yang hampir serupa. Sirip ekornya sendiri berbentuk nyaris bundar atau mengarah cembung ke luar, sementara sirip dadanya yang berjumlah sepasang juga berbentuk nyaris bundar. Di kedua sisi tubuhnya terdapat gurat sisi, pola berupa garis tipis yang berawal dari pangkal celah insangnya sampai pangkal sirip ekornya. Kurang lebih ada sekitar 43-48 sisik yang menyusun gurat sisi tersebut. Ikan tambakan diketahui bisa tumbuh hingga ukuran 30 sentimeter. Salah satu ciri khas dari ikan tambakan adalah mulutnya yang memanjang. Karakteristik mulutnya yang menjulur ke depan membantunya mengambil makanan semisal lumut dari tempatnya melekat. Bibirnya diselimuti oleh semacam gigi bertanduk, namun gigi-gigi tersebut tidak ditemukan di bagian mulut lain seperti faring, premaksila, dentary, dan langit-langit mulut. Ikan tambakan juga memiliki tapis insang (gill raker) yang membantunya menyaring partikel-partikel makanan yang masuk bersama dengan air. Ada dua jenis ikan tambakan berdasarkan warnanya, namun mereka masih termasuk dalam spesies yang sama: ikan tambakan berwarna hijau dan ikan tambakan berwarna pucat atau merah muda. Belakangan, ada juga jenis ikan tambakan yang ukurannya lebih kecil dari ikan tambakan kebanyakan dan bentuknya bundar nyaris menyerupai balon. Variasi genetis ikan tersebut biasa dikenal dengan nama “gurami pencium kerdil” atau “balon merah muda”. 5.1.2 Habitat dan Penyebaran Ikan tambakan merupakan ikan air tawar yang bersifat bentopelagik (hidup di antara permukaan dan wilayah dalam perairan). Wilayah asli tempatnya tinggal umumnya adalah wilayah perairan tropis yang dangkal, berarus tenang, dan banyak terdapat tanaman air. Pada awalnya ikan tambakan hanya ditemukan di perairan air tawar Asia Tenggara, namun belakangan mereka menyebar ke seluruh wilayah beriklim hangat sebagai binatang introduksi. 5.1.3 Pakan dan Kebiasaan Makan Ikan tambakan adalah ikan omnivora yang mau memakan hampir segala jenis makanan. Makanannya bervariasi, mulai dari lumut, tanaman air, zooplankton, hingga serangga air. Bibirnya yang dilengkapi gigi-gigi kecil membantunya mengambil makanan dari permukaan benda padat semisal batu. Ikan tambakan juga memiliki tapis insang (gill raker) yang membantunya menyaring partikel plankton dari air. Saat sedang mencabut makanan yang menempel di permukaan benda padat memakai mulutnya itulah, ikan ini bagi manusia terlihat seolah-olah sedang “mencium” benda tersebut. 5.1.4 Reproduksi dan Perkembangbiakan Ikan tambakan termasuk ikan yang mudah berkembang biak. Di alam liar, dalam waktu kurang dari 15 bulan, populasi minimum mereka sudah bisa bertambah hingga dua kali lipat populasi awalnya. Reproduksi ikan tambakan sendiri terjadi ketika periode musim kawinnya sudah tiba. Di Thailand misalnya, musim kawin ikan tambakan terjadi antara bulan Mei hingga OktoberPerkawinan antara kedua ikan tambakan yang berbeda jenis kelamin terjadi di bawah tanaman air yang mengapung. Ikan tambakan betina selanjutnya akan melepaskan telur-telurnya yang kemudian akan mengapung di antara tanaman air. Tidak seperti anggota subordo Anabantoidei lainnya, ikan tambakan tidak membuat sarang maupun menjaga anak-anaknya sehingga anak ikan tambakan yang baru menetas sudah harus mandiri. Sehari setelah pertama kali dilepaskan ke air, telur-telur tersebut akan menetas dan setelah sekitar dua hari, anak-anak ikan tambakan sudah bisa berenang bebas. 5.2 Pemeliharaan Induk Persiapan wadah pada pemeliharaan induk dimulai dengan menyurutkan air sampai habis dengan cara membuka pintu saluran outlet dan menutup pintu saluran inlet dengan menggunakan karung, kayu dan besi lempengan. Adapun pengertian Inlet adalah saluran pemasukan air dan Outletadalah saluran pengeluaran air. Setelah air surut dilakukan pembersihan kolam dari kotoran dan hama. Hama pada ikan biasanya berupa keong dan ikan-ikan kecil, termasuk ikan gabus. Pembersihan kolam dengan menggunakan sekop atau cangkul. Pada pemeliharaan induk ini dilakukan pengapuran tapi pemupukan tidak dilakukan karena pada kolam induk masih ada unsur-unsur hara yang dibutuhkan buat menumbuhkan pakan alami. Pengapuran bertujuan untuk membunuh hama-hama pengganggu pada induk tambakan. Tanah dasar kolam induk diolah dengan cara membalikkan tanah menggunakan sekop yang ditarik secara merata. Pengisian air dilakukan setelah selama satu hari dikeringkan. Ketinggian air untuk kolam pemeliharaan induk yang berkedalaman 100 cm diisi air setinggi 80 cm. 5.3 Penebaran Induk Calon induk diambil dari alam yang lokasi induknya berada didaerah sekitar. Propinsi Jambi. Kemudian induknya dipelihara di kolam pemeliharaan induk yang telah disiapkan. Calon induk dipelihara pada kolam air tenang yang kadar oksigennya rendah, ikan tambakan masih dapat hidup karena ikan tambakan mempunyai alat pernapasan tambahan yang berupalabirynth. Induk Jantan dan Induk Betina dipelihara dalam satu kolam. Induk yang dipelihara pada kolam pemeliharaan induk hanya menggunakan satu kolam, dengan luas 250 m2. 5.4 Pemberian Pakan Pakan yang diberikan adalah pakan buatan yang berupa pellet. Jenis pellet yang diberikan adalah pellet jenis tenggelam dengan merk ‘CPP 888-3 SM’. Pellet tersebut dibuat di pabrik pakan yang berada di daerah Karawang. Kandungan nutrisi pellet ‘CPP 888-3 SM’ Dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Kandungan Nutrisi Pakan Ikan No Kandungan Nutrisi Kadar (%) 1. Protein 30-32 2. Lemak 3-5 3. Serat 4-6 4. Abu 5-8 5. Kadar Air 11-13 Kandungan Protein pada pakan ikan 30-32% diberikan sebanyak 3% dari bobot tubuh ikan perhari. Dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari atau 3 kg perhari dan pemberian pakan dilakukan pada pagi hari jam 07:00 WIB dan sore hari diberikan jam 16:00 WIB. Pemberian pakan yang cukup dapat merangsang pematangan gonad pada induk. Pakan diberikan dengan cara ditebar di satu tempat saja atau tidak boleh memencar. Untuk membuat induk ikan datang dan mengumpul di satu tempat maka induk di panggil dengan cara, dinding kolam dipukul-pukul menggunakan kayu atau tangan. 5.5 Pengelolaan Kualitas Air Kondisi lingkungan terutama kondisi perairan sangat mempengaruhi keberhasilan Budidaya. Pengelolaan air pada pemeliharaan induk dilakukan dengan pergantian air secara overflow atau secara terus-menerus yaitu air yang keluar sebanding dengan air yang masuk. Pergantian air dilakukan dengan membuka pipa saluran inlet dan mengisi air sampai penuh atau sampai batas pipa outlet. Pipa outlet tersebut ditutup dengan saringan atau kain. Tujuannya agar ikan yang ada di kolam tidak akan keluar walaupun airnya penuh sampai batas pipa outlet. Pipa saluran inlet tidak perlu dipasang saringan karena air yang masuk kedalam kolam sudah bersih dari sampah dan kotoran. Kualitas air pada kolam pemeliharaan induk dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Kualitas Air Kolam Pemeliharaan Induk Tambakan. No Parameter Nilai 1. Suhu (0c) 25-30 0C 2. pH 7,55 3. DO (mg/l) 5,0 4. Kecerahan (cm) 20 5. Warna Perairan Coklat Kemerahan (Keruh) Jadi ikan Tambakan dapat hidup walaupun warna perairannnya coklat kemerahan (keruh). Alat untuk mengukur Kualitas Air adalah sebagai berikut: 1. pH meter dan Termometer, 2. DO meter, 3. Seichi disk. Cara kerja pH meter dengan cara PH meter dicelupkan kedalam air, kemudian dicatat berapa PH yang ada didalam kolam. Termometer dengan cara dicelupkan kedalam air, yang cara penggunaannya hampir sama dengan pH meter. Kemudian dicatat berapa suhu yang ada di kolam tersebut. DO meter dengan cara DO meter dimsukkan kedalam perairan tersebut dan biarkan sampai angka yang ditunjukkkan baru berhenti, kemudian angka yang telah berhenti tersebut dicatat. Sedangkan untuk Seichi disk cara kerjanya adalah dengan cara seichi disk dimasukkan kedalam kolam tersebut dan diamati sampai kedalaman berapa seichi disk tidak akan terlihat lagi, kemudian dicatat berapa kecerahannya. Untuk pengukuran kualitas air ini dilakukan tiap sepuluh hari sekali yaitu hanya pada pagi hari hanya untuk kolam induk. 5.6 Seleksi Kematangan Gonad Induk yang akan dipijahkan harus diseleksi terlebih dahulu karena proses seleksi induk akan menentukan keberhasilan dalam proses pemijahan. Induk yang dipilih adalah induk yang sehat, anggota tubuhnya tidak cacat dan gerakannya aktif. Sedangkan untuk seleksi kematangan gonad dilakukan dengan pengecekan induk. Kemudian induk tambakan ditimbang bobotnya dan diukur panjang total ikan. Seleksi induk yang akan dipijahkan dilakukan pada pagi hari untuk menghindari ikan mengalami stress karena pengaruh suhu. Seleksi dilakukan dengan menangkap induk dari kolam pemeliharaan induk dan ditempatkan didalam ember besar untuk dipindahkan kedalam bak fiber glass untuk dipijahkan. Ukuran induk tambakan yang sudah siap memijah berumur 12-18 bulan dengan panjang 20-24 Cm dan berat 150-300 Gram/ekor. Jumlah telur yang dihasilkan 73.073 butir tiap satu induk. Induk yang telah matang kelamin dapat dilihat ciri-cirinya sebagai berikut: Betina Badannya relatif tebal agak membulat, jinak. Sisiknya terutama mulai dari dagu keperut lebih putih bersih dari pada jantan. Perut mengembang dengan pangkal sirip dada berwarna kemerah-merahan. Jantan badannya relatif lebih tipis, memanjang dan kelihatan liar. Warnanya mulai dari dagu keperut lebih gelap dari pada ikan betina. Jika perutnya dicoba ditekan maka akan keluar cairan putih yang tidak lain adalah sperma. Pada punggung dan pipi sampai dagu terdapat banyak sisik yang berwarna kehitam-hitaman. Secara rata-rata panjang ikan jantan 19,67 cm dengan bobot 106,53 gram. Sedangkan untuk panjang rata-rata ikan betina 22,75 cm dan bobot total ikan betina 188,27 gram. 5.7Pemijahan Induk 5.7.1 Persiapan Wadah Pemijahan Pemijahan ikan tambakan dilakukan pada bak fiber glass terkontrol dengan volume bak 1000 liter. Bak yang disiapkan sebanyak empat buah bak, kemudian bak dibersihkan Setelah itu bak yang digunakan dibilas dengan air bersih. Kemudian bak yang telah dibersihkan dikeringkan selama satu hari agar kuman-kuman dan bibit penyakit mati. Sedangkan persiapan bak fiber glass ini dilakukan di hatchery satu yang tertutup. Setelah bak fiber glass dikeringkan selama satu hari, kemudian air diisi kedalam bak fiber glass tersebut sebanyak 600 liter. Kemudian aerasi dipasang kemasing-masing bak fiber glass sebanyak dua buah selang aerasi dan aerasi harus di cek setiap hari. 5.7.2 Pemijahan Sebelum ikan dipijahkan dilakukan penangkapan induk dengan menggunakan Jaring. Ukuran mata jaring yang digunakan untuk menangkap induk jantan dan betina dengan diameter jaring 1 cm. Kemudian ikan digiring dengan cara mempersempit ruang gerak ikan didalam air. Pemijahan dilakukan didalam bak fiber glass dengan volume 600 liter air, dengan perbandingan jantan dan betina 1:1. Bak fiber glass tidak perlu ditutup dengan jaring, karena bak yang digunakan cukup besar dan volume airnya tidak terlalu banyak. Sebelum induk dipijahkan terlebih dahulu diberok dengan tujuan untuk mengosongkan perut ikan dari kotorannya (feces). Jumlah ikan Jantan dan Betina yang ditangkap sebanyak 25 Jantan dan 25 Betina dan dilakukan pemijahan massal dan secara alami. Induk Jantan dan Betina dimasukkan kedalam bak fiber glass. Pemijahan ini tidak menggunakan substrat pemijahan, karena telur melayang/mengapung di permukaan air. Setelah ikan jantan dan betina digabung kemudian suhu air di cek dengan menggunakan pH meter, Termometer dan DO meter. Adapun suhu untuk pemijahan ikan tambakan berkisar 26,8 0C, pH nya 6,99 ppm, DO nya 5,1. Kemudian selang Aerasi di pasang kedalam bak fiber tersebut. Adapun tingkah laku pemijahannya adalah sebagai berikut, Ikan jantan akan mengejar-ngejar ikan yang betina. Kemudian warna air akan berubah menjadi keruh dan airnya bau amis dan kelihatan ada gelembung-gelembung kecil di air tersebut Kemudian ikan jantan akan memutar-mutarkan badannya dan membelitkannya kepada betian. Ikan betina yang sudah memijah akan terlihat bekas luka akibat gigitan dari ikan jantan yang cukup keras. Kemudian akan mulai memijah dan melakukan ovulasi pada pagi hari yaitu pada pukul 06:35. Telur akan mulai banyak yang keluar dan terbuahi. Kemudian induk jantan dan betina akan selesai memijah dan setelah itu induk dikembalikan ke kolam pemeliharaan induk pada pukul empat sore. Ciri-ciri telur yang dibuahi dan yang tidak dibuahi adalah sebagai berikut: Telur yang dibuahi berwarna kuning dan bening transparan, Sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna putih dan jika dibiarin terlalu lama akan ada jamur yang tumbuh. Telur tersebut bersifat melayang di permukaan air. 5.8Penetasan Telur 5.8.1 Persiapan Wadah Adapun wadah yang diperlukan untuk menetaskan telur adalah 3 buah bak fiber glass yang telah disediakan dan yang telah dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel pada bak fiber glass tersebut. Kemudian selang aerasi pada bak fiber glass tersebut dipasang sebanyak 6 buah. 5.8.2 Penebaran dan Inkubasi Telur Telur dipindahkan ke bak fiber glass yang telah disiapkan. Pemindahan telur dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan serok kain yang lubang kainnya rapat. Kemudian telur di serok perlahan-lahan, diserok sedikit demi sedikit tidak boleh terlalu banyak karena akan menyebabkan telur-telur akan menjadi rusak. Telur yang telah diserok disebar secara perlahan-lahan. Suhu dari ke tiga bak fiber glass tersebut adalah 27,37 0C, sedangkan untuk ph 7,13 dan DO nya 6,98 ppm. Telur yang dibuahi kemudian diukur diameternya dengan menggunakan mikroskop. Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk mengukur diameter telur adalah sebagai berikut: Mikroskop elektron, Cawan petrik, Gelas objek, Tissue, Jarum pentul, Wadah plastic. Kemudian telur diambil sebanyak 50 butir, diameter telur diukur setelah dua jam telur keluar pada pukul 08:45 – 09:15 WIB. Jadi jumlah diameter rata-rata telur yang telah diukur adalah 0,99 mm. Telur yang telah di Inkubasi mulai menetas setelah16-20 jam, pada kegiatan yang saya lakukan telur akan menetas pada pukul 21:30 WIB. Dikarenakan suhu penetasan pada telur sangat bagus sehingga telur akan cepat menetas. Telur dihitung dengan mengambil tiga kali ulangan, tiap ulangan diisi telur sebanyak + 200 butir telur. Kemudian telur dimasukkan ke tiga saringan. Adapun cara penghitungan derajat pembuahan telur adalah sebagai berikut. Sedangkan derajat penetasan dihitung dengan cara menghitung satu-satu jumlah larva yang menetas. Untuk jumlah telur, derajat penetasan , Hr, Fr, Gsi dapat dilihat pada tabel 4 di halaman lampiran. 5.9 Pemeliharaan Larva 5.9.1 Persiapan Wadah Pemeliharaan Persiapan wadah pemeliharaan larva dengan menggunakan bak beton yang berukuran 2,5 meter x 5,0 meter. Bak beton yang digunakan sebanyak tiga buah bak beton. Untuk menggunakan bak beton sebaiknya bak beton dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang menempel. Karena bak beton bekas pemeliharaan benih ikan patin siam dan bekas kultur pakan alami. Air yang ada di bak beton dibuang terlebih dahulu semuanya, kemudian setelah air yang ada didalam bak beton habis dibuang semuanya. Kemudian bak beton dibersihkan dengan menggunakan mesin pompa door smeer yang mempunyai daya dorongan air yang kuat. Kemudian air tersebut disorong ke pipa outlet dengan menggunakan sekop beserta kotoran yang telah dibersihkan. Setelah bak dirasa cukup bersih, kemudian bak dikeringkan selama satu hari. Pengeringan bak berguna untuk membunuh bibit-bibit penyakit dan kuman-kuman yang ada didalam bak. Kemudian selang aerasi dan batu aerasi tetap dipasang, kemudian aerasi di cek terus-menerus. Setelah bak dikeringkan kemudian air dimasukkan kedalam bak sebanyak 5000 liter atau 5 ton air. Jadi untuk ketiga bak dibutuhkan 15 ton air atau 15.000 liter air. Bak yang telah disiapkan, sebelumnya pakan alami sudah dikultur terlebih dahulu sebelum larva ditebarkan. 5.9.2 Pemanenan Larva Tambakan Larva dipanen setelah semua telur menetas, Larva dipanen dengan menggunakan serokan kain. Kemudian larva ikan dihitung dengan menggunakan sendok takar 5 ml. sebelumnya larva ikan telah dihitung berapa takar larva yang didapat dalam satu sendok takar. Kemudian panjang larva tambakan diukur dengan menggunakan mikroskop proyektor. 5.9.3 Penebaran Larva Tambakan Larva Tambakan ditebar di bak beton yang telah disiapkan dan yang telah tumbuh pakan alaminya buat pakan larva tambakan. Larva tambakan masih memiliki kuning telur, kuning telur larva tambakan akan habis setelah larva tambakan berumur dua hari. Setelah umur larva tambakan lewat 2 hari larva akan mulai memakan pakan alami yang ada di bak beton berupa Plankton. Adapun larva tambakan yang masih berumur satu hari belum dapat berenang kedalam kolom perairan. Larva baru dapat berenang kedalam kolom perairan setelah larva berumur 3 hari. Larva bersifat tenang dan tidak mau bergerak, tapi ada sebagian larva yang sudah langsung bergerak bebas dan berenang didalam kolom perairan. Untuk larva tambakan ini, aerasi tetap harus dipasang karena jumlah ikan yang ditebar terlalu padat dan suplai oksigen buat larva tetap ada. Larva yang baru menetas akan terapung dengan perut diatas dan ukuran larva yang baru menetas berukuran 2,5 mm. 5.9.4 Pendederan 1 Pada kolam pendederan I penebaran larva dilakukan pada pukul 13:30-17:00 WIB dengan cara larva diserok dengan menggunakan serokan kain. Kemudian Larva di takar dengan menggunakan sendok takar 5 ml dan dimasukkan kedalam baskom. Bak I diisi 200 takar (736.000), Bak II diisi 183 takar (673.440) dan Bak III diisi 175 takar (644.00). Dengan kapasitas air 5000 liter. Tiap satu takar 3680 ekor larva. Jadi jumlah larva yang menetas keseluruhannya 2.053.440. Pakan yang diberikan pada pendederan I berupa tepung pellet, selain itu larva makan pakan alami yang tumbuh di bak beton. 5.9.5 Pemberian Pakan Larva Tambakan Selain plankton larva tambakan dapat diberikan pellet yang lebih halus buat larva tambakan. Tetapi pellet dapat diberikan setelah semua larva dapat bergerak dan berenang bebas dan kuning telur telah habis sebagai pakan cadangan. Pemberian pakan dilakukan setelah 2-3 hari dengan cara menebarkan pakan diatas permukaan air. Frekwensi pemberian pakan dilakukan empat kali sehari sebanyak 12 gram/hari sampai umur 3 hari dan 20 gram/hari sampai umur 7 hari. Untuk pemberian pakan dengan cara Micro diet dilakukan dengan cara dilarutkan kedalam air kemudian di tebar ke permukaan air. 5.9.6 Pemanenan Benih Sebelum melakukan pemanenan benih tambakan, benih dipuasakan terlebih dahulu selama satu hari (di berok) gunanya untuk mengosongkan perut dan mengurangi amoniak pada ikan sewaktu dikirim. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan jaring, benih diambil sebanyak 10.000 ekor sesuai permintaan dari konsumen. Sebelum benih tambakan dikirim, larva tambakan ditampung didalam hapa, yang telah dipasang sebelumnya didekat kolam benih. Benih yang dipanen akan disumbangkan ke pesantren yang membutuhkannya dan juga untukrestocking. 5.9.7 Kultur Pakan Alami Sebelum larva di tebar kedalam bak pakan alami harus dikultur terlebih dahulu buat pakan larva. Bak yang dibutuhkan sebanyak tiga buah dengan ukuran 2,5 meter x 5,0 meter. Wadah yang dibutuhkan harus dibersihkan terlebih dahulu. Dengan cara air yang kotor didalam bak harus dibuang terlebih dahulu yang ada pada ketiga bak tersebut. Kemudian bak tersebut dibersihkan dengan menggunakan pompa yang mempunyai tenaga dorongan yang kencang. Bak dibersihkan dan Semua kotoran juga endapannya langsung dibuang. Lalu selang aerasi dipasang tiap-tiap bak yang akan digunakan. Kemudian air dimasukkan kedalam bak yang telah dikosongkan, air diisi sebanyak 5000 liter. 5.9.8 Pemupukan Untuk pemupukan bak dimulai setelah air bak diisi, adapun dosis pupuk yang digunakan adalah sebagai berikut. Urea 800 gram, Tsp 880 garam, Dedak 800 gram, Tepung ikan 400 gram, Tepung kedelai 400 gram. Sedangkan volume air untuk bak 1 dan bak ke 2 jumlah volume air nya adalah sebanyak 10 ton/10.000 liter air. Pemupukan berguna untuk menumbuhkan pakan alami. Jenis pakan alami yang biasa dimakan oleh larva ikan adalah plankton. Untuk bak yang ketiga langsung diambil pakan alami dari bak yang sebelahnya, dengan menggunakan mesin pompa dengan cara pakan alami disedot kemudian diisi sebanyak 5 ton/5000 liter yang ada pakan alaminya. Pada cuaca cerah pakan alami akan tumbuh dengan cepat, pakan alami akan tumbuh selama tiga hari dan jika pada cuaca mendung pakan alami akan tumbuh dengan lambat atau selama satu Minggu. Warna perairan yang bagus buat pakan alami berwarna hijau tua. Tabel 5. Pengukuran suhu air pada bak pakan alami. No Parameter yang diukur Nilai/Angka 1. Suhu 28,52 0C pH 6,74 DO 5,2 ppm 2. Suhu 28,94 0C pH 6,29 DO 4,14 ppm 5.7 Pengembangan Usaha Pembenihan 5.7.1 Kendala Teknologi pembenihan ikan tambakan telah dikuasain, namun masyarakat kurang tertarik untuk membudidayakan ikan tambakan tersebut dikarenakan pertumbuhannya sangat lambat. Maka diperlukan dibuat pelatihan-pelatihan yang mampu menarik masyarakat untuk ikut serta dalam melestarikan ikan tambakan. Perlu ditemukan lagi teknologi yang dapat mempercepat pertumbuhan ikan tambakan. Induk Ikan Tambakan masih sangat susah didapat, kebanyakan induk tambakan didapat dari hasil tangkapan alam, maka perlu dibuat teknologi untuk mempercepat calon induk tambakan yang baik. Keberhasilan usaha budidaya ikan sangat ditentukan oleh ketersediaan benih yang cukup jumlahnya dan bermutu baik. Ketersediaan benih yang cukup digunakan untuk kegiatan budidaya dan juga digunakan untuk cadangan diperairan umum, sehingga keberadaan ikan tersebut tetap lestari. Oleh karena itu, perlu diupayakan usaha pembenihannya. Komoditas ikan tambakan (Helostoma temmincki) UPT mengerjakannya. Balai Budidaya Air Tawar Sungai Gelam Jambi merupakan salah satu lembaga dibawah Departemen Perikanan dan Kelautan yang berperan dalam pengembangan teknologi pembenihan air tawar termasuk ikan tambakan. Menyebarkan informasi teknologi pembenihan ikan tambakan yang aplikatif kepada masyarakat. Rekaya teknologi pakan yang cocok untuk perkembangan gonad ikan tambakan. Aspek pembesaran untuk calon induk ikan tambakan dapat dilakukan yaitu, melakukan rekaya pembesaran ikan tambakan secara intensif baik di BBAT Jambi, maupun di masyarakat pembudidaya ikan yang memiliki lingkungan yang cocok untuk pemeliharaan ikan ini. Mencari alternatif budidaya pembesaran ikan tambakan selain dikolam sehingga pemanenan lebih mudah. Mencari alternatif untuk mengurangi resiko kematian benih pada saat benih di pindahkan dari bak Fiber glass ke bak Beton. Kemudian mencari solusi untuk menumbuhkan pakan alami buat benih tambakan secara cepat. 5.7.2 Prospek Usaha kedepan Benih tambakan di restocking didaerah Lubuk Larangan. Untuk harga tambakan yang siap dikonsumsi 30.000-40.000/kg untuk ukuran 100 gram atau 10 ekor/kg. Manfaat dari restocking ikan tambakan ini adalah untuk pelestarian plasma nutfah atau ikan-ikan yang telah ada dilestarikan agar tidak punah dan bisa terdapat dialam dan masyarakat luas bisa mengkonsumsi ikan tambakan tersebut. Untuk manajemen restocking, ikan yang telah di restocking dilakukan 3 kali pengecekan seperti sampel awalrestocking. Ikan tambakan sudah sejak lama membawa manfaat bagi manusia. Di wilayah aslinya di Asia Tenggara, ikan ini dibudidayakan untuk diambil dagingnya. Ikan tambakan juga biasa dipancing di alam liar. Belakangan, ikan tambakan menjadi salah satu komoditas ikan hias air tawar karena wujud dan perilakunya yang unik. Sebagai dampak dari popularitasnya sebagai ikan hias, sejumlah besar ikan tambakan yang masih berukuran kecil diekspor ke negara-negara lain seperti Jepang, Eropa, Amerika Utara, dan Australia. Kemudian setiap tiga bulan sekali dilakukan pengambilan sampel ikan di lokasi restocking. Selain itu harga benih ikan tambakan didaerah Palembang yang ukuran 2 cm dihargai 200 rupiah tiap 1 ekor. Sedangkan untuk analisa usahanya yaitu investasi total Rp. 52.700.000 sedangkan untuk total biaya produksinya Total Biaya= Biaya tetap+Biaya tidak tetap= Rp. 7.420.000+2.935.000 = Rp. 10.355.000. Untuk Pendapatan Benih nya ukuran 2 cm yang di panen dikali harga Benih ukuran 2 cm 150.000 ekor @. 200 = Rp. 30.000.000. Keuntungan adalah total penerimaan setelah dikurangi dengan biaya total, Pendapatan –Total biaya = Rp.30.000.000-10.355.000 = Rp.19.645.000. R/C Ratio = Pendapatan : Total Biaya = Rp. 30.000.000 : Rp. 10.355.000 = 2,89 Artinya setiap pembiayaan sebesar Rp. 2,00 akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 2.89 Sedangkan untuk BEP Volume Produksi Total Biaya : Harga Satuan = 10.355.000 : 200/ekor = 51.775 ekor. Artinya titik balik balik modal usaha ini akan tercapai bila volume produksi benih mencapai 51.775 ekor. BEP Harga Produksi, Total Biaya : Total Produksi = 10.355.00 : 150.000 = 69,033/ekor Pay Back Periode (PP), PP = Investasi : Keuntungan x 1 Tahun = 52.700.000 : 39.290.000 = 1,3 Tahun. CASH FLOW = Keuntungan + Biaya Penyusutan = 39.290.000 + 5.270.000 = 44.560.000 Periode produksi dua kali dalam setahun dengan target produksi benih yang di peroleh 1.200.000 ekor/siklus atau 2.400.000 ekor/tahun. VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari kegiatan pemijahan ikan tambakan di bak beton dapat disimpulkan bahwa derajat pembuahan (FR) pada bak Fiber glass 97,6% dan Jumlah telur yang menetas (HR) 95,5 % dan suhu air yang bagus buat pemijahan 27-30 0C sedangkan SR nya tidak ada. Keberhasilan dari kegiatan perekayasaan ini dapat memberikan pengetahuan guna mempercepat proses ahli teknologi pemeliharaan ikan tambakan dan untuk dikembangkan melalui usaha perikanan yang akhirnya akan dapat menjadikan usaha ekonomis yang menguntungkan. 6.2 Saran Dari hasil praktek kerja lapang maka saran yang dapat diambil yaitu: • Perlu dilakukan pemisahan terhadap induk tambakan yang telah selesai dipijahkan dengan yang belum matang gonad. • Sebaiknya pada saat melakukan pendederan Larva ikan tambakan jangan di pindahkan di Bak Beton luar Hatchery, tetapi biarkan saja dulu larva tersebut masih tetap di dederkan di bak dalam hatchery. Karena larva masih rentan terhadap suhu dingin. • Perlu dilakukan pengkulturan pakan alami yang cukup bagi larva dan benih tambakan. • Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam teknologi pemeliharaan benih, pendederan dan pembesaran supaya tingkat kelulushidupan ikan tambakan tinggi, sehingga usaha pembenihan ikan tambakan dapat efektif. DAFTAR PUSTAKA Heru Susanto. 1999. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta. Mashudi, Ediwarman dan Maskur. 2001. Pemijahan ikan tambakan (Helostoma temmincki). Balai Budidaya Air Tawar Jambi. Jambi

Selasa, 24 Juni 2014

makalah laporan PKL ikan nila

