Neocloris Aquatica

Blog ini bertujuan untuk memberikan informasi data kepada taruna ataupun masyarakat luas untuk pembangunan kelautan perikanan indonesia yang lebih maju

Selasa, 24 Juni 2014

makalah laporan PKL ikan nila

SEMINAR LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN JURUSAN PENYULUHAN PERIKANAN SEKOLAH TINGGI PERIKANAN PEMBENIHAN IKAN NILA NIRWANA (Oreochromis niloticus bleker) DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN (BPBI) WANAYASA PURWAKARTA JABAR *) Oleh : Rusli **) Pembimbing : 1. Dr. Andin H. Taryoto 2. Abdul Hanan SP., MSi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan nila berasal dari Sungai Nil di Benua Afrika. Nama ilmiah dari ikan ini adalah Oreochromis niloticus. Ikan nila, yang mempunyai nama genus Tilapia, sejak awal diintroduksi dari Taiwan tahun 1969, langsung digemari para pembudidaya. Tingginya kemampuan ikan nila beradaptasi dengan lingkungan baru membuat jenis ikan ini menjadi salah satu primadona di kalangan pembudidaya ikan air tawar. Ikan nila nirwana merupakan ikan hasil persilangan dari ikan nila GIFT dan nila GET. Dagingnya putih, tebal, padat dan tidak berduri. Karena itu ikan ini banyak digemari di luar negeri diantaranya Belgia dan Saudi Arabia. Keunggulan ikan nila nirwana ini, lebih cepat besar, sehingga sangat cocok untuk budidaya. Hanya dalam waktu 6 bulan beratnya bisa mencapai 1 kilogram, Sehingga ikan ini memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi, ketimbang ikan air tawar lainnya seperti ikan mujair dan ikan mas. Pengembangbiakan ikan nila nirwana ini dilakukan di Kecamatan Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat. Dengan ketinggian sekitar 700 meter, di atas permukaan laut dan suhu udara antara 18 sampai 25 derajat celsius, tempat ini memang sangat cocok untuk pengembangbiakan ikan air tawar. Karena itu, di tempat ini banyak terdapat kolam-kolam pengembangbiakan ikan air tawar. Seperti ikan mas, ikan nilem, dan ikan gurame. Di kolam ini pula dikembangbiakan ikan nila nirwana. 1.2 Tujuan Tujuan yang telah dicapai dalam pelaksanaan PKL (Praktek Kerja Lapangan) yang mengambil judul Pembenihan Ikan Nila Nirwana (Oreochromis niloticus bleker) Di BPBI (Balai Pengembangan Benih Ikan) Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat adalah: 1) Mengetahui teknik pembenihan Ikan Nila Nirwana. 2) Mempelajari semua hambatan dan masalah yang terjadi pada pembenihan ikan nila nirwana serta cara penanggulangannya. 3) Mengetahui pengelolaan Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Wanayasa. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mengenal Ikan Nila Nirwana Ikan nila nirwana adalah ikan nila unggulan yang merupakan hasil persilangan antara ikan nila GIFT dan ikan nila GET dari Philipina. Ikan Nila GIFT (Genetic Improvement Farm Tilapia) merupakan varietas baru dari jenis Ikan Nila yang dikembangkan oleh ICLARAM di Philipina yang diintroduksi pada tahun 1995 - 1997. Pada tahun 2002 BPBI Wanayasa memperoleh famili Ikan Nila GET (Genetically Enhanched of Tilapia). Ikan Nila GET tersebut diintroduksi dari Philipina oleh Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat melalui BFAR (Bureau of Fisheries and Aquatic Research). Saat ini dalam kurun waktu pengerjaan selama 3 (tiga) tahun, BPBI Wanayasa telah mendapatkan induk penjenis (Great Grand Parent Stock/GGPS), yang selanjutnya diberi nama Ikan Nila Nirwana (Nila Ras Wanayasa) yang