Neocloris Aquatica

Blog ini bertujuan untuk memberikan informasi data kepada taruna ataupun masyarakat luas untuk pembangunan kelautan perikanan indonesia yang lebih maju

Senin, 23 Juni 2014

laporan ikan bandeng

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan bandeng (Chanos chanos) merupakan salah satu jenis ikan air payau yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Jenis Ikan ini sudah dikenal oleh masyarakat luas karena merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi yang cukup tinggi serta ditunjang dengan rasanya yang enak dan memiliki kandungan kolesterol yang rendah sehingga aman untuk kesehatan. Untuk memenuhi kebutuhan ikan bandeng yang terus meningkat dan berkesinambungan hanya dapat dilakukan melalui pengembangan budidaya. Dengan terus berkembangnya teknologi pembenihan ikan bandeng, memungkinkan teknologi pembesaran ikan bandeng dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, sehingga tidak menjadi kendala dalam teknologi pembesarannya. Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kelautan dan Perikanan yang berfungsi untuk mengembangkan teknologi budidaya ikan air payau yang memiliki sumber daya manusia dan fasilitas yang memadai. Oleh sebab itu penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan ditempat ini. B. Tujuan Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL) I adalah untuk : 1. Mengetahui dan mempraktekkan tahapan pembesaran ikan bandeng. 2. Mengetahui permasalahan yang terjadi dalam proses pembesaran ikan bandeng. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Ikan Bandeng Secara taksonomi Bandeng dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Murtidjo, 2002): Gambar 1. Ikan Bandeng  Class : Pisces  Sub Class : Teleostei  Ordo : Copterygii  Family : Chanidae  Genus : Chanos  Spesies : Chanos chanos B. Morfologi dan Tingkah Laku Ikan Bandeng Ikan bandeng di Indonesia dikenal juga dengan nama Bandang, Bolu, Muloh, dan Agam, tetapi dalam perdagangan internasional ikan bandeng dikenal dengan sebutan Milk fish (Murtidjo, 2002). Ikan bandeng memiliki ciri khas yaitu bentuk badan yang langsing berbentuk torpedo, sirip ekor bercabang (tanda ikan perenang cepat), berwarna keperak-perakan, mulut terletak di ujung kepala dengan rahang tanpa gigi, lubang hidung terletak di depan mata, mata diselimuti selaput bening. Panjang badan di laut dapat mencapai 1 meter tetapi dalam tambak panjangnya tidak lebih dari 50cm. Hal ini disebabkan karena pengaruh keterbatasan ruang gerak, dan karena sengaja dipanen sebelum menjadi dewasa (Suseno, 1988). C. Proses Pembesaran Ikan Bandeng Menurut Mudjiman (1988), dalam usaha pembesaran pada hakekatnya merupakan pengelolaan lanjutan dari kegiatan penggelondongan yang dilakukan dengan menggunakan metode budidaya dengan tujuan meningkatkan produksi tambak. Kegiatan budidayanya sama yaitu meliputi perbaikan dan persiapan tambak, penebaran ikan, perawatan selama pemeliharaan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pemberian pakan tambahan, dan mempertahankan kualitas air agar tetap layak. 