SEMINAR LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN JURUSAN PENYULUHAN PERIKANAN SEKOLAH TINGGI PERIKANAN PEMBENIHAN IKAN NILA NIRWANA (Oreochromis niloticus bleker) DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN (BPBI) WANAYASA PURWAKARTA JABAR *) Oleh : Rusli **) Pembimbing : 1. Dr. Andin H. Taryoto 2. Abdul Hanan SP., MSi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nila berasal dari Sungai Nil di Benua Afrika. Nama ilmiah dari ikan ini adalah Oreochromis niloticus. Ikan nila, yang mempunyai nama genus Tilapia, sejak awal diintroduksi dari Taiwan tahun 1969, langsung digemari para pembudidaya. Tingginya kemampuan ikan nila beradaptasi dengan lingkungan baru membuat jenis ikan ini menjadi salah satu primadona di kalangan pembudidaya ikan air tawar. Ikan nila nirwana merupakan ikan hasil persilangan dari ikan nila GIFT dan nila GET. Dagingnya putih, tebal, padat dan tidak berduri. Karena itu ikan ini banyak digemari di luar negeri diantaranya Belgia dan Saudi Arabia. Keunggulan ikan nila nirwana ini, lebih cepat besar, sehingga sangat cocok untuk budidaya. Hanya dalam waktu 6 bulan beratnya bisa mencapai 1 kilogram, Sehingga ikan ini memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi, ketimbang ikan air tawar lainnya seperti ikan mujair dan ikan mas. Pengembangbiakan ikan nila nirwana ini dilakukan di Kecamatan Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat. Dengan ketinggian sekitar 700 meter, di atas permukaan laut dan suhu udara antara 18 sampai 25 derajat celsius, tempat ini memang sangat cocok untuk pengembangbiakan ikan air tawar. Karena itu, di tempat ini banyak terdapat kolam-kolam pengembangbiakan ikan air tawar. Seperti ikan mas, ikan nilem, dan ikan gurame. Di kolam ini pula dikembangbiakan ikan nila nirwana. 1.2 Tujuan Tujuan yang telah dicapai dalam pelaksanaan PKL (Praktek Kerja Lapangan) yang mengambil judul Pembenihan Ikan Nila Nirwana (Oreochromis niloticus bleker) Di BPBI (Balai Pengembangan Benih Ikan) Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat adalah: 1) Mengetahui teknik pembenihan Ikan Nila Nirwana. 2) Mempelajari semua hambatan dan masalah yang terjadi pada pembenihan ikan nila nirwana serta cara penanggulangannya. 3) Mengetahui pengelolaan Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Wanayasa. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mengenal Ikan Nila Nirwana Ikan nila nirwana adalah ikan nila unggulan yang merupakan hasil persilangan antara ikan nila GIFT dan ikan nila GET dari Philipina. Ikan Nila GIFT (Genetic Improvement Farm Tilapia) merupakan varietas baru dari jenis Ikan Nila yang dikembangkan oleh ICLARAM di Philipina yang diintroduksi pada tahun 1995 - 1997. Pada tahun 2002 BPBI Wanayasa memperoleh famili Ikan Nila GET (Genetically Enhanched of Tilapia). Ikan Nila GET tersebut diintroduksi dari Philipina oleh Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat melalui BFAR (Bureau of Fisheries and Aquatic Research). Saat ini dalam kurun waktu pengerjaan selama 3 (tiga) tahun, BPBI Wanayasa telah mendapatkan induk penjenis (Great Grand Parent Stock/GGPS), yang selanjutnya diberi nama Ikan Nila Nirwana (Nila Ras Wanayasa) yang penyediaan dan diseminasinya diawasi oleh pemerintah. *) Judul makalah seminar laporan hasil praktek kerja Lapangan yang diseminarkan pada tanggal Januari 2010. **) Taruna/i Jurusan Penyuluhan Perikanan Sekolah Tinggi Perikanan di bawah bimbingan Dr. Andin H. Taryoto selaku pembimbing I, dan Abdul Hanan SP., MSi selaku pembimbing II. 2.1.1 Silsilah dan Taksonomi Kedudukan ikan nila nirwana dalam sistematika (taksonomi) hewan diklasifikasikan sebagai berikut: Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Sub Filum : Vertebrata Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis Spesies : Oreochromis niloticus 2.1.2 Ciri-ciri Ikan Nila Nirwana Bentuk tubuh nila nirwana relatif lebih lebar dengan panjang kepala yang lebih pendek. Warna punggung abu-abu kehijauan, warna perut putih keabu-abuan, warna overculum abu-abu kehijauan, garis linealiteralis terputus dan terbagi dua yaitu bagian atas dan bawah, memiliki 5 buah sirip. Pemakan segala (omnivora), sangat menyenangkan pakan alami Rotifera, Daphnia Sp., Moina Sp., Benthos dan Fitoplankton. Biasa diberi pakan tambahan berupa pellet, dedak halus dan lain-lain. 2.1.3 Perkembangbiakan Pengembangbiakan ikan nila nirwana ini dilakukan di Kecamatan Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat. Dengan ketinggian sekitar 700 meter, di atas permukaan laut dan suhu udara antara 18 sampai 25 derajat celsius, tempat ini memang sangat cocok untuk pengembangbiakan ikan air tawar. Keunggulan ikan nila nirwana ini, lebih cepat besar, dagingnya putih, tebal, padat dan tidak berduri sehingga sangat cocok untuk budidaya. Hanya dalam waktu 6 bulan, beratnya bisa mencapai 1 kilogram. Ikan ini tidak saja dipasarkan di dalam negeri, tetapi juga diekspor ke manca negara, diantaranya ke Belgia dan Saudi Arabia. 2.2 Pembenihan Ikan Nila Nirwana 2.2.1 Persiapan Kolam Jika matahari normal biasanya dalam tempo 3 sampai 5 hari dasar kolam akan kering. Sambil menunggu dasar kolam kering, perbaiki pula pematang yang longsor atau bekas sarang hama. Selain itu konstruksi kolam juga perlu diperbaiki. Sebaiknya dasar kolam dicangkul dan dibalik sedalam 30 cm dan menyingkirkan bahan dasar organik yang ada di dasar kolam akibat dari pemberian pakan yang berlebih. Selanjutnya dilakukan pemupukan dan pengapuran. Pemupukan bertujuan untuk menumbuhkan pakan alami. Sangat dianjurkan pupuk berupa kotoran ayam yang sudah menjadi tanah. Dengan takaran antara 300 gr/m2 - 500 gr/m2, pupuk disebar merata di dasar kolam. Pengapuran bertujuan untuk memperbaiki kualitas kolam. Cara pemberiannya sama dengan pemupukan, yakni disebar merata di dasar kolam. Takaran yang dianjurkan yakni 25 gr/m2 – 100 gr/m2. Langkah selanjutnya memasukkan air hingga ketinggian 50 cm. Biarkan kolam tergenangi air selama 5 sampai 7 hari, untuk memberi kesempatan pakan alami tumbuh didalamnya. Jika pakan alami sudah mulai terlihat, kolam pemijahan dinyatakan siap ditebari induk. (Budi Santoso, 2006). 2.2.2 Seleksi Induk Tanda-tanda induk yang mempunyai kualitas baik antara lain adalah badan sehat, bentuk badan normal, gerakan lincah, serta mempunyai respon yang baik terhadap lingkungan. Disini akan dilihat perbedaan kelamin nila jantan dan betina. Ikan nila jantan memiliki warna lebih cerah dari yang betina, bentuk tubuh lebih tinggi dan membulat, alat kelamin jantan terdapat pada satu lubang yang menghasilkan sperma sekaligus air seni, bentuk kelamin berbentuk tonjolan agak meruncing. Sedangkan pada nila betina memiliki warna lebih gelap, bentuk tubuh lebih rendah dan memanjang, jumlah lubang kelamin dua lubang (satu untuk mengeluarkan telur, dan satu untuk mengeluarkan air seni), bentuk kelamin tidak menonjol dan berbentuk bulat. 2.2.3 Pemeliharaan Induk Persyaratan yang penting diperhatikan dalam pemeliharaan induk ikan adalah sebagai berikut : 1). Padat Penebaran 2).Penempatan Induk Ikan 3).Desinfeks 4). iPemberian Pakan Untuk menghasilkan induk yang baik harus diberi pakan buatan berupa pellet yang berkadar protein tinggi yaitu kurang lebih 30% dengan kandungan lemak 3%. (Budi Santoso, 2003). 2.2.4 Pemijahan Ciri-ciri induk yang matang gonad adalah kondisi kelamin yang membesar berwarna merah. Khusus yang betina juga dicirikan dengan kondisi perut yang membesar berisi telur. Induk ikan nila betina yang sudah matang gonad (umur 5 – 6 bulan) dengan berat 200 – 250 gram mengandung telur 500 – 1000 butir. Dari jumlah telur tersebut dapat dihasilkan 200 – 400 ekor larva. Meskipun jumlah telurnya sedikit, ikan nila mempunyai frekuensi pemijahan yang relatif sering. Hal ini terlihat dari rentang waktu antara pemijahan yang sangat singkat, yakni 3-6 minggu. Masa produktif ikan nila 1,5 - 2 tahun. Jika sudah berumur di atas dua tahun, induk harus segera diganti dengan yang baru. Sebelum dipijahkan induk jantan dan betina dipelihara secara terpisah, tujuannya adalah untuk mendapatkan kualitas telur yang baik, memudahkan penyeleksian induk yang sudah atau belum pernah memijah serta menghindari terjadinya pemijahan liar. Pemijahan dapat dilakukan di kolam dengan kepadatan 1 ekor/m³, di bak semen dengan kepadatan 5 ekor/m³ atau di hapa dengan kepadatan 5 ekor/m³ dan perbandingan antara jantan dengan betina adalah 1:3. Induk nila nirwana akan memijah dalam jangka waktu kurang lebih satu minggu. Untuk mengetahui induk nila nirwana telah memijah dapat dilihat dari banyaknya lubang-lubang sarang didasar kolam. Telur hasil pemijahan akan menetas sekitar 2 - 4 hari setelah dierami induk betina didalam rongga mulutnya. 2.2.5 Pemeliharaan Larva Larva-larva yang telah dipanen, dikumpulkan jadi satu di hapa yang diletakkan di kolam dekat saluran pemasukan dengan maksud agar tercukupi kebutuhan oksigennya. Larva hasil panen ini dikumpulkan maksimal tiga hari sebelum dimasukkan ke kolam untuk dideder. Pengumpulan larva maksimal tiga hari, dimaksudkan agar larva yang dideder nantinya mempunyai ukuran yang seragam. Selama masa pemeliharaan larva dalam kurun waktu 3 - 4 minggu, setiap hari harus diberi pakan tambahan berupa tepung pellet halus atau dedak halus ukuran 0,2 mm – 0,5 mm, melakukan pergantian air setiap 1 – 2 hari sekali, serta Pemeriksaan saluran pemasukan dan pembuangan air secara kontinyu sehingga kondisi kolam tetap baik dan terpelihara. 2.2.6 Pemanenan Pelaksanaan panen sebaiknya dilakukan pada saat suhu masih rendah sekitar pukul 06.00 – 08.00, suhu rendah dapat menurunkan aktifitas metabolisme dan gerakan benih sehingga mengurangi resiko kematian. Panen larva dilakukan setiap sepuluh hari sekali pada pagi hari. Tergantung luas kolam, penyurutan kolam dapat mulai disurutkan sehari sebelumnya. Penyurutan air kolam dilakukan pertama-tama sampai setengahnya. Sebelum surut total, bak tempat panen larva perlu dibersihkan dari lumpur dengan cara membuka sumbat outlet kobakan. Penyusutan secara total dilakukan sampai air hanya tersisa pada kobakan saja. Induk dan larva akan berkumpul pada kobakan, dan segera dilakukan pengambilan larva menggunakan scoop net. Kemudian larva ditampung sementara dalam hapa ukuran 2 x 2 x 1 m3 dengan mesh size 1,0 mm. Pemungutan larva dilakukan secara total sampai bersih termasuk yang masih terdapat dalam sarang, dengan cara membongkar sarang dan mengarahkan larva ke kobakan. Setelah semua larva terkumpul, kemudian larva dipindahkan ke kolam pendederan. Larva yang dipanen biasanya berukuran 10-12 mm dengan berat 0,05-0.1 gram. Larva ukuran kecil ( 9,0 sampai 13 mm) dapat digunakan untuk tujuan jantanisasi menggunakan pakan berhormon. Sedangkan larva ukuran besar dapat langsung didederkan dalam wadah pendederan. 2.2.7 Hama dan Penyakit Salah satu kendala dalam kegiatan pembenihan ini adalah hama dan penyakit yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Hama dapat diartikan sebagai organisme yang dapat memangsa ikan sehat maupun sakit secara langsung maupun bertahap. Penyakit ikan dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan berkembang dalam tubuh ikan sehingga organ tubuh terganggu. III. PELAKSANAAN KEGIATAN 3.1 Waktu dan tempat Pelaksanaan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) I yang dilaksanakan di Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Wanayasa Kabupaten Purwakarta Jawa Barat berlangsung dari tanggal 2 – 22 November 2009. 3.2 Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan selama Praktek Kerja Lapangan (PKL) I ini adalah metode magang, yaitu penyusun ikut berperan aktif dalam kegiatan yang dilakukan sesuai dengan jadwal yang berlaku di Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Wanayasa Kabupaten Purwakarta Jawa Barat. 3.3 Metode Pengambilan Data Data yang diambil dalam Praktek Kerja Lapangan ini meliputi data primer dan data sekunder. 3.3.1 Data primer Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Pengambilan data primer ini dapat dilakukan dengan cara pencatatan hasil observasi, wawancara dan partisipasi aktif. 3.3.2 Data sekunder Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan, pustaka yang menunjang, serta data yang diperoleh dari pihak yang terkait dengan pembenihan ikan Nila nirwana. 3.4 Deskripsi BPBI Wanayasa 3.4.1 Sejarah Singkat BPBI Wanayasa BPBI Wanayasa berdiri pada tahun 1980 merupakan pusat dari semua cabang yang memiliki instalasi Ciherang (Cianjur) dan Singaparna (Tasikmalaya). Luas lahan 5 Ha, yang terbagi dari 2,7 Ha kolam dan 2,3 Ha bangunan dan lahan non kolam. Perairan yang digunakan berasal dari air pegunungan Burangrang yang mengalir ke sungai Ciherang. Pengairan ini bersifat terus menerus artinya tidak tergantung pada jenis musim sehingga cocok untuk budidaya ikan nila. Suhu yang ada di lokasi antara 18 - 27°C yang memiliki pH 6,5 – 7,5, jenis tanah lumpur berpasir (sandy loam). 3.4.2 Letak Geografis BPBI Wanayasa merupakan balai pembenihan milik Dinas Perikanan Pemerintah Propinsi Jawa Barat yang terletak di dusun Cipulus desa Nagrog Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta dengan ketinggian 682 m dpl. 3.4.3 Tugas dan Fungsi Tugas dan fungsi Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Wanayasa sebagai adalah sebagai sarana bimbingan langsung kepada Usaha Pembenihan Rakyat (UPR) dalam pengadaan dan pengendalian mutu benih dan mempunyai tugas pokok melaksanakan peningkatan produksi induk dalam jumlah dan mutu. 3.4.4 Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang ada di Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Wanayasa meliputi kolam, indoor, outdoor, hatchry, laboratorium kimia, dan bangunan gedung. 3.5 Pelaksanaan Kegiatan 3.5.1 Persiapan Kolam kolam dikeringkan selama 3-4 hari sampai permukaan tanah terlihat retak-retak. Kemudian dilakukan pengolahan tanah dasar dengan cara dicangkul dan dibalik sedalam 30 cm, kemudian diberi pupuk dan kapur. Pengisian air pada kolam dilakukan setelah pengapuran dan pemupukan. Pengisian air dilakukan hingga air mencapai ±70 cm kemudian kolam dibiakan dalam kondisi stagment (tergenang) selama 3-4 hari. 3.5.2 Seleksi Induk Induk ikan Nila Nirwana diperoleh dengan cara menyeleksi calon induk jantan dan betina nila nirwana. Perbedaan dari induk jantan dan betina dapat dilihat dari cirri-ciri tubuh dan bentuk kelaminnya. Induk jantan memiliki warna tubuh cerah, warna sirip memerah terutama pada saat matang kelamin dan memiliki satu buah kelamin yang bentuknya memanjang, sedangkan pada induk betina warna tubuhnya agak pucat dan memiliki dua buah kelamin, lubang pertama berada dekat anus, bentuknya seperti bulan sabit dan lubang kedua berada dibelakangnya berbentuk bulat. 