penyediaan dan diseminasinya diawasi oleh pemerintah. *) Judul makalah seminar laporan hasil praktek kerja Lapangan yang diseminarkan pada tanggal Januari 2010. **) Taruna/i Jurusan Penyuluhan Perikanan Sekolah Tinggi Perikanan di bawah bimbingan Dr. Andin H. Taryoto selaku pembimbing I, dan Abdul Hanan SP., MSi selaku pembimbing II. 2.1.1 Silsilah dan Taksonomi Kedudukan ikan nila nirwana dalam sistematika (taksonomi) hewan diklasifikasikan sebagai berikut: Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Sub Filum : Vertebrata Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis Spesies : Oreochromis niloticus 2.1.2 Ciri-ciri Ikan Nila Nirwana Bentuk tubuh nila nirwana relatif lebih lebar dengan panjang kepala yang lebih pendek. Warna punggung abu-abu kehijauan, warna perut putih keabu-abuan, warna overculum abu-abu kehijauan, garis linealiteralis terputus dan terbagi dua yaitu bagian atas dan bawah, memiliki 5 buah sirip. Pemakan segala (omnivora), sangat menyenangkan pakan alami Rotifera, Daphnia Sp., Moina Sp., Benthos dan Fitoplankton. Biasa diberi pakan tambahan berupa pellet, dedak halus dan lain-lain. 2.1.3 Perkembangbiakan Pengembangbiakan ikan nila nirwana ini dilakukan di Kecamatan Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat. Dengan ketinggian sekitar 700 meter, di atas permukaan laut dan suhu udara antara 18 sampai 25 derajat celsius, tempat ini memang sangat cocok untuk pengembangbiakan ikan air tawar. Keunggulan ikan nila nirwana ini, lebih cepat besar, dagingnya putih, tebal, padat dan tidak berduri sehingga sangat cocok untuk budidaya. Hanya dalam waktu 6 bulan, beratnya bisa mencapai 1 kilogram. Ikan ini tidak saja dipasarkan di dalam negeri, tetapi juga diekspor ke manca negara, diantaranya ke Belgia dan Saudi Arabia. 2.2 Pembenihan Ikan Nila Nirwana 2.2.1 Persiapan Kolam Jika matahari normal biasanya dalam tempo 3 sampai 5 hari dasar kolam akan kering. Sambil menunggu dasar kolam kering, perbaiki pula pematang yang longsor atau bekas sarang hama. Selain itu konstruksi kolam juga perlu diperbaiki. Sebaiknya dasar kolam dicangkul dan dibalik sedalam 30 cm dan menyingkirkan bahan dasar organik yang ada di dasar kolam akibat dari pemberian pakan yang berlebih. Selanjutnya dilakukan pemupukan dan pengapuran. Pemupukan bertujuan untuk menumbuhkan pakan alami. Sangat dianjurkan pupuk berupa kotoran ayam yang sudah menjadi tanah. Dengan takaran antara 300 gr/m2 - 500 gr/m2, pupuk disebar merata di dasar kolam. Pengapuran bertujuan untuk memperbaiki kualitas kolam. Cara pemberiannya sama dengan pemupukan, yakni disebar merata di dasar kolam. Takaran yang dianjurkan yakni 25 gr/m2 – 100 gr/m2. Langkah selanjutnya memasukkan air hingga ketinggian 50 cm. Biarkan kolam tergenangi air selama 5 sampai 7 hari, untuk memberi kesempatan pakan alami tumbuh didalamnya. Jika pakan alami sudah mulai terlihat, kolam pemijahan dinyatakan siap ditebari induk. (Budi Santoso, 2006). 2.2.2 Seleksi Induk Tanda-tanda induk yang mempunyai kualitas baik antara lain adalah badan sehat, bentuk badan normal, gerakan lincah, serta mempunyai respon yang baik terhadap lingkungan. Disini akan dilihat perbedaan kelamin nila jantan dan betina. Ikan nila jantan memiliki warna lebih cerah dari yang betina, bentuk tubuh lebih tinggi dan membulat, alat kelamin jantan terdapat pada satu lubang yang menghasilkan sperma sekaligus air seni, bentuk kelamin berbentuk tonjolan agak meruncing. Sedangkan pada nila betina memiliki warna lebih gelap, bentuk tubuh lebih rendah dan memanjang, jumlah lubang kelamin dua lubang (satu untuk mengeluarkan telur, dan satu untuk mengeluarkan air seni), bentuk kelamin tidak menonjol dan berbentuk bulat. 