1. Pemilihan Lokasi Lokasi tambak budidaya ikan bandeng yang dipilih mempunyai persyaratan antara lain (Mudjiman, 1988): a. Lahan mendapatkan air pasang surut air laut. Tinggi pasang surut yang ideal adalah 1,5 – 2,5 m. Pada lokasi yang pasang surutnya lebih rendah dibawah 1 meter maka pengelolaan air menggunakan pompa. b. Tersedia air tawar untuk mengatur kadar garam yang sesuai bagi pertumbuhan ikan bandeng. c. Tekstur tanah yang ideal adalah liat berpasir, karena tanah ini dapat menahan air dengan baik. d. Lokasi ideal terdapat sabuk hijau (green belt) yang ditumbuhi hutan mangrove dengan panjang minimal 100 m dari garis pantai. e. Keadaan sosial ekonomi mendukung operasional budidaya seperti keamanan yang kondusif. 2. Persiapan Tambak Persiapan lahan adalah proses penyiapan lahan tambak mulai pengeringan lahan sampai siap ditebar benih untuk pembesaran ikan bandeng. Persiapan tambak sangat menentukan keberhasilan budidaya. Tahapan Persiapan tambak adalah sebagai berikut (Murtidjo, 2002): a. Perbaikan Sarana dan Prasarana Memperbaiki secara menyeluruh mulai pintu air, pematang, caren, saringan, saluran pemasukan, saluran pengeluaran dan peralatan lainnya seperti pompa air, jala lingkar (untuk sampling pertumbuhan ikan). b. Pengeringan Lahan Lama pengeringan tergantung cuaca dan kondisi tanah. Tanah yang mempunyai ketebalan lumpur dalam membutuhkan waktu lebih dari 3 minggu sedangkan tanah liat berpasir membutuhkan waktu cukup 10 hari. Tujuan dari pengeringan ini adalah mempercepat penguapan gas-gas beracun, memberantas hama penyakit, mempercepat proses penguraian dan menaikan pH tanah. c. Pengangkatan Lumpur Endapan lumpur sisa pemeliharaan periode sebelumnya berwarna hitam dan terletak ditengah tambak atau didekat pintu pengeluaran. Lumpur ini banyak mengandung bahan organik dan gas-gas beracun seperti asam sulfida sehingga lumpur ini perlu diangkat. Endapan lumpur diangkat kepermukaan tanggul. d. Pengapuran Tanah Menurut Murtidjo (2002), pengapuran bertujuan untuk meningkatkan pH tanah serta membunuh bakteri pathogen yang ada dan organisme hama. Kapur yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah kapur pertanian (CaCO3). Dosis yang digunakan tergantung pada kondisi pH tanah. Semakin rendah pH tanah maka kebutuhan kapur untuk pengapuran semakin banyak. e. Pemupukan Murtidjo (2002) juga mengatakan bahwa dalam pemeliharaan ikan bandeng penyediaan makanannya dapat berupa makanan alami dan makanan buatan. Jenis makanan alami ditambak dapat berupa klekap, lumut, plankton, dan organisme dasar atau benthos. Namun demikian jarang sekali semua jenis tersebut dapat hidup dan tumbuh dalam tempat dan waktu yang bersamaan. Hal ini tergantung dari keadaan kualitas tanah dan air serta kedalaman air ditambak. Dalam penumbuhan pakan alami tersebut mempunyai tatacara yang berbeda tergantung dari jenis pakan alami yang diinginkan. Sehubungan dengan hal tersebut kebutuhan jenis pupuk yang digunakan untuk proses penumbuhannya pun berbeda. Untuk penumbuhan klekap yang merupakan kumpulan jasad renik yang disusun oleh algae biru, benthos, diatom, bakteria, dan organisme renik hewani, diperlukan pupuk organik seperti dedak halus, bungkil kelapa, kotoran sapi, kotoran kerbau, dan kotoran ayam. Jumlah pupuk yang digunakan tergantung dari kesuburan tanah tersebut, pada umumnya dosis pupuk organik berupa dedak halus diperlukan 500 - 1000 kg/ha, bungkil kelapa 500 - 1000 kg/ha, kotoran kerbau/sapi 1000 – 3000 kg/ha, kotoran ayam 500 kg/ha. Penggunaan pupuk anorganik dalam penumbuhan klekap terdiri dari pupuk Urea dan TSP yang digunakan dengan perbandingan 2 : 1. Dosis pupuk urea adalah 100 kg/ha dan TSP 50 kg/ha. Aplikasi pupuk anorganik dilakukan setelah didahului oleh