3.5.3 Pemeliharaan Induk Induk hasil seleksi, sebelum dipijahkan diberok terlebih dahulu agar pematangan gonad optimal dan tidak terjadi pemijahan liar. Agar pematangan gonad optimal, induk diberi pakan pellet yang cukup dan berkualitas tinggi. Pemberian pakan dilakukan setiap hari sebanyak 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari dengan cara ditebar. 3.5.4 Pemijahan Sebelum memijah induk jantan membuat sarang dengan cara membuat lubang pada dasar kolam yang diameternya rata – rata 40 – 60 cm, dan di tempat itu proses pemijahan terjadi. Proses pemijahan biasanya berlangsung selama 5 hari. Telur yang dihasilkan kemudian dierami dalam mulut induk betina sampai menetas. 3.5.5 Pemanenan Larva Larva ikan Nila Nirwana ini dipanen pada umur 3 – 4 hari setelah menetas. Larva dalam pemanenan tidak perlu mengeringkan kolam. Larva ikan Nila Nirwana yang masih kecil suka berenang bergerombol dekat permukaan air, sehingga dapat ditangkap dengan menggunakan sair halus atau sirib. 3.5.6 Pemeliharaan Benih Pemeliharaan benih dilakukan di kolam pendederan sebanyak empat buah kolam. Kegiatan yang dilakukan sebelum pendederan ini yaitu persiapan kolam, pengapuran dan pemupukan. Setelah itu larva ditebar pada pagi hari dan diberi pakan tambahan berupa pellet halus. pemberian pakan diberikan sebanyak 2 kali sehari setiap hari selama pendederan berlangsung pada pagi dan siang sore. 3.5.7 Pemanenan Benih Pemanenan benih ini dilakukan pada umur satu bulan dengan panjang berkisar 3 – 5 cm. Pemanenan dilakukan secara total. Cara panen yaitu dengan menurunkan permukaan air kemudian benih di kumpulkan pada kemalir dengan cara menggeser lumpur yang masih berisi benih kedalam kemalir kemudian diambil dengan menggunakan waring. 3.5.8 Hama dan Penyakit Hama yang sering menyerang dalam produksi pembenihan adalah kerang, keong mas, kepiting kecil, kodok dan burung yang sering menyerang benih dengan cara digigit. Cara pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara membunuh langsung hama jika ditemukan berada di kolam pembenihan tersebut. Penyakit yang menyerang pada kegiatan pembenihan ikan Nila Nirwana adalah Trichodiniasis yang disebabkan oleh parasit Trichodina sp. Penyakit ini menyerang hampir semua jenis ikan air tawar, terutama pada ukuran benih dan menempel di bagian kulit, sirip dan insang ikan serta dapat menyebabkan iritasi di bagian tubuh tersebut. Gejala klinis seringkali tidak terlihat. Kadang-kadang terjadi kerusakan pada kulit dan sirip disertai infeksi sekunder. Pengobatan penyakit ini dapat dilakukan dengan memberikan NaCl 500 ppm yang diilarutkan dalam pakan. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan Kolam Persiapan kolam meliputi lima tahapan, yaitu : 1. Pengeringan kolam 2. Pengolahan tanah dasar kolam 3. Pemupukan 4. Pengapuran 5. Pengisian air. 4.2 Seleksi Induk Induk yang mempunyai kualitas baik yaitu memiliki tanda-tanda antara lain badan sehat, bentuk badan normal, sisik besar dan tersusun rapi, kepala relatif kecil dibandingkan dengan badannya, warna tubuh mengkilap, gerakan lincah, serta mempunyai respon yang baik terhadap lingkungan. 4.3 Pemeliharaan Induk Sebelum dipijahkan, induk jantan dan betina yang sudah diseleksi harus dipelihara secara terpisah, tujuannya adalah agar pematangan gonad optimal dan tidak terjadi pemijahan liar. Untuk pematangan gonad, induk ikan nila nirwana harus diberikan pakan yang berkualitas tinggi dan dalam jumlah yang cukup. Pakan yang diberikan yaitu pakan buatan dengan dosis 3 - 5% dari bobot total induk. Frekuensi pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari yaitu pada jam 08.00 dan 15.30 dengan cara pemberian pakan ditebar. 4.4 Pemijahan Pemijahan induk ikan nila dilakukan dengan luas kolam 300 m², ditebar ikan 1 paket sebanyak 400 ekor dengan padat tebar 4 ekor/m². pemijahan ini dilakukan secara massal. Uraian tingkah laku pemijahan massal di kolam pemijahan : - setelah penebaran awal, biasanya induk akan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar 3- 4 hari. - induk jantan akan membuat teritorial (sarang) pada dasar kolam tanah dengan diameter 20 – 30 cm dengan kedalaman 5 – 8 cm yang digali dengan mulutnya. - Induk jantan akan menarik perhatian induk betina yang melintas didekat sarangnya dan mengajak induk betina untuk masuk ke sarang. - Induk betina akan mengeluarkan telur pada sarang yang dibuat induk jantan, kemudian induk jantan menyusul dengan mengeluarkan sperma dan terjadilah pembuahan. - Induk betina akan kembali membawa telur yang telah dibuahi dan menyimpannya dalam mulut kemudian meninggalkan sarang. Setelah itu induk jantan akan menarik perhatian lagi induk betina lainnya yang sudah matang gonad. - Telur yang telah dibuahi kemudian dierami dalam mulut induk betina selama 3 – 5 hari sebelum menetas. Telur akan menetas selama 48 jam. Setelah menetas larva akan berada disekitar induk betina dan berada dalam pengawasan induknya selama 5 – 7 hari. Larva akan masuk kedalam mulut induk bila keadaan berbahaya. - Setelah induk betina melepaskan larvanya, induk akan kembali memijah sekitar 1 minggu sampai 1 bulan setelah berhenti menjaga larvanya. 4.5 Pemanenan Larva Panen dilakukan setiap hari, pada pagi hari dari mulai pukul 08.00 – 13.00 WIB. Peralatan yang digunakan adalah anco yang berukuran 1 x 1 cm, scopnet, ember, dan canting. Proses pemanenan dilakukan dengan cara menangkap larva menggunakan sair halus atau sirib secara langsung dipermukaan air kolam, terutama yang sedang bergerombol diasuh induknya. Larva yang terkumpul didalam ember kemudian ditampung dalam waring. Kemudian larva dihitung dengan mengambil sampel 1 canting ( 1 canting ± 1000 – 1200 ekor) setelah itu dilakukan pendederan. 4.6 Pemeliharaan Benih Pemeliharaan benih dilakukan di kolam pendederan dengan perlakuan : • Persiapan kolam meliputi pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar, dan pembuatan kemalir. • Kolam dikapur dengan kapur tohor, dan dipupuk dengan pupuk organik. • Larva ditebar pada pagi hari, dan diberi pakan tambahan setiap hari selama pendederan berlangsung. 4.7 Pemanenan Benih Pemanenan dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08.00 – 13.00 wib. Dilakukan dengan cara yaitu pintu pemasukan ditutup kemudian pintu outlet dibuka dan dipasang saringan yg terbuat dari bambu (selubung). Sambil menunggu air surut, dibuatkan kemalir agar ikan berkumpul. Setalah air kolam surut, ikan digiring dari pintu air inlet sampai outlet, diseret dengan menggunakan kaki kemudian dilakukan pengambilan benih. Ikan yang terseser dimasukan kedalam ember yang berisi air ±2 liter. 4.8 Hama dan Penyakit Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat terjadi penyakit, yaitu : - mortalitas (tanggal mulai terjadinya kematian dan jumlah ikan yang mati/hari) - gejala ikan yang terinfeksi penyakit (tingkat kematian, karakteristik tingkah laku, tanda-tanda eksternal misalnya pendarahan). - Faktor lingkungan (suhu, kekeruhan, DO, kadar amoniak dan pH pada wadah pemeliharaan). - Metode pemeliharaan (lokasi wadah, tingkat pertukaran air dan densitas/kepadatan ikan). V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 kesimpulan Pembenihan ikan Nila nirwana terdiri atas pengelolaan kolam pembenihan, pemeliharaan dan pemijahan induk serta pemeliharaan dan pemanenan benih ikan Nila nirwana. Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan seksama agar diperoleh hasil maksimal. Permasalahan yang sering terjadi dalam kegiatan pembenihan ikan Nila nirwana adalah kolam bocor, banyaknya mortalitas pada waktu pengambilan larva, persaingan oksigen, benih mengalami stress pada saat penebaran dan pemanenan serta serangan hama yang menyebabkan meningkatnya tingkat kematian. Penanggulangannya yaitu dengan penambalan kolam bocor dengan semen, harus ekstra hati-hati dalam pengambilan larva, pemberantasan hama predator atau pesaing. Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Wanayasa merupakan sarana bimbingan langsung serta memperbanyak dan mendistribusikan turunan induk ikan nila nirwana kepada petani/Usaha Pembenihan Rakyat (UPR). 5.2 Saran 1. Agar Taruna memperoleh pengetahuan dan keterampilan tentang teknik pembenihan ikan Nila nirwana maka pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan sebaiknya tidak terlalu singkat. 2. Pengadaan sarana pengangkutan benih perlu ditambah untuk mengakomodir hasil panen dari kolam. Hal itu diperlukan agar kegiatan penanganan benih pasca panen dapat dilakukan dengan waktu yang singkat, karena benih yang dipanen sangat rentan terhadap kematian akibat penanganan yang lambat. DAFTAR PUSTAKA Andrianto, T.T. 2005. Pedoman Praktis Budi Daya Ikan Nila. Yogyakarta: Absolute. Khairuman dan Khairul Amri. 2003. Budi Daya Ikan Nila Secara Intensif. Jakarta:Agromedia Pustaka. Santoso, B. 1996. Seri Budi Daya Nila. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Suryani. 2006. Budi daya Ikan Nila. Yogyakarta: Dinas Perikanan dan Kelautan. Susanto, H. 2006. Budi Daya Ikan di Pekarangan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Senin, 23 Juni 2014

PEMELIHARAAN LARVA IKAN GABUS (Channa striata ) DALAM AKUARIUM DENGAN KEPADATAN BERBEDA DALAM RANGKA USAHA DOMESTIKASI

RANI NOPIYANTI dan MUSLIM Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sriwjaya JL. Palembang-Prabumulih Km 32 Indralaya - Ogan Ilir Email : …… HP: ABSTRAK Gabus (Channa striata ) adalah ikan asli peraiaran umum (air tawar) Indonesia. Ikan ini ditemukan di semua peraiaran umum di Nusantara. Sudah sejak lama ikan gabus menjadi ikan konsumsi di indonesia baik sebagai ikan segar maupun ikan awetan ( asin, asap dan sbg ). Ikan yang hidup di sungai, rawa-rawa, danau,dan waduk ini memilliki harga jual yang cukup tinggi. Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui domestikasi pertumbuhan terhadap larva gabus dalam media akuarium degan kepadatan yang berbeda. Dalam penelitian ini menggunakan 9 akuarium ,180 ekor hewan uji, dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Pemeliharaan dilakukan dalam akuarium dengan ukuran 70 x 40 x 30 cm yang berlangsung selama 1 bulan. Hasil pemeliharan menunjukan bahwa padat tebar berpengaruh terhadap laju pertumbuhan larva gabus. Laju pertumbuhan larva ikan gabus semakin menurun seiring dengan meningkatnya jumlah padat tebar yang tinggi sebaliknya semakin rendah jumlah padat tebar semakin tinggi tingkat kelangsungan hidup larva ikan gabus. Kata Kunci : Larva Gabus, kepadatan berbeda, laju pertumbuhan. PENDAHULUAN Ikan gabus (Channa striata)merupakan ikan air tawar liar dan predator benih yang rakus sangat ditakuti pembudi daya ikan. Ikan ini merupakan ikan buas (Carnivora) yang bersifat predator di alam, Ikan gabus tidak hanya memangsa benih ikan saja tetapi juga ikan dewasa, seranga air lainnya termasuk kodok. Ikan gabus ditemukan di perairan umum sebagai ikan liar, banyak ditangkap di danau, sungai, an saluran-saluran air hingga kesawah. Ikan gabus memiliki kepala berukuran besar dan agak gepeng mirip kepala ular (sehinga dinamai snakehead) terdapat sisik- sisik besar di atas kepala. tubuh berbentuk bulat giling memanjang, seperti peluru kendali atau torpedo, Effendi (2004). Sirip punggung memanjang dan sirip ekor membulat di ujungnya. Sisi atas tubuh dari kepala hingga ke ekor berwarna gelap, hitam kecoklatan atau kehijauan. Sisi bawah tubuh putih. Sisi samping bercoret-coret tebal (striata). Warna ini serring kali menyerupai lingukngan sekitarnya. Mulut besar degan gigi-gigi besar dan tajam. Secara sistematika, seorang ahli perikanan , Lukito ( 2002) memasukan kedalam kelas Teleostei, Ordo Labyrinthyci, Famili Ophiocephalidae, Genus Ophiocephalus, Spesies Ophiocephalus striatus, sinonim dengan Ophiochephalus striatus. Ikan gabus memiliki nama lain, yaitu gabus istilah Indonesia, Haruan merupakan nama daerah Kalimantan sedangkan dalam bahasa inggris disebut Snake Head Fish, Saanim (1986). BAHAN DAN METODE Kegiatan Penelitian dilakukan di Unit Pembenihan Batang Hari Sembilan Indralaya Pada Bulan Februari sampai Bulan Maret 2012. Persiapan wadah di mulai dari proses pencucian dan pengeringan akuarium yang berukuran 70 x 40 x 30 cm yang berjumlah 9 buah, kemudian diisi air setinggi 20 cm serta persiapan sarana dan prasarana lainnya yang menunjang pemeliharaan selanjutnya setiap akuarium diberi kode perlakuan. Pemberian kode akuarium berdasarkan hasil pengacakan kode – kode yang sudah dibuat tersebut. Pemeliharaan dilakukan diakuarium selama 30 hari. Larva ikan gabus diberi makan berupa daphnia dan cacing tubifek pemberian pakan diberikan secara adlibitum. Pengolahan fisika kimia air media pemeliharaan diakukan melelui pembersihan feses denga cara penyiponan akuarium serta pergantian air sesuai dengan pengurangan volume air pada saat penyiponan setiap 1 hari sekali adapun bahan-bahan yang digunakan dalam kegiatan magang ini adalah benih ikan gabus sebagai hewan uji sebanyak 180 ekor dengan berat awal 0,08 g dan panjang awal 2 cm, cacing dara sebagai pakan ikan. Serta alat-alat yang di gunakan adalah termometer, pH meter, akuarium, timbnagan analitik,mistar, selang sipon batu ayrasi. Metode yang digunakan dalam magang ini adalah metode survey. Sampel yang digunakan adalah larva ikan gabus sebagai hewan uji sebgai pembanding yang didapat dari tempat-tempat perbelanjaan yang terdapat di Palembang. Sampel