2.2.3 Pemeliharaan Induk Persyaratan yang penting diperhatikan dalam pemeliharaan induk ikan adalah sebagai berikut : 1). Padat Penebaran 2).Penempatan Induk Ikan 3).Desinfeks 4). iPemberian Pakan Untuk menghasilkan induk yang baik harus diberi pakan buatan berupa pellet yang berkadar protein tinggi yaitu kurang lebih 30% dengan kandungan lemak 3%. (Budi Santoso, 2003). 2.2.4 Pemijahan Ciri-ciri induk yang matang gonad adalah kondisi kelamin yang membesar berwarna merah. Khusus yang betina juga dicirikan dengan kondisi perut yang membesar berisi telur. Induk ikan nila betina yang sudah matang gonad (umur 5 – 6 bulan) dengan berat 200 – 250 gram mengandung telur 500 – 1000 butir. Dari jumlah telur tersebut dapat dihasilkan 200 – 400 ekor larva. Meskipun jumlah telurnya sedikit, ikan nila mempunyai frekuensi pemijahan yang relatif sering. Hal ini terlihat dari rentang waktu antara pemijahan yang sangat singkat, yakni 3-6 minggu. Masa produktif ikan nila 1,5 - 2 tahun. Jika sudah berumur di atas dua tahun, induk harus segera diganti dengan yang baru. Sebelum dipijahkan induk jantan dan betina dipelihara secara terpisah, tujuannya adalah untuk mendapatkan kualitas telur yang baik, memudahkan penyeleksian induk yang sudah atau belum pernah memijah serta menghindari terjadinya pemijahan liar. Pemijahan dapat dilakukan di kolam dengan kepadatan 1 ekor/m³, di bak semen dengan kepadatan 5 ekor/m³ atau di hapa dengan kepadatan 5 ekor/m³ dan perbandingan antara jantan dengan betina adalah 1:3. Induk nila nirwana akan memijah dalam jangka waktu kurang lebih satu minggu. Untuk mengetahui induk nila nirwana telah memijah dapat dilihat dari banyaknya lubang-lubang sarang didasar kolam. Telur hasil pemijahan akan menetas sekitar 2 - 4 hari setelah dierami induk betina didalam rongga mulutnya. 2.2.5 Pemeliharaan Larva Larva-larva yang telah dipanen, dikumpulkan jadi satu di hapa yang diletakkan di kolam dekat saluran pemasukan dengan maksud agar tercukupi kebutuhan oksigennya. Larva hasil panen ini dikumpulkan maksimal tiga hari sebelum dimasukkan ke kolam untuk dideder. Pengumpulan larva maksimal tiga hari, dimaksudkan agar larva yang dideder nantinya mempunyai ukuran yang seragam. Selama masa pemeliharaan larva dalam kurun waktu 3 - 4 minggu, setiap hari harus diberi pakan tambahan berupa tepung pellet halus atau dedak halus ukuran 0,2 mm – 0,5 mm, melakukan pergantian air setiap 1 – 2 hari sekali, serta Pemeriksaan saluran pemasukan dan pembuangan air secara kontinyu sehingga kondisi kolam tetap baik dan terpelihara. 2.2.6 Pemanenan Pelaksanaan panen sebaiknya dilakukan pada saat suhu masih rendah sekitar pukul 06.00 – 08.00, suhu rendah dapat menurunkan aktifitas metabolisme dan gerakan benih sehingga mengurangi resiko kematian. Panen larva dilakukan setiap sepuluh hari sekali pada pagi hari. Tergantung luas kolam, penyurutan kolam dapat mulai disurutkan sehari sebelumnya. Penyurutan air kolam dilakukan pertama-tama sampai setengahnya. Sebelum surut total, bak tempat panen larva perlu dibersihkan dari lumpur dengan cara membuka sumbat outlet kobakan. Penyusutan secara total dilakukan sampai air