pemasukan air tahap pertama setinggi 5 - 10 cm dan dikeringkan kembali. Pada pemasukan air berikutnya dilakukan dengan ketinggian 10 - 15 cm yang selanjutnya dilakukan penebaran pupuk anorganik sesuai dengan dosis tersebut. Penggunaan pupuk organik dilakukan dengan cara diletakan pada beberapa tempat dibagian tambak secara merata sebelum dilakukan pemasukan air tahap pertama (Murtidjo, 2002). Menurut Murtidjo (2002), Untuk penumbuhan pakan alami jenis lumut yang komposisi utamanya adalah alga hijau berfilamen diperlukan kedalaman air antara 40 - 60 cm. Kisaran kadar garam yang diperlukan untuk penumbuhan lumut adalah 25 promil atau lebih. Jenis lumut yang umum tumbuh ditambak adalah lumut sutera (Chaetomorpha sp), dan lumut perut ayam (Enteromorpha sp). Jenis algae hijau filamen lainnya juga merupakan jenis lumut adalah Vaucheria sp. f. Pengisian Air Sebelum Tebar Pada saat terjadi pasang naik cukup tinggi air dimasukan kedalam tambak setelah melalui saringan di pintu air masuk (inlet). Ketinggian air dipelataran tambak lebih kurang 10 cm. Kemudian pintu air masuk ditutup dan air dalam tambak dibiarkan selama tiga hari, dengan tujuan untuk memperbaiki struktur tanah agar berada pada kondisi baik untuk pertumbuhan pakan alami. Pada saat pemasukan air berikutnya dilakukan penggunaan Saponin untuk pemberantasan hama yang ada di dalam tambak dan untuk merangsang pertumbuhan phytoplankton. Setelah diberi saponin, tambak dibiarkan hingga 5 - 7 hari. Setelah diyakini bahwa berbagai hama di dalam tambak telah mati, maka pengisian air kembali dilakukan. Pada tahap ini ketinggian air dipelataran cukup 10 cm dan dibiarkan selama 3 hari untuk dilakukan pemupukan dasar. Kemudian setelah pemupukan dilakukan penambahan air pada tambak dilakukan secara bertahap sesuai dengan pertumbuhan pakan alami (klekap). Pada ketinggian air 40 cm dari pelataran tambak maka air tambak dipertahankan untuk persiapan penebaran benih ikan (Murtidjo, 2002). 3. Persiapan Benih Dalam persiapan benih ikan bandeng yang akan ditanam dalam proses pembesaran terdapat beberapa tahapan kegiatan yang harus dilakukan terlebih dahulu. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut (Suseno, 1988): a. Kegiatan Peneneran Kegiatan peneneran adalah pemeliharaan benih ikan bandeng dari ukuran nener hingga mencapai ukuran 5 - 7 cm. Ukuran benih ikan ini sudah dapat digunakan pada kegiatan penggelondongan. Luas tambak untuk kegiatan peneneran relatif lebih kecil dan biasa dikenal dengan sebutan baby box. Perbandingan luas petak peneneran, penggelondongan, dan pembesaran adalah 1:9:90. lama pemeliharaan dipetak peneneran berkisar 30 - 45 hari tergantung pada kondisi pakan alami dan ukuran ikan. b. Kegiatan Penggelondongan Kegiatan penggelondongan adalah lanjutan pemeliharan benih dari ukuran gelondongan kecil (pre-fingerling) hingga mencapai ukuran gelondongan. Kegiatan penggelondongan ini dilakukan kurang lebih selama 30 hari atau pada saat ukuran berat ikan antara 3 - 5 gr/ekor. Setelah kegiatan penggelondongan baru benih ikan bandeng dapat dipelihara di petak pembesaran. 4. Penebaran Benih Faktor-faktor penebaran benih yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut (Mudjiman, 1988): a. Padat Tebar Benih ikan bandeng yang ditebar dipetak pembesaran untuk menghasilkan ikan ukuran konsumsi disesuaikan dengan metode pembesaran ikan bandeng yang dilaksanakan. Untuk metode