yang di analisis untuk mengetahui perbandingan berat dan panjang larva ikan gabus maka masing-masing sampel ditimbang dan di ukur dengan menggunakan timbangan analitik dan mistar. Adapun Parameter yang diamati dalam kegiatan ini adalah: 1. Kelangsungan hidup ikan adalah peluang hidup ikan pada masa tertentu. Ada dua faktor yang menpengaruhi kelangsungan hidup ikan meliputi faktor eksternal dan internal, factor eksternal meliputi seluruh kondisi lingkungan dimana ikan hidup dan tumbuh meliputi sifat fisika, kimia, dan biologi perairan, faktor internal adalah faktor yang berasal dari ikan itu sendiri antara lain daya tahan tubuh terhadap penyakit dan kemampuan memanfaatkan makanan Menurut Akhmad (1998) dalam lenawan (2009) penghitungan derajat kelangsungan benih ikan gabus dengan menggunakan rumus Effendi (1979) sebagai berikut : SR=Ntx 1oo % No Keterangan : SR = Survival rate atau kelagsungan hidup ( % ) Nt = Jumlah ikan gabus yang hidup pada akhir penelitian ( ekor ) No = Jumlah ikan gabus yang hidup pada awal penelitian ( ekor ) 2. Pertumbuhan benih dapat di ukur dari pertambahan panjang dan pertambahan bobot. Pertamabahan panajang larva di hitung dengan menggunakan rumu Effendi (1997) sebagai berikut : L = Lt – Lu Keterangan : L = Pertambahan panjang (cm) Lt= Panjang rata-rata ikan pada akhir pemeliharaan (cm) Lo= Panjang rata-rata ikan pada awal pemeliharaan (cm) 3. Pertambahan bobot dapat di hitung dengan menggunakan rumus Effendi (1997) sebagai berikut : W = Wt – Wo Keterangan : W = Pertambahan bobot ( g) Wt= Bobot rata-rata ikan pada akhir pemeliharaan (g) Wo= Bobot rata-rata pada awal pemeliharaan (g) HASIL Berdasarkan Hasil kegiatan penelitian yang berjudul Pemeliharaan larva ikan gabus (Channa striata) Dalam Akuarium dengan kepadatan berbeda dalam rangka domestikasi yang di lakukan di lokasi Unit Pembenihan Rakyat Batanghari Sembilan Indralaya di peroleh hasil seperti yang tercantum pada tabel berikut ini: Tabel 1. Kelangsungan hidup larva gabus PERLAKUAN SR (%) A ( 30 ekor/ akuarium) 14,3 B (20 ekor / akuarium) 20 C (10 ekor / akuarium) 33,3 Tabel 2. Pertumbuhan larva ikan gabus Perlakuan Pertumbuhan Panjang Pertambahan berat (cm/30 hari) (gram/30 hari) A (30 ekor / akuarium) 33,55 8,24 B (20 ekor / akuarium) 29 9,82 C (10 ekor / akuarium) 22 8,22 PEMBAHASAN Berdasarkan hasil dari pengaruh padat tebar dalam akuarium dengan tingkat kepadatan berbeda terhadap kelangsungan hidup,pertumbuhan panjang tubuh, serta pertumbuhan bobot tobuh larva ikan gabus (Channa striata). Dalam kegiatan penelitian ini menggunakan 9 akuarium, 180 hewan uji, dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan dengan kepadatan masing masing 3 akuarium isi 30 ekor, 3 akuarium isi 20 ekor, 3 akurium isi 10 ekor. Akuarium yang digunakan berukuran 70 x 40 x30 cm dengan ukuran ikan dan berat ikan yang berbeda saat penebaran adalah : perlakuan A dengan jumlah awal 90 ekor , panjang ikan awal seragam 2cm, berat ikan awal seragam 0,08 g, dan jumlah ikan akhir 13 ekor. Dari hasil perlakuan A diperoleh SR sebesar 14,3%, pertumbuhan total panjang rata-rata 30 hari sebesar 33,5 cm, pertambahan total bobot tubuh 30 hari sebesar 8,24 g. Perlakuan B dengan jumlah awal 60 ekor, panjang ikan awal seragam 2 cm, berat ikan awal seragam 0,09 g, dan jumlah ikan akhir 12 ekor. Dari hasil perlakuan B diperoleh SR sebesar 20%, pertumbuhan total panjang rata-rata 30 hari sebesar 29 cm, pertambahan total bobot tubuh 30 hari sebesar 9,82 g. Perlakuan C dengan jumlah awal 30 ekor , panjang ikan awal seragam 2 cm, berat ikan awal seragam 0,08 g, dan jumlah ikan akhir 10 ekor. Dari hasil perlakuan C diperoleh SR sebesar 33,3%, pertumbuhan total panjang rata-rata 30 hari sebesar 22 cm, pertumbuhan total bobot tubuh 30 hari sebesar 8,22 g. Data di ambil dari data primer dan data skunder , data primer adalah data yang didapat dari kegiatan magang ini seperti nilai survival rate, pertambahan panjang, dan pertambahan bobot tubuh serta kualitas air sedangkan data skunder studi pustaka yang di dapat dari literatur yang menunjang. KESIMPULAN 1. Laju pertumbuhan pada ketiga perlakuan tiga ulangan berbeda nyata 2. Semakin kecil ukuran ikan tingkat kematian semakin tinggi dan sebalik nya semakin besar ukuran ikan semakin tinggi laju pertumbuhan nya. 3. Dari 3 perlakuan, perlakuan A, B dan Cdiperoleh SR sebesar 14,3%, 20%, 33,3 % total pertumbuhan panjang 30 hari diperoleh sebesar 33,5 cm, 29 cm, dan 22 cm, total pertumbuhan bobot tubuh 30 hari diperoleh sebesar 8,24g, 9,82g, dan 8,22g. DAFTAR PUSTAKA Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta Effendi, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Dewe Sri. Bogor Kordi. 2004. Landau, M. 1992. Introductions to Akuakulture. John Wiley dan Son, New york. Lukito AM. 2002. Budidaya Ikan Gabus paling popular. Agromedia. Jakarta. Murtidjo, A. B. 2001. Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar . Kanisius Yogyakarta. Saanim, 1986. Pemeliharaan ikan gabus . Penebar Swadaya. Jakarta. Sutisna, H.D dan S. Ratno. 1995 pembenihan Ikan Air Tawar. Kanasius Yogyakarta. Slamet. B.A. Ismail. Wedjatmiko dan A. Basyarie. 1995. Tehnik Budidaya Ikan gabus (Channa striata)Prosiding Seminar sehari Hasil Penelitian Sub Balai Penelitian Budidaya.

laporan ikan bandeng

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan bandeng (Chanos chanos) merupakan salah satu jenis ikan air payau yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Jenis Ikan ini sudah dikenal oleh masyarakat luas karena merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi yang cukup tinggi serta ditunjang dengan rasanya yang enak dan memiliki kandungan kolesterol yang rendah sehingga aman untuk kesehatan. Untuk memenuhi kebutuhan ikan bandeng yang terus meningkat dan berkesinambungan hanya dapat dilakukan melalui pengembangan budidaya. Dengan terus berkembangnya teknologi pembenihan ikan bandeng, memungkinkan teknologi pembesaran ikan bandeng dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, sehingga tidak menjadi kendala dalam teknologi pembesarannya. Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kelautan dan Perikanan yang berfungsi untuk mengembangkan teknologi budidaya ikan air payau yang memiliki sumber daya manusia dan fasilitas yang memadai. Oleh sebab itu penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan ditempat ini. B. Tujuan Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL) I adalah untuk : 1. Mengetahui dan mempraktekkan tahapan pembesaran ikan bandeng. 2. Mengetahui permasalahan yang terjadi dalam proses pembesaran ikan bandeng. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Ikan Bandeng Secara taksonomi Bandeng dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Murtidjo, 2002): Gambar 1. Ikan Bandeng  Class : Pisces  Sub Class : Teleostei  Ordo : Copterygii  Family : Chanidae  Genus : Chanos  Spesies : Chanos chanos B. Morfologi dan Tingkah Laku Ikan Bandeng Ikan bandeng di Indonesia dikenal juga dengan nama Bandang, Bolu, Muloh, dan Agam, tetapi dalam perdagangan internasional ikan bandeng dikenal dengan sebutan Milk fish (Murtidjo, 2002). Ikan bandeng memiliki ciri khas yaitu bentuk badan yang langsing berbentuk torpedo, sirip ekor bercabang (tanda ikan perenang cepat), berwarna keperak-perakan, mulut terletak di ujung kepala dengan rahang tanpa gigi, lubang hidung terletak di depan mata, mata diselimuti selaput bening. Panjang badan di laut dapat mencapai 1 meter tetapi dalam tambak panjangnya tidak lebih dari 50cm. Hal ini disebabkan karena pengaruh keterbatasan ruang gerak, dan karena sengaja dipanen sebelum menjadi dewasa (Suseno, 1988). C. Proses Pembesaran Ikan Bandeng Menurut Mudjiman (1988), dalam usaha pembesaran pada hakekatnya merupakan pengelolaan lanjutan dari kegiatan penggelondongan yang dilakukan dengan menggunakan metode budidaya dengan tujuan meningkatkan produksi tambak. Kegiatan budidayanya sama yaitu meliputi perbaikan dan persiapan tambak, penebaran ikan, perawatan selama pemeliharaan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pemberian pakan tambahan, dan mempertahankan kualitas air agar tetap layak. 1. Pemilihan Lokasi Lokasi tambak budidaya ikan bandeng yang dipilih mempunyai persyaratan antara lain (Mudjiman, 1988): a. Lahan mendapatkan air pasang surut air laut. Tinggi pasang surut yang ideal adalah 1,5 – 2,5 m. Pada lokasi yang pasang surutnya lebih rendah dibawah 1 meter maka pengelolaan air menggunakan pompa. b. Tersedia air tawar untuk mengatur kadar garam yang sesuai bagi pertumbuhan ikan bandeng. c. Tekstur tanah yang ideal adalah liat berpasir, karena tanah ini dapat menahan air dengan baik. d. Lokasi ideal terdapat sabuk hijau (green belt) yang ditumbuhi hutan mangrove dengan panjang minimal 100 m dari garis pantai. e. Keadaan sosial ekonomi mendukung operasional budidaya seperti keamanan yang kondusif. 2. Persiapan Tambak Persiapan lahan adalah proses penyiapan lahan tambak mulai pengeringan lahan sampai siap ditebar benih untuk pembesaran ikan bandeng. Persiapan tambak sangat menentukan keberhasilan budidaya. Tahapan Persiapan tambak adalah sebagai berikut (Murtidjo, 2002): a. Perbaikan Sarana dan Prasarana Memperbaiki secara menyeluruh mulai pintu air, pematang, caren, saringan, saluran pemasukan, saluran pengeluaran dan peralatan lainnya seperti pompa air, jala lingkar (untuk sampling pertumbuhan ikan). b. Pengeringan Lahan Lama pengeringan tergantung cuaca dan kondisi tanah. Tanah yang mempunyai ketebalan lumpur dalam membutuhkan waktu lebih dari 3 minggu sedangkan tanah liat berpasir membutuhkan waktu cukup 10 hari. Tujuan dari pengeringan ini adalah mempercepat penguapan gas-gas beracun, memberantas hama penyakit, mempercepat proses penguraian dan menaikan pH tanah. c. Pengangkatan Lumpur Endapan lumpur sisa pemeliharaan periode sebelumnya berwarna hitam dan terletak ditengah tambak atau didekat pintu pengeluaran. Lumpur ini banyak mengandung bahan organik dan gas-gas beracun seperti asam sulfida sehingga lumpur ini perlu diangkat. Endapan lumpur diangkat kepermukaan tanggul. d. Pengapuran Tanah Menurut Murtidjo (2002), pengapuran bertujuan untuk meningkatkan pH tanah serta membunuh bakteri pathogen yang ada dan organisme hama. Kapur yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah kapur pertanian (CaCO3). Dosis yang digunakan tergantung pada kondisi pH tanah. Semakin rendah pH tanah maka kebutuhan kapur untuk pengapuran semakin banyak. e. Pemupukan Murtidjo (2002) juga mengatakan bahwa dalam pemeliharaan ikan bandeng penyediaan makanannya dapat berupa makanan alami dan makanan buatan. Jenis makanan alami ditambak dapat berupa klekap, lumut, plankton, dan organisme dasar atau benthos. Namun demikian jarang sekali semua jenis tersebut dapat hidup dan tumbuh dalam tempat dan waktu yang bersamaan. Hal ini tergantung dari keadaan kualitas tanah dan air serta kedalaman air ditambak. Dalam penumbuhan pakan alami tersebut mempunyai tatacara yang berbeda tergantung dari jenis pakan alami yang diinginkan. Sehubungan dengan hal tersebut kebutuhan jenis pupuk yang digunakan untuk proses penumbuhannya pun berbeda. Untuk penumbuhan klekap yang merupakan kumpulan jasad renik yang disusun oleh algae biru, benthos, diatom, bakteria, dan organisme renik hewani, diperlukan pupuk organik seperti dedak halus, bungkil kelapa, kotoran sapi, kotoran kerbau, dan kotoran ayam. Jumlah pupuk yang digunakan tergantung dari kesuburan tanah tersebut, pada umumnya dosis pupuk organik berupa dedak halus diperlukan 500 - 1000 kg/ha, bungkil kelapa 500 - 1000 kg/ha, kotoran kerbau/sapi 1000 – 3000 kg/ha, kotoran ayam 500 kg/ha. Penggunaan pupuk anorganik dalam penumbuhan klekap terdiri dari pupuk Urea dan TSP yang digunakan dengan perbandingan 2 : 1. Dosis pupuk urea adalah 100 kg/ha dan TSP 50 kg/ha. Aplikasi pupuk anorganik dilakukan setelah didahului oleh pemasukan air tahap pertama setinggi 5 - 10 cm dan dikeringkan kembali. Pada pemasukan air berikutnya dilakukan dengan ketinggian 10 - 15 cm yang selanjutnya dilakukan penebaran pupuk anorganik sesuai dengan dosis tersebut. Penggunaan pupuk organik dilakukan dengan cara diletakan pada beberapa tempat dibagian tambak secara merata sebelum dilakukan pemasukan air tahap pertama (Murtidjo, 2002). Menurut Murtidjo (2002), Untuk penumbuhan pakan alami jenis lumut yang komposisi utamanya adalah alga hijau berfilamen diperlukan kedalaman air antara 40 - 60 cm. Kisaran kadar garam yang diperlukan untuk penumbuhan lumut adalah 25 promil atau lebih. Jenis lumut yang umum tumbuh ditambak adalah lumut sutera (Chaetomorpha sp), dan lumut perut ayam (Enteromorpha sp). Jenis algae hijau filamen lainnya juga merupakan jenis lumut adalah Vaucheria sp. f. Pengisian Air Sebelum Tebar Pada saat terjadi pasang naik cukup tinggi air dimasukan kedalam tambak setelah melalui saringan di pintu air masuk (inlet). Ketinggian air dipelataran tambak lebih kurang 10 cm. Kemudian pintu air masuk ditutup dan air dalam tambak dibiarkan selama tiga hari, dengan tujuan untuk memperbaiki struktur tanah agar berada pada kondisi baik untuk pertumbuhan pakan alami. Pada saat pemasukan air berikutnya dilakukan penggunaan Saponin untuk pemberantasan hama yang ada di dalam tambak dan untuk merangsang pertumbuhan phytoplankton. Setelah diberi saponin, tambak dibiarkan hingga 5 - 7 hari. Setelah diyakini bahwa berbagai hama di dalam tambak telah mati, maka pengisian air kembali dilakukan. Pada tahap ini ketinggian air dipelataran cukup 10 cm dan dibiarkan selama 3 hari untuk dilakukan pemupukan dasar. Kemudian setelah pemupukan dilakukan penambahan air pada tambak dilakukan secara bertahap sesuai dengan pertumbuhan pakan alami (klekap). Pada ketinggian air 40 cm dari pelataran tambak maka air tambak dipertahankan untuk persiapan penebaran benih ikan (Murtidjo, 2002). 3. Persiapan Benih Dalam persiapan benih ikan bandeng yang akan ditanam dalam proses pembesaran terdapat beberapa tahapan kegiatan yang harus dilakukan terlebih dahulu. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut (Suseno, 1988): a. Kegiatan Peneneran Kegiatan peneneran adalah pemeliharaan benih ikan bandeng dari ukuran nener hingga mencapai ukuran 5 - 7 cm. Ukuran benih ikan ini sudah dapat digunakan pada kegiatan penggelondongan. Luas tambak untuk kegiatan peneneran relatif lebih kecil dan biasa dikenal dengan sebutan baby box. Perbandingan luas petak peneneran, penggelondongan, dan pembesaran adalah 1:9:90. lama pemeliharaan dipetak peneneran berkisar 30 - 45 hari tergantung pada kondisi pakan alami dan ukuran ikan. b. Kegiatan Penggelondongan Kegiatan penggelondongan adalah lanjutan pemeliharan benih dari ukuran gelondongan kecil (pre-fingerling) hingga mencapai ukuran gelondongan. Kegiatan penggelondongan ini dilakukan kurang lebih selama 30 hari atau pada saat ukuran berat ikan antara 3 - 5 gr/ekor. Setelah kegiatan penggelondongan baru benih ikan bandeng dapat dipelihara di petak pembesaran. 4. Penebaran Benih Faktor-faktor penebaran benih yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut (Mudjiman, 1988): a. Padat Tebar Benih ikan bandeng yang ditebar dipetak pembesaran untuk menghasilkan ikan ukuran konsumsi disesuaikan dengan metode pembesaran ikan bandeng yang dilaksanakan. Untuk metode tradisional yang disempurnakan padat tebarnya adalah 2 - 3 ekor/ m2. Lama pemeliharaan pada pembesaran ikan bandeng dengan metode tradisional yang disempurnakan adalah 4 bulan. b. Waktu Penebaran Penebaran benih bandeng harus segera dilaksanakan setelah petakan tambak siap untuk pemeliharaan. Warna air tambak terlihat kehijauan oleh plankton. Keterlambatan penebaran akan memberikan peluang hama dan penyakit berkembang didalamnya. Waktu penebaran dilakukan sore hari atau menjelang matahari terbenam pukul 16.00 - 18.00 atau pagi hari sebelum matahari terbit sampai pukul 07.30 karena pada waktu ini kondisi fluktuasi suhu tidak mencolok, parameter air dan lingkungan tidak banyak berubah (Mudjiman, 1988). c. Aklimatisasi Aklimatisasi adalah proses penyesuaian biota yang dipelihara dengan lingkungan baru yang akan digunakan untuk budidaya ikan. Melalaui proses adaptasi ini secara fisiologi dan kebiasaan hidupnya secara perlahan-lahan disesuaikan dengan lingkungan barunya. Dalam kegiatan aklimatisasi sebelumnya telah disediakan petakan khusus yaitu petakan yang sangat sempit yang dibuat hanya untuk sementara dalam kegiatan aklimatisasi atau penyesuaian benih pada tambak. Ukuran petak ini disesuaikan dengan banyaknya benih yang akan ditebarkan. Petakan ini dibuat di dekat pintu air dan dibatasi oleh pematang yang sempit (kecil). Diatas pematang dibangun atap yang terbuat dari gedek bambu yang dilapisi dengan plastik atau dari daun kelapa (welit). Kegunaan atap ini adalah sebagai pelindung bagi benih dari sengatan sinar matahari yang kuat dan hujan, karena air hujan yang langsung mengalir kepetak aklimatisasi dapat menyebabkan kematian pada benih. Petak aklimatisasi ini diperlukan baik pada musim kemarau maupun pada musim hujan (Mudjiman, 1988). 5. Pemberian Pakan Menurut Mudjiman (1988), Pakan merupakan komponen penting karena mempengaruhi pertumbuhan ikan, lingkungan budidaya serta memiliki dampak fisiologis dan ekonomis. Kelebihan pemberian pakan akan menyebabkan bahan organik yang mengendap terlalu banyak sehingga akan menurunkan kualitas air demikian juga kekurangan pakan akan menyebabkan pertumbuhan ikan turun dan tubuhnya lemah sehingga daya tahan terhadap penyakit menurun. Pakan disebarkan secara merata ke dalam tambak. Jenis pakan yang diberikan adalah pakan buatan dan pakan alami. Pakan buatan berbentuk pellet dengan berbagai ukuran yang disesuaikan dengan ukuran (size) ikan. Kandungan nutrisi yang dibutuhkan dalam pakan ikan bandeng (Chanos chanos) antara lain protein, karbohidrat, lemak, asam lemak, vitamin serta mineral. Pakan hidup adalah organisme hidup dalam tambak yang berfungsi sebagai pakan ikan. Pada umumnya jenis pakan ini adalah plankton. Fungsi plankton disamping sebagai pakan alami bagi ikan adalah penghasil oksigen dalam air (Murtidjo, 2002). 6. Monitoring Pertumbuhan Monitoring pertumbuhan dimaksudkan untuk mengetahui pertumbuhan dalam petakan tambak secara individu, populasi dan biomas yang dilakukan secara periodik. Pengamatan pertumbuhan dilakukan dalam pengambilan contoh (sampel) dan pemeriksaan ikan dengan dilakukan penjalaan (Jala tebar). Untuk mengamati respon ikan terhadap pakan serta kesehatan ikan dapat diamati menggunakan anco, sedangkan pengamatan pertumbuhan dan kelangsungan hidup dilakukan pengamatan langsung berupa jumlah yang mati. Data yang terkumpul selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan jumlah pakan yang akan diberikan (Mudjiman, 1988). Monitoring pertumbuhan ini digunakan untuk menentukan jumlah pakan, infeksi hama penyakit serta waktu panen yang tepat. Pengambilan sampel atau sampling dilakukan tidak hanya pada satu titik tambak, atau hanya pada sisi tambak dimana ikan sering diberi pakan, tetapi harus dilakukan pada lima titik tambak, yaitu bagian tengah tambak dan empat titik yang lainnya yaitu empat sudut pada tambak. Hal ini bertujuan agar sampling atau pengambilan sampel yang dilakukan dapat benar-benar mewakili organisme yang dibudidayakan di tambak secara akurat (Suseno, 1988). 7. Perawatan Tambak Selama Pembesaran Untuk keberhasilan usaha pembesaran bandengmaka perlu dilakukan perawatan dengan baik selama pemeliharaan. Perawatan tersebut meliputi pengaturan air, perawatan pintu dan pematang, pemupukan susulan serta pemberian pakan tambahan. a. Pengaturan Air Menurut Taufik (2000), Selama pemeliharaan, kualitas dan kedalaman air harus diperhatikan, sehingga benih dapat hidup dengan layak. Pergantian air yang teratur mempunyai keuntungan dalam menjaga kualitas air agar tetap baik. Selain itu, unsur hara dan organisme makanan benih ikan bandeng dapat disuplai ke tambak. Bila air tambak tidak pernah atau jarang diganti, akan menyebabkan terakumulasinya bahan beracun di tambak dan itu sangat berbahaya bagi kehidupan benih. Pergantian air dilakukan secara teratur bersamaan dengan adanya air pasang. Caranya adalah dengan mengeluarkan setengah atau sepertiga bagian air tambak sebelum terjadi air pasang, kemudian diganti dengan air pasang yang baru sampai ketinggian air semula. Pada saat setelah terjadi hujan, maka air di tambak perlu segera diganti, karena air hujan akan mengencerkan salinitas. Hal ini dapat membahayakan kehidupan ikan yang sedang dipelihara. Kemudian juga untuk menjaga salinitasnya agar tetap stabil dan baik (payau) diperlukan juga sumber air tawar, sumber air tawar bisa diperoleh dari air sungai (Taufik, 2000). b. Perawatan Pintu dan Pematang Untuk menunjang keberhasilan pemeliharaan benih, pematang dan pintu tambak harus selalu diperiksa dan dirawat dengan baik. Maksud perawatan ini adalah untuk mencegah terjadinya kebocoran atau rembesan air dari dalam tambak serta mencegah hilangnya benih. Demikian pula saringan di pintu tambak harus dibersihkan dengan sikat, untuk memudahkan dalam pertukaran air. c. Pemupukan Susulan Sebelum kondisi makanan alami di tambak menipis (habis), segera dilakukan pemupukan susulan. Pemupukan ini dimaksudkan untuk mensuplai unsur hara kedalam tambak, sehingga dapat menunjang pertumbuhan makanan alami. Jumlah pupuk yang diberikan tergantung dari kesuburan makanan alami yang ada. Sebagai patokan dapat digunakan pupuk Urea dan TSP dengan dosis masing-masing 10 kg/ha. Dapat juga ditambah dedak halus sebanyak 100 kg/ha. Selain sebagai pupuk, dedak halus juga berfungsi sebagai makanan tambahan (Mudjiman, 1988). Mudjiman juga mengatakan bahwa pemupukan sebaiknya dilakukan pada saat ada air pasang. Hal ini di maksudkan bila hasil pemupukan berpengaruh kurang baik terhadap kualitas air, maka dengan segera dapat dilakukan pertukaran air. Pemupukan tidak boleh dilakukan pada saat akan turun hujan, karena air hujan dapat mengencerkan hasil pemupukan tersebut. Selain itu dalam melakukan pemupukan, pelataran tidak boleh diinjak-injak, karena akan merusak klekap yang tumbuh d. Makanan Tambahan Pemberian makanan tambahan dilakukan apabila keadaan makanan alami sudah tidak dapat lagi menunjang pertumbuhan bandeng yang dipelihara. Jenis makanan buatan yang digunakan adalah pelet. Jumlah makanan yang diberikan kira-kira 5% dari berat total tubuh per hari. Pemberian makanan dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari (Murtidjo, 2002). 8. Pengamatan Hama dan Penyakit Hama dan penyakit yang sering mengganggu kegiatan budidaya ikan bandeng adalah sebagai berikut (Mudjiman, 1988): a. Jenis-jenis hama berupa: 1. Ikan pemangsa seperti Kakap, Kerong-kerong, Payus, Bulan-bulan dan jenis ikan penyaing seperti Tilapia, dan Belanak. 2. Ketam/kepiting, Belut, Tonang, yang merupakan hama yang sering membuat lubang dan merusak pematang pada tambak. 3. Ular air dan Burung seperti, Pucuk ikan, Bangau, dan lainnya, sebagai pemangsa yang sering mengancam kehidupan ikan dalam kegiatan budidaya di tambak. Selain itu perlu diperhatikan pengontrolan tambak secara terus-menerus yaitu mengurangi atau membasmi organisme pengganggu atau pemakan bentik yang tumbuh di sekitar tambak. Larva chironomid, cacing polychaete, dan siput yang merupakan sumber penyakit. Penggunaan kapur dan urea pada saat persiapan tambak akan membasmi organisme tersebut. b. Metode Pengendalian Hama Ada 2 metode pengendalian hama yaitu : 1. Secara fisik dan 2. Secara kimiawi Secara fisik antara lain dengan cara : a) Pengeringan dasar tambak b) Pemasangan saringan pada pintu air c) Pemasangan perangkap d) Pemasangan tali-tali tidak berwarna (nylon) yang direntangkan di atas tambak untuk mencegah burung pemangsa. Secara kimiawi, dengan jalan memilih jenis pestisida dan dosis penggunaan berdasarkan macam hama. Dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1:Jenis pestisida dan dosis penggunaan berdasarkan jenis hama No Jenis Hama Pestisida Dosis efektif (bahan total) Per hektar 1 Berbagai jenis Ikan liar Bungkil biji teh (bahan aktifsaponin) 15 - 20 kg Rotenon (tepung) 3 - 5 kg Akar tuba 7 - 10 kg 2 Trisipan (sumpil) Brestan 60 G 0,5 kg Basudin 60 EC 0,5 lt Sumition 50 EC 0,1 lt Diazinon 60 EC 0,1 lt Brantasan (bubuk) 0,3 kg 3 Larva chironomid Sumition 50 EC 0,1 lt 4 Kepiting Sevin (bubuk) 2 kg Sumber: Mudjiman(1988) c. Cara Pemakaian Pestisida 1) Bungkil biji teh ditumbuk hingga halus (bubuk), kemudian direndam dalam air selama semalam. Disebar merata ke dalam tambak. 2) Bubuk rotenon dicampur dengan air secukupnya, kemudian disebar merata ke dalam tambak. 3) Akar tuba ditumbuk hingga halus (bubuk), direndam dalam air selama satu malam, kemudian diambil ekstraknya dan disebarkan merata kedalam tambak. 4) Brestan dicampur air secukupnya, kemudian disebar merata ke dalam tambak. Setelah aplikasi tambak harus direklamasi (genangi tambak dengan air laut atau payau selama 1 malam, lalu kuras) 5) Sevin, dengan membuat umpan dari ikan rucah yang dilumuri dengan bubuk sevin, kemudian ditaruh disekitar lubang kepiting (pada saat pemeliharaan) atau disebar merata pada saat persiapan tambak (tambak berair sekitar 10 cm) dan setelah aplikasi tambak perlu dicuci. d. Penyakit pada Bandeng Penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulan gangguan pada ikan, sehingga dapat menimbulan kerugian dalam bereproduksi. Timbulnya penyakit pada ikan disebabkan oleh ketidakserasian antara 3 faktor, yaitu kondisi lingkungan, kondisi ikan itu sendiri, dan organisme patogen (Murtidjo, 2002). Jenis penyakit yang pernah dilaporkan yang menyerang ikan bandeng adalah: 1) Sisik atau kulit kotor penyakit ini disebabkan oleh Caligus Sp dan Piscicolla Sp, gejalanya yaitu nafsu makan ikan berkurang, susunan sisik rusak, ikan terlihat malas. 2) Sirip ekor patah dan rusak penyakit ini disebabkan oleh Fiorrot disease. 9. Pemanenan Setelah ikan bandengmencapai ukuran konsumsi, maka dilakukan pemanenan. Panen dapat dilakukan secara bertahap (selektif) maupun secara total (Murtidjo, 2002). a. Panen Bertahap Panen bandeng secara bertahap dapat dilakukan dengan metode menyerang air atau yang dikenal dengan sebutan ngerocok. Hal ini sesuai dengan sifat bandeng yang selalu menentang arus (aliran air). Caranya adalah pada saat surut air tambak dikeluarkan sebagian. Kemudian pada saat terjadi pasang yang cukup tinggi, air baru dimasukan ke tambak melalui pintu air yang ditutup dengan saringan kasar, ikan bandeng akan segera menyongsong datangnya air baru tersebut. Dengan demikian, ikan akan terkumpul dalam petak penangkapan (catching pond). Selanjutnya ikan tersebut ditangkap dengan menggunakan jaring. b. Panen Total Pada umumnya panen bandeng secara total dilakukan dengan cara pengeringan tambak. Caranya adalah air dalam tambak dikeluarkan secara perlahan-lahan sampai air yang ada didalam tambak hanya mengisi bagian pada caren saja. Ikan bandeng akan berkumpul di caren tersebut. Pemanenan dapat dilakukan dengan alat berupa jaring yang ditarik (diseret) sepanjang caren. Dapat juga menggunakan kerai bambu yang didorong sepanjang caren oleh beberapa orang. Dengan kerai ini, ikan dikumpulkan disuatu tempat tertentu yang luasnya terbatas (sempit). Selanjutnya dilakukan penangkapan dengan alat tanggok (scoop net). III. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan selama 20 hari dimulai dari tanggal 23 Oktober sampai dengan 13 November 2013. Praktek dilaksanakan di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Desa Pusaka Jaya Utara, Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. B. Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan selama Praktek Kerja Lapangan I adalah magang yaitu mengikuti seluruh kegiatan yang dilakukan sesuai dengan jadual yang ada di Unit Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang sesuai dengan judul yang diambil. C. Materi Kegiatan Dalam kegiatan praktek kerja lapangan ini, penyusun mengambil materi Pembesaran Ikan Bandeng (Chanos chanos). Berikut ini adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan selama Praktek Kerja Lapangan yang meliputi : 1. Persiapan Tambak Dalam persiapan tambak proses pengeringan adalah hal yang pertama kali dilakukan adalah penyurutan air yang masih tersisa dalam tambak, tujuan pengeringan tambak adalah untuk mempercepat penguapan gas - gas, racun -racun, memberantas hama dan penyakit, juga mempercepat proses penguraian dan juga menaikan pH tanah, pengukuran pH dengan menggunakan pH meter dilakukan pada pagi, siang dan sore hari dengan melakukan empat kali pengukuran. Penyiapan lahan tambak mulai perbaikan sarana dan prasarana, pengeringan lahan, pengangkatan lumpur sampai siap ditebar benih. Persiapan tambak sangat menentukan keberhasilan budidaya. 2. Persiapan Penebaran Benih. Sebelum melakukan penebaran benih, terlebih dahulu dilakukan kegiatan persiapan benih, benih yang ditebar berasal dari tambak gelondongan yang berasal dari tambak gelondongan BLUPPB sendiri dengan ukuran gelondongan (panjang ± 5cm dan berat ± 1,5gr) dan dibeli dengan harga Rp 80/ ekor, benih ditebar sebanyak 20.000 ekor dengan padat tebar 4 ekor/m2 penebaran dilakukan pada pagi hari atau pukul 05.30. 3. Pemberian Pakan Pakan utama bandeng di dalam tambak adalah klekap, yaitu kumpulan berbagai jenis jazad dasar dengan komponen utama terdiri dari algae biru (Cyanophyceae) dan diatomae (Bacillariophceae) selain itu ikan bandeng juga membutuhkan pakan tambahan agar tumbuh dengan baik, pakan tambahan yang diberikan adalah pellet dengan dosis 5% dari berat badan perhari. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari. Pakan yang diberikan berupa pakan buatan dengan jenis pellet apung Comfed MIT B dan lama apung lebih dari 2 jam, yang diproduksi oleh PT. Matahari Sakti dengan kandungan nutrisi sebagai berikut:  Protein : 24%  Lemak : Min 5%  Abu : Max 13%  Serat kasar : Max 13%  Kadar air : Max 10% 4. Monitoring Pertumbuhan Monitoring pertumbuhan dimaksudkan untuk mengetahui pertumbuhan dalam petakan tambak secara individu, populasi dan biomas yang dilakukan secara periodik. Kemudian pengamatan pertumbuhan dilakukan dengan pengambilan contoh (sampling). Ikan diambil dari dalam tambak dengan menggunakan jala pada satu titik saja yaitu pada inlet tambak. Sedangkan pengamatan pertumbuhan dan kelangsungan hidup dilakukan dengan pengamatan langsung dengan menghitung berapa jumlah ikan yang mati. Data yang terkumpul selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan jumlah pakan yang akan diberikan. Monitoring pertumbuhan ini digunakan untuk menentukan jumlah pakan, infeksi hama penyakit serta waktu panen yang tepat. 5. Pengamatan Hama Penyakit Pengamatan hama penyakit dilakukan untuk mencegah menyebarnya penyakit secara meluas. Kegiatan yang dilakukan dalam pengamatan hama penyakit antara lain: a. Mengamati kondisi fisik ikan yang sehat dan yang terserang penyakit. b. Membasmi secara manual apabila ada hama yang muncul. Hama burung dan kepiting, sebagai pemangsa. Sedangkan hama penyaing (kompetitor) adalah siput. Cara untuk mengatasi hama burung adalah dengan memasang benang di atas tambak, dengan tujuan untuk menghalangi burung masuk kedalam tambak. Sedangkan untuk mengatasi hama kepiting dilakukan pada saat persiapan tambak, yaitu dengan menutup lubang-lubang di pematang tambak. Dan untuk mengatasi hama siput digunakan kapur dolomit. 6. Pengecekan Tambak Kegiatan pengecekan tambak dilakukan setiap hari. Kegiatan yang dilakukan dalam pengecekan tambak yaitu memeriksa kebocoran tambak, memperbaiki pematang tambak, dan memeriksa saluran masuk dan keluar. Dan pergantian air dilakukan 1 kali dalam 2 hari yaitu pada pagi jam 07.00 dan malam hari jam 22.00 sebanyak 10 - 50%. Tujuannya adalah agar kotoran, sisa pakan buatan yang ada pada dasar tambak dan telur-telur hama seperti siput terbuang bersamaan dengan keluarnya air dari tambak. 7. Pemanenan Pemanenan hasil dilakukan setalah ikan bandeng sudah mencapai ukuran konsumsi. Cara panen yang dilakukan pada budidaya pembesaran ikan bandeng (Chanos chanos) dapat dilakukan secara bertahap. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pemilihan Lokasi Lokasi tambak budidaya di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, yang dipilih untuk budidaya ikan bandeng telah memenuhi persyaratan yang memadai, air laut dialirkan ketambak dengan bantuan pompa air. Kemudian pada areal tambak tersedia tambak penampungan air tawar untuk mengatur kadar garam, akan tetapi pengaturan kadar garam untuk pemeliharaan ikan bandeng dirasakan tidak perlu, sebagaimana kita ketahui bahwa ikan bandeng tergolong ikan yang mampu beradaptasi dengan berbagai salinitas (euryhalin). Tekstur tanah tambaknya adalah liat berpasir yang baik untuk menahan air. Untuk hal lain seperti keadaan sosial ekonomi cukup mendukung operasional budidaya, seperti misalnya keamanan yang kondusif. Hal ini dapat terjadi karena regu piket tambak yang selalu menjaga dan mengontrol keadaan tambak pada siang dan malam hari. B. Proses Pembesaran Ikan bandeng Pada praktek kerja lapangan ini penyusun mengikuti kegiatan budidaya bandeng dengan metode intensif. Kegiatan budidaya dalam pembesaran ikan bandeng meliputi perbaikan dan persiapan tambak, penebaran benih, perawatan selama pemeliharaan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pemberian pakan tambahan, dan mempertahankan kualitas air agar tetap layak. 1. Persiapan Tambak a. Pengeringan lahan Dasar tanah kering ditandai ada retakan-retakan pada tanah dan bila disiram air akan ada aroma ampo menunjukkan gas - gas telah menguap. Gambar 2. Pengeringan Lahan b. Pengangkatan lumpur Tambak terisi tanah liat dan lumpur telah berada dipelantaran dan caren siap menahan air. c. Pengapuran Tanah Pengapuran tanah dilakukan dengan menggunakan kapur Dolomit sebanyak 250 kg/ha. Apabila pH kurang dari 6,5 maka dilakukan pembalikan tanah, kalau pH lebih besar dari 6,5 pembalikan tanah tidak perlu dilakukan, pH diambil dengan menggunakan pH meter dengan 4 kali pengujian. d. Pemupukan Dengan luas tambak 0,5ha. Dosis yang digunakan untuk pupuk kandang adalah sebanyak 200 gr/m2, urea adalah sebanyak15 gr/m2, dan TSP 7,5 gr/m2. Gambar 3. Klekap e. Perbaikan Sarana Prasarana Lubang kepiting telah tertutup dan apabila masih muncul lubang yang baru maka segera ditutup menggunakan tanah, caren dan pematanag telah siap untuk menahan air. f. Pengisian Air Sebelum Tebar Pengisian air tambak dilakukan secara bertahap, dengan menggunakan pompa air. Tambak diisi air sampai mencapai ketinggian 20 - 30 cm dari pelataran tambak.Kemudian air dibiarkan selama 1 minggu, untuk memberikan kesempatan pakan alami berupa klekap untuk tumbuh.Pengisian air kembali dilakukan pada ketinggian air 50 - 60 cm dari pelataran tambak maka air tambak dipertahankan untuk persiapan penebaran benih ikan, tambak siap tebar apabila tumbuh plankton yang ditandai warna air mulai kehijauan. 2. Penebaran Benih Benih ditebar sebanyak 20.000 ekor dengan padat tebar 4 ekor/m2 denagan luas tambak 0,5ha, penebaran dilakukan pada pagi hari yaitu pada jam 05.30. Penebaran dilakukan dengan cara memasukkan kantong plastik yang berisi benih kedalam tambak, setelah itu air dimasukkan sedikit demi sedikit kedalam kantong dengan tujuan agar benih dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, setelah itu ikan di biarkan untuk keluar dari kantong plastik dengan sendirinya (aklimatisasi), ada ± 50 ekor benih mati dalam proses penebaran, benih yang mati karena terlalu lama didalam kantong, juga akibat guncangan pada saat proses transportasi sehingga benih yang berhasil ditebar yaitu ± 19.950 ekor. Gambar 4.Aklimatisasi 3. Pemberian Pakan Pemberian pellet dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari yaitu pada jam 09.30 dan 13.30 WIB.Pellet diberikan sebanyak 60 kg/tambak dengan luas 0,5 ha, pakan diberikan pada satu titik yang berada pada inlet tambak, dan terkadang diberikan di tengah-tengah tambak. Banyaknya pakan yang diberikan dihitung berdasarkan berat tubuh keseluruhan ikan yaitu 5% dari berat keseluruhan bobot ikan. Gambar 5.Pemberian pakan 4. Monitoring Pertumbuhan Berikut ini adalah hasil pengambilan sampling pertumbuhan (Tabel 2) dan kualitas air (Tabel 3). Tabel 2 : Sampling pertumbuhan Sampling ke Rata-rata berat (gr) Rata-rata panjang (cm) Pertumbuhan Berat (gr) Panjang (cm) 1 21,66 13,76 ---- ---- 2 58,18 18,5 36,52 4,74 3 72,75 20 14,57 1,5 4 94,26 21,33 21,51 1,33 Pada data sampling pertumbuhan dapat diketahui bahwa dalam 4 kali sampling pertumbuhan dapat disimpulkan tingkat pertumbuhan ikan bandeng sangat baik yaitu pada sampling 1,2,3 dan 4 selalu mengalami peningkatan. Tabel 3 : Sampling kualitas air Sampling ke Suhu (oc) DO (mg/l) Salinitas (ppt) pH Waktu 1 28,9 5,11 40 8,3 Pagi 2 27,2 5,5 40 8,3 Pagi 3 27,4 5,6 40 8,3 Pagi 4 27,9 5,1 40 8 Pagi 5. Perawatan Selama Pemeliharaan Pergantian air dilakukan 1 kali dalam 2 hari yaitu pada pagi jam 07.00 dan malam hari jam 22.00 sebanyak 10 - 50%. 6. Pengamatan Hama dan Penyakit Selama pemeliharaan ikan Bandeng berlangsung, hama yang ditemukan adalah hama burung dan ikan kerapu, pembasmian burung dilakukan dengan cara memasang tali diatas tambak sebagai penghalang burung untuk memangsa ikan bandeng dan pembasmian ikan kerapu dengan cara memasang bubu kerucut yang dipasang di tiap-tiap sudut tambak. Gambar 6. Hama Burung dan Siput pada tambak Selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan tidak ditemukan penyakit yang menyerang ikan Bandeng yang dibudidayakan. 7. Panen Setelah berusia 6 bulan ikan bandeng mencapai ukuran ± 3 ekor/kg, panen yang dilakukan adalah panen bertahap,panen bertahap ini dilakukan karena pada hari itu tidak memungkinkan untuk dilanjutkan dikarenakan hari sudah malam, panen dilakukan dengan cara menyurutkan dikit demi sedikit air yang ada dalam kolam namun tidak sampai kering kemudian membentangkan jaring secara horizontal, kemudian ditarik dari arah pintu keluar menuju pintu masuk. Pada proses pembesaran ikan bandeng ini, ikan ditebar sebanyak 20.000 ekor dan mengalami kematian pada saat penebaran benih sehingga benih yang berhasil ditebar sebanyak 19.950 ekor dan dipanen sebanyak ± 16.000 ekor dengan berat rata-rata 334 gr/ekor dan dijual ke pedagang pengumpul dengan harga 16.000/kg. Dari hasil diatas maka dapat ditentukan bahwa survival rate pada proses pembesaran kali ini adalah 80% dengan pertumbuhan yang tidak optimal. Hal ini disebabkan karena metode budidaya yang dipakai adalah metode pembesaran secara intensif yang mana dalam pembesaran ini masih mengunakan sistem yang baru dan masih uji coba sehingga hasil dari tambak ini masih kurang maksimal. Pengamatan pertumbuhan Ikan Bandeng selama pemeliharaan atau SR (Survival Rate). Dilihat dari tingkat kelangsungan hidup (SR) dengan perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut : Nt SR = x 100 % No 16.000 SR = x 100 % 19.950 SR = 80% Keterangan : • SR = Kelangsungan Hidup (%) • Nt = Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor) • No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor) Berdasarkan pengamatan dilapangan tingkat kelangsungan hidup (SR) cukup baik yaitu 80 %, hal ini disebabkan kualitas air cukup baik. Gambar 7. Panen V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, desa Pusaka Jaya Utara, Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Telah banyak ilmu perikanan yang telah didapatkan selama kegiatan praktek kerja lapangan, terutama dalam kegiatan pembesaran ikan Bandeng. Tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng adalah 80%. Faktor utama dari keberhasilan budidaya bandeng adalah pemberian pakan yang optimal dan pengaturan kualitas air. 2. Tidak ditemukan permasalahan dalam kegiatan pembesaran bandeng pada saat kegiatan praktek, karena sebagaimana diketahui bahwa ikan bandeng tergolong ikan yang mampu beradaptasi dengan berbagai salinitas (euryhalin). Dan ikan bandeng tidak mudah terserang penyakit. Sedangkan hama yang menyerang ikan bandeng adalah burung, kepiting dan siput. Hama burung diatasi dengan memasang benang di atas tambak, hama kepiting diatasi pada saat persiapan tambak dan hama siput diatasi dengan penggunaan dolomit. B. Saran Saran yang penulis sampaikan kepada pihak BLUPPB Karawang adalah : 1. Secara ekonomis usaha budidaya bandeng untuk konsumsi menguntungkan, untuk itu disarankan agar dalam penyebarluasan informasi perlu diadakan penyuluhan tentang teknologi yang berkembang agar apa yang diusahakan dapat lebih ditingkatkan, maju, dan tepat guna. 2. Untuk dapat menambah pengetahuan dan keterampilan pembudidaya ikan bandeng, perlu kiranya diadakan pelatihan mengenai cara budidaya bandeng yang baik dengan menerapkan teknologi intensif yang sedang berkembang saat ini. DAFTAR PUSTAKA Mudjiman, A. 1988. Budidaya Bandeng di Tambak. Penebar Swadaya, Jakarta. Murtidjo, 2002. Budidaya Bandeng Secara intensif. Kanisius,Yoyakarta. Suseno, S. 1988. Budidaya Ikan dan Udang di Tambak. Penebar Swadaya, Jakarta. Taufik, A. 2000. Budidaya Bandeng Secara Intensif. Penebar Swadaya, Jakarta.

Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma darah mencapai kadar 60

Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma darah mencapai kadar 60%, dan bermanfaat untuk membantu jaringan sel baru. Dalam ilmu kedokteran, albumin ini digunakan untuk mempercepat pemulihan jaringan sel tubuh yang terbelah/rusak. Albumin juga berperan mengikat obat-obatan serta logam berat yang tidak mudah larut dalam darah. Kadar albumin di darah manusia direkomendasikan normal oleh paramedis bila kandungannya antara 3,5-5,5 g/dl. Kadar albumin di bawah normal sering terjadi pada anak yang mengalami gizi buruk, ibu hamil dan manula. Kadar albumin yang berasal dari ikan gabus dan kerang kece berdasarkan uji laboratorium kandungannya tinggi. Produk albumin siap saji yang diproses tanpa pemanasan atau melalui bioproses mengandung kadar albumin jauh lebih tinggi dari produk lainnya. sebagian orang dimana ikan gabus tak masuk hitungan lauk favorit, namun ditangan paramedic dan ahli gizi ternyata memiliki kadar albumin tinggi. Ikan yang kurang disukai karena baunya amis, bila diolah menjadi suplemen makanan dan minuman kesehatan berfungsi menjaga metabolisme tubuh, menaikkan kadar albumin dan mempercepat pemulihan kesehatan. PROTEIN YANG TERKANDUNG DALAM ALBUMIN Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma darah mencapai kadar 60%. Manfaatnya untuk membantu jaringan sel baru. Dalam ilmu kedokteran, albumin ini digunakan untuk mempercepat pemulihan jaringan sel tubuh yang terbelah/rusak. Albumin juga berperan mengikat obat-obatan serta logam berat yang tidak mudah larut dalam darah. FUNGSI ALBUMIN BAGI KESEHATAN Mengatur tekanan osmotic dalam darah. Albumin menjaga keberadaan air dalam plasma darah sehingga bisa mempertahankan volume darah. Bila jumlah albumin turun maka akan terjadi penimbunan cairan dalam jaringan (edema) misal terjadi pembengkakan di kedua kaki. Atau bisa terjadi penimbunan cairan dalam rongga tubuh misal di perut yang disebut ascites. Sebagai sarana pengangkut/transportasi. Albumin membawa unsur-unsur yang kurang larut dalam air melewati plasma darah dan cairan sel. Unsur-unsur seperti asam lemak bebas, kalsium zat besi dan beberapa unsur obat. Albumin juga bermanfaat dalam pembentukan jaringan tubuh yang baru. Secara umum albumin membantu proses metabolisme di dalam tubuh manusia. KHASIAT DAN KEGUNAAN ALBUMIN Meningkatkan kadar albumin dan daya tahan tubuh, mempercepat penyembuhan luka luar maupun luka dalam, membantu proses penyembuhan pada penyakit : Hepatitis, TBC, Infeksi Paru-paru, Nephrotic, Syndrome, Tonsilitis, Typhus, Diabetes, Patah tulang, ITP, HIV, Grastitis, Sepsis, Stroke, dan Thalasemia Minor,Mempercepat proses penyembuhan pasca operasi, Menghilangkan Oedem (pembengkakan), Memperbaiki gizi buruk pada bayi, anak dan ibu hamil Membantu penyembuhan autis, dan Sebagai larutan pengganti pada keadaan defisiensi albumin. KADAR ALBUMIN NORMAL PADA TUBUH MANUSIA Kadar albumin di darah manusia direkomendasikan normal oleh para medis bila kandungannya antara 3,5 – 5,5 g/dl (Eddy Suprayitno, 2009). Kadar albumin di bawah normal sering terjadi pada anak yang mengalami gizi buruk, ibu hamil dan manula. Pada kondisi tersebut jika albumin kurang, metabolisme dalam tubuh terganggu dan akan menimbulkan dampak-dampak yang lain. SUMBER ALBUMIN Sumber albumin pada hewan didapat dalam daging sapi, ikan, ayam, telur dan susu. Pada tanaman seperti kacang – kacangan dan sayuran, kadar albuminnya rendah (Anonimus, 2009). Kadar albumin yang berasal dari ikan gabus dan kerang kece, berdasarkan uji laboratorium kandungannya tinggi (Pangestu dan Erna Rochmawati, 2009). IKAN GABUS SEBAGAI SUPLEMEN KESEHATAN Sejak dahulu ikan gabus dipercaya oleh para medis dapat mempercepat penyembuhan luka sehingga dianjurkan untuk dikonsumsi pasien operasi, pasca melahirkan. Hal ini dikarenakan ikan gabus mengandung protein yang tinggi (albumin), sehingga dapat mempercepat penyembuhan luka. Bagi pasien kurang mampu biasanya disarankan untuk mengukus ikan gabus yang baunya amis. Hampir semua pasien berkadar albumin rendah yang diberi sari ikan gabus naik lebih cepat dari pada pemberian albumin lewat infus. Bahkan pasien berkadar albumin rendah yang diikuti komplikasi penyakit seperti Hepatitis, TBC (infeksi paru-paru), Neprotis syndrome, Tonsilitas, Typus, Diabetes, Patah tulang, Gastritis, Gizi buruk, Sepsis, Stroke, ITP (Idiopatik Trombosit Tupenia Purpura), HIV, Thalasemia Minor, Autis, kondisi ini bisa lebih baik dengan pemberian albumin sari ikan gabus (Nurpudji Astuti di dalam Neny Sri Taslim, 2007). Ikan gabus atau yang dikenal sebagai Snakeheads fish di Malaysia dikategorikan makanan kesehatan (Wan Ahmad di dalam Walter R. Courtney, Jr., and James D. Williams, 2004). Secara realita, albumin memiliki aplikasi dan kegunaan yang luas dalam makanan atau pangan serta produk farmasi. Dalam produk industri pangan albumin antara lain berupa : bubur manula, permen, roti dan podeng bubuk (Anonimus, 2009). Proses produksi bahan nabati yang tidak menggunakan pemanas tinggi, dapat mempertahankan keberadaan vitamin dan enzim-enzim yang terkandung di dalamnya (Andy Nur Alam Syah, 2005). Tingkat teknologi madya untuk penerapan bioteknologi terendam dalam pemanis pada agroindustri, akan menaikkan nilai tambah sedang sampai tinggi (Mangunwidjaja dan Suryani, 1994). Ikan gabus juga bisa diolah tanpa pemanasan menjadi suplemen berupa minuman melalui bioproses dengan madu asli dan produknya berupa madu albumin. Produk albumin ini pada satu sisi tidak berbau amis dan pada sisi yang lain berkadar albumin tinggi (Sumarno, 2007). Kapsul Albumin Plus dan Madu Albumin, Solosi Untuk Menekan Biaya Mahal Pasien berkadar albumin rendah bagi yang mampu di rumah sakit biasanya diberi infus untuk menaikkan kadar albuminnya. Namun, infus albumin biayanya mahal Rp. 1,4 juta setiap pemberian. Minimal harus diberikan tiga kali infuse. (Nurpudji Astuti di dalam Reny Sri Ayu Taslim, 2007). Informasi terkini pemberian infuse albumin dalam sekali pemberian biayanya bisa mencapai Rp. 1,8 juta – Rp. 2,5 juta. Bagi pasien tak mampu dengan adanya kapsul serbuk dan cairan albumin (madu albumin) sebagai suplemen kesehatan, diharapkan dapat meringankan beban biaya. Bagi pasien kurang mampu yang membutuhkan albumin, ikan gabus yang penyebarannya cukup luas dan masih mudah di dapat sangat membantu masyrakat kecil. Dengan cara mengukus cairannya diambil, maka albumin sudah bisa diasupkan dan kadar albumin dalam tubuh dapat ditingkatkan. Mengkonsumsi ikan gabus sebagai suplemen albumin untuk kesehatan biayanya paling murah dibandingkan menggunakan produk pabrik. APA ITU ALBUMIN Albumin adalah protein yang ada dalah darah yang diperlukan oleh tubuh untuk memelihara dan memperbaiki jaringan. Selama proses dialysis, albumin dalam darah membantu pembuangan cairan dengan cara menarik cairan yang berlebih dalam jaringan kembali ke dalam darah untuk kemudian disaring oleh ginjal buatan (dialyzer).Berapa kadar albumin yang direkomendasikan ?Kidney Disease Outcomes Quality Initiative dari National Kidney Foundation merekomendasikan level albumin sama dengan atau lebih tinggi dari 4.0 g/dl.Makanan apa saja yang mengandung protein ?Makanan dari hewani seperti daging sapi, ikan, ayam, telur, susu mengandung kandungan protein tingkat tinggi. Sedangkan kacang – kacangan, sayur – sayuran mempunyai tingkat kandungan protein lebih rendah.Beberapa jenis makanan yang mengadung protein seperti susu, yogurt, keju, kacang – kacangan dibatasi dalam konsumsinya untuk pasien dialysis karena mengandung kadar kalium dan phospat yang tinggi. Apakah ada penyebab lain kekurangan kadar albumin dalam darah selain kurangnya konsumsi makanan yang berprotein tinggi?Peradangan dan infeksi dapat menyebabkan kadar albumin turun. Infeksi kandung kemih, infeksi pada akses merupakan beberapa contoh yang dapat menurunkan kadar albumin. Sedangkan untuk jenis peradangan adalah arthritis dan Lupus. Selain masalah pada liver dan metabolic acidosis juga dapat menunrunkan kadar albumin dalam darah. Apa yang harus dilakukan untuk menjaga kecukupan kadar albumin ?Mencari tahu dan kemudian menkonsumsi makanan yang mengandung kadar protein tinggi sesuai dengan rekomendasi dari ahli gizi.Hindari hal – hal yang dapat menyebabkan infeksi ( hindari menggaruk, menjaga akses vaskular tetap bersih , dan lain – lain)Beritahu tim medis apabila dirasakan terdapat bagian tubuh yang terkena infeksiPeriksakan kadar albumin secara berkala per bulan. Langkah Kerja A. Prinsip Pembuatan Abon Ikan Pada prinsipnya abon ikan merupakan suatu metode pengawetan dengan kombinasi antara perebusan / pengukusan dan penggorengan serta penambahan bumbu-bumbu tertentu. Produk yang dihasilkan mempunyai tekstur yang lembut, rasa dan aroma yang khas. Abon ikan bisa digunakan untuk teman makan nasi, teman makan roti, dll B. Bahan Baku Biasanya abon dibuat dari daging sapi atau daging kerbau, akan tetapi di beberapa daerah Sulawesi, banyak dijumpai abon ikan. Pada umumnya abon ikan dapat dibuat dari daging ikan cakalang/ikan tongkol, ikan tuna dan ikan cucut. Bila menggunakan ikan cucut, setelah ikan disiangi kemudian dipotong-potong, sebaiknya direndam dalam air bersih (kalau bisa air yang mengalir) untuk menghilangkan bau amoniak (NH3) C. Membuat Abon Ikan 1.Bahan dan Bumbu - daging ikan yang sudah disuwiri 500 gram - garam 3% 15 gram - gula merah 150 gram - ketumbar 10 gram - bawang merah 75 gram - laos 5 gram - jahe 10 gram - sereh 3 tangkai - bawang putih 10 gram 2. Cara membuat abon ikan a. Penyiangan Ikan disiangi yaitu pada bagian isi perut dan kepala, bila perlu dipotong-potong untuk memudahkan pengukusan kemudian dicuci sampai bersih. b.Pengukusan Ikan dikukus sampai matang untuk memudahkan pengambilan daging dan memisahkan dari tulang dan duri, kemudian ditumbuk / dimemarkan hingga menjadi suwiran-suwiran / serpihan daging ikan. c. Pemberian Bumbu Bumbu-bumbu yang dihaluskan, kemudian dicampurkan dengan yang telah disuwir-suwir hingga merata. d. Penggorengan Daging ikan yang telah dicampur dengan bumbu kemudian digoreng dengan minyak, bisa juga menggunakan santan kelapa yang kental. Aduk-aduk sampai kering (terasa ringan bila daging diaduk-aduk) dan berwarna kuning kecokelatan. e. Pengepresan Abon yang sudah matang dimasukkan ke alat pengepres abon sampai minyaknya tuntas, kemudian diambil dengan menggunakan garpu. sumber gambar: http://tidakmenarik.files.wordpress.com/2009/03/abon.jpg