hanya tersisa pada kobakan saja. Induk dan larva akan berkumpul pada kobakan, dan segera dilakukan pengambilan larva menggunakan scoop net. Kemudian larva ditampung sementara dalam hapa ukuran 2 x 2 x 1 m3 dengan mesh size 1,0 mm. Pemungutan larva dilakukan secara total sampai bersih termasuk yang masih terdapat dalam sarang, dengan cara membongkar sarang dan mengarahkan larva ke kobakan. Setelah semua larva terkumpul, kemudian larva dipindahkan ke kolam pendederan. Larva yang dipanen biasanya berukuran 10-12 mm dengan berat 0,05-0.1 gram. Larva ukuran kecil ( 9,0 sampai 13 mm) dapat digunakan untuk tujuan jantanisasi menggunakan pakan berhormon. Sedangkan larva ukuran besar dapat langsung didederkan dalam wadah pendederan. 2.2.7 Hama dan Penyakit Salah satu kendala dalam kegiatan pembenihan ini adalah hama dan penyakit yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Hama dapat diartikan sebagai organisme yang dapat memangsa ikan sehat maupun sakit secara langsung maupun bertahap. Penyakit ikan dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan berkembang dalam tubuh ikan sehingga organ tubuh terganggu. III. PELAKSANAAN KEGIATAN 3.1 Waktu dan tempat Pelaksanaan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) I yang dilaksanakan di Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Wanayasa Kabupaten Purwakarta Jawa Barat berlangsung dari tanggal 2 – 22 November 2009. 3.2 Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan selama Praktek Kerja Lapangan (PKL) I ini adalah metode magang, yaitu penyusun ikut berperan aktif dalam kegiatan yang dilakukan sesuai dengan jadwal yang berlaku di Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Wanayasa Kabupaten Purwakarta Jawa Barat. 3.3 Metode Pengambilan Data Data yang diambil dalam Praktek Kerja Lapangan ini meliputi data primer dan data sekunder. 3.3.1 Data primer Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Pengambilan data primer ini dapat dilakukan dengan cara pencatatan hasil observasi, wawancara dan partisipasi aktif. 3.3.2 Data sekunder Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan, pustaka yang menunjang, serta data yang diperoleh dari pihak yang terkait dengan pembenihan ikan Nila nirwana. 3.4 Deskripsi BPBI Wanayasa 3.4.1 Sejarah Singkat BPBI Wanayasa BPBI Wanayasa berdiri pada tahun 1980 merupakan pusat dari semua cabang yang memiliki instalasi Ciherang (Cianjur) dan Singaparna (Tasikmalaya). Luas lahan 5 Ha, yang terbagi dari 2,7 Ha kolam dan 2,3 Ha bangunan dan lahan non kolam. Perairan yang digunakan berasal dari air pegunungan Burangrang yang mengalir ke sungai Ciherang. Pengairan ini bersifat terus menerus artinya tidak tergantung pada jenis musim sehingga cocok untuk budidaya ikan nila. Suhu yang ada di lokasi antara 18 - 27°C yang memiliki pH 6,5 – 7,5, jenis tanah lumpur berpasir (sandy loam). 3.4.2 Letak Geografis BPBI Wanayasa merupakan balai pembenihan milik Dinas Perikanan Pemerintah Propinsi Jawa Barat yang terletak di dusun Cipulus desa Nagrog Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta dengan ketinggian 682 m dpl. 3.4.3 Tugas dan Fungsi Tugas dan fungsi Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Wanayasa sebagai adalah sebagai sarana bimbingan langsung kepada Usaha Pembenihan Rakyat (UPR) dalam pengadaan dan pengendalian mutu benih dan mempunyai tugas pokok melaksanakan peningkatan produksi induk dalam jumlah dan mutu. 3.4.4 Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang ada di Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Wanayasa meliputi kolam, indoor, outdoor, hatchry, laboratorium kimia, dan bangunan gedung. 3.5 Pelaksanaan Kegiatan 3.5.1 Persiapan Kolam kolam dikeringkan selama 3-4 hari sampai permukaan tanah terlihat retak-retak. Kemudian dilakukan pengolahan tanah dasar dengan cara dicangkul dan dibalik sedalam 30 cm, kemudian diberi pupuk dan kapur. Pengisian air pada kolam dilakukan setelah pengapuran dan pemupukan. Pengisian air dilakukan hingga air mencapai ±70 cm kemudian kolam dibiakan dalam kondisi stagment (tergenang) selama 3-4 hari. 3.5.2 Seleksi Induk Induk ikan Nila Nirwana diperoleh dengan cara menyeleksi calon induk jantan dan betina nila nirwana. Perbedaan dari induk jantan dan betina dapat dilihat dari cirri-ciri tubuh dan bentuk kelaminnya. Induk jantan memiliki warna tubuh cerah, warna sirip memerah terutama pada saat matang kelamin dan memiliki satu buah kelamin yang bentuknya memanjang, sedangkan pada induk betina warna tubuhnya agak pucat dan memiliki dua buah kelamin, lubang pertama berada dekat anus, bentuknya seperti bulan sabit dan lubang kedua berada dibelakangnya berbentuk bulat. 3.5.3 Pemeliharaan Induk Induk hasil seleksi, sebelum dipijahkan diberok terlebih dahulu agar pematangan gonad optimal dan tidak terjadi pemijahan liar. Agar pematangan gonad optimal, induk diberi pakan pellet yang cukup dan berkualitas tinggi. Pemberian pakan dilakukan setiap hari sebanyak 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari dengan cara ditebar. 3.5.4 Pemijahan Sebelum memijah induk jantan membuat sarang dengan cara membuat lubang pada dasar kolam yang diameternya rata – rata 40 – 60 cm, dan di tempat itu proses pemijahan terjadi. Proses pemijahan biasanya berlangsung selama 5 hari. Telur yang dihasilkan kemudian dierami dalam mulut induk betina sampai menetas. 3.5.5 Pemanenan Larva Larva ikan Nila Nirwana ini dipanen pada umur 3 – 4 hari setelah menetas. Larva dalam pemanenan tidak perlu mengeringkan kolam. Larva ikan Nila Nirwana yang masih kecil suka berenang bergerombol dekat permukaan air, sehingga dapat ditangkap dengan menggunakan sair halus atau sirib. 3.5.6 Pemeliharaan Benih Pemeliharaan benih dilakukan di kolam pendederan sebanyak empat buah kolam. Kegiatan yang dilakukan sebelum pendederan ini yaitu persiapan kolam, pengapuran dan pemupukan. Setelah itu larva ditebar pada pagi hari dan diberi pakan tambahan berupa pellet halus. pemberian pakan diberikan sebanyak 2 kali sehari setiap hari selama pendederan berlangsung pada pagi dan siang sore. 3.5.7 Pemanenan Benih Pemanenan benih ini dilakukan pada umur satu bulan dengan panjang berkisar 3 – 5 cm. Pemanenan dilakukan secara total. Cara panen yaitu dengan menurunkan permukaan air kemudian benih di kumpulkan pada kemalir dengan cara menggeser lumpur yang masih berisi benih kedalam kemalir kemudian diambil dengan menggunakan waring. 3.5.8 Hama dan Penyakit Hama yang sering menyerang dalam produksi pembenihan adalah kerang, keong mas, kepiting kecil, kodok dan burung yang sering menyerang benih dengan cara digigit. Cara pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara membunuh langsung hama jika ditemukan berada di kolam pembenihan tersebut. Penyakit yang menyerang pada kegiatan pembenihan ikan Nila Nirwana adalah Trichodiniasis yang disebabkan oleh parasit Trichodina sp. Penyakit ini menyerang hampir semua jenis ikan air tawar, terutama pada ukuran benih dan menempel di bagian kulit, sirip dan insang ikan serta dapat menyebabkan iritasi di bagian tubuh tersebut. Gejala klinis seringkali tidak terlihat. Kadang-kadang terjadi kerusakan pada kulit dan sirip disertai infeksi sekunder. Pengobatan penyakit ini dapat dilakukan dengan memberikan NaCl 500 ppm yang diilarutkan dalam pakan. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan Kolam Persiapan kolam meliputi lima tahapan, yaitu : 1. Pengeringan kolam 2. Pengolahan tanah dasar kolam 3. Pemupukan 4. Pengapuran 5. Pengisian air. 4.2 Seleksi Induk Induk yang mempunyai kualitas baik yaitu memiliki tanda-tanda antara lain badan sehat, bentuk badan normal, sisik besar dan tersusun rapi, kepala relatif kecil dibandingkan dengan badannya, warna tubuh mengkilap, gerakan lincah, serta mempunyai respon yang baik terhadap lingkungan. 4.3 Pemeliharaan Induk Sebelum dipijahkan, induk jantan dan betina yang sudah diseleksi harus dipelihara secara terpisah, tujuannya adalah agar pematangan gonad optimal dan tidak terjadi pemijahan liar. Untuk pematangan gonad, induk ikan nila nirwana harus diberikan pakan yang berkualitas tinggi dan dalam jumlah yang cukup. Pakan yang diberikan yaitu pakan buatan dengan dosis 3 - 5% dari bobot total induk. Frekuensi pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari yaitu pada jam 08.00 dan 15.30 dengan cara pemberian pakan ditebar. 4.4 Pemijahan Pemijahan induk ikan nila dilakukan dengan luas kolam 300 m², ditebar ikan 1 paket sebanyak 400 ekor dengan padat tebar 4 ekor/m². pemijahan ini dilakukan secara massal. Uraian tingkah laku pemijahan massal di kolam pemijahan : - setelah penebaran awal, biasanya induk akan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar 3- 4 hari. - induk jantan akan membuat teritorial (sarang) pada dasar kolam tanah dengan diameter 20 – 30 cm dengan kedalaman 5 – 8 cm yang digali dengan mulutnya. - Induk jantan akan menarik perhatian induk betina yang melintas didekat sarangnya dan mengajak induk betina untuk masuk ke sarang. - Induk betina akan mengeluarkan telur pada sarang yang dibuat induk jantan, kemudian induk jantan menyusul dengan mengeluarkan sperma dan terjadilah pembuahan. - Induk betina akan kembali membawa telur yang telah dibuahi dan menyimpannya dalam mulut kemudian meninggalkan sarang. Setelah itu induk jantan akan menarik perhatian lagi induk betina lainnya yang sudah matang gonad. - Telur yang telah dibuahi kemudian dierami dalam mulut induk betina selama 3 – 5 hari sebelum menetas. Telur akan menetas selama 48 jam. Setelah menetas larva akan berada disekitar induk betina dan berada dalam pengawasan induknya selama 5 – 7 hari. Larva akan masuk kedalam mulut induk bila keadaan berbahaya. - Setelah induk betina melepaskan larvanya, induk akan kembali memijah sekitar 1 minggu sampai 1 bulan setelah berhenti menjaga larvanya. 4.5 Pemanenan Larva Panen dilakukan setiap hari, pada pagi hari dari mulai pukul 08.00 – 13.00 WIB. Peralatan yang digunakan adalah anco yang berukuran 1 x 1 cm, scopnet, ember, dan canting. Proses pemanenan dilakukan dengan cara menangkap larva menggunakan sair halus atau sirib secara langsung dipermukaan air kolam, terutama yang sedang bergerombol diasuh induknya. Larva yang terkumpul didalam ember kemudian ditampung dalam waring. Kemudian larva dihitung dengan mengambil sampel 1 canting ( 1 canting ± 1000 – 1200 ekor) setelah itu dilakukan pendederan. 4.6 Pemeliharaan Benih Pemeliharaan benih dilakukan di kolam pendederan dengan perlakuan : • Persiapan kolam meliputi pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar, dan pembuatan kemalir. • Kolam dikapur dengan kapur tohor, dan dipupuk dengan pupuk organik. • Larva ditebar pada pagi hari, dan diberi pakan tambahan setiap hari selama pendederan berlangsung. 4.7 Pemanenan Benih Pemanenan dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08.00 – 13.00 wib. Dilakukan dengan cara yaitu pintu pemasukan ditutup kemudian pintu outlet dibuka dan dipasang saringan yg terbuat dari bambu (selubung). Sambil menunggu air surut, dibuatkan kemalir agar ikan berkumpul. Setalah air kolam surut, ikan digiring dari pintu air inlet sampai outlet, diseret dengan menggunakan kaki kemudian dilakukan pengambilan benih. Ikan yang terseser dimasukan kedalam ember yang berisi air ±2 liter. 4.8 Hama dan Penyakit Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat terjadi penyakit, yaitu : - mortalitas (tanggal mulai terjadinya kematian dan jumlah ikan yang mati/hari) - gejala ikan yang terinfeksi penyakit (tingkat kematian, karakteristik tingkah laku, tanda-tanda eksternal misalnya pendarahan). - Faktor lingkungan (suhu, kekeruhan, DO, kadar amoniak dan pH pada wadah pemeliharaan). - Metode pemeliharaan (lokasi wadah, tingkat pertukaran air dan densitas/kepadatan ikan). V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 kesimpulan Pembenihan ikan Nila nirwana terdiri atas pengelolaan kolam pembenihan, pemeliharaan dan pemijahan induk serta pemeliharaan dan pemanenan benih ikan Nila nirwana. Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan seksama agar diperoleh hasil maksimal. Permasalahan yang sering terjadi dalam kegiatan pembenihan ikan Nila nirwana adalah kolam bocor, banyaknya mortalitas pada waktu pengambilan larva, persaingan oksigen, benih mengalami stress pada saat penebaran dan pemanenan serta serangan hama yang menyebabkan meningkatnya tingkat kematian. Penanggulangannya yaitu dengan penambalan kolam bocor dengan semen, harus ekstra hati-hati dalam pengambilan larva, pemberantasan hama predator atau pesaing. Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Wanayasa merupakan sarana bimbingan langsung serta memperbanyak dan mendistribusikan turunan induk ikan nila nirwana kepada petani/Usaha Pembenihan Rakyat (UPR). 5.2 Saran 1. Agar Taruna memperoleh pengetahuan dan keterampilan tentang teknik pembenihan ikan Nila nirwana maka pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan sebaiknya tidak terlalu singkat. 2. Pengadaan sarana pengangkutan benih perlu ditambah untuk mengakomodir hasil panen dari kolam. Hal itu diperlukan agar kegiatan penanganan benih pasca panen dapat dilakukan dengan waktu yang singkat, karena benih yang dipanen sangat rentan terhadap kematian akibat penanganan yang lambat. DAFTAR PUSTAKA Andrianto, T.T. 2005. Pedoman Praktis Budi Daya Ikan Nila. Yogyakarta: Absolute. Khairuman dan Khairul Amri. 2003. Budi Daya Ikan Nila Secara Intensif. Jakarta:Agromedia Pustaka. Santoso, B. 1996. Seri Budi Daya Nila. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Suryani. 2006. Budi daya Ikan Nila. Yogyakarta: Dinas Perikanan dan Kelautan. Susanto, H. 2006. Budi Daya Ikan di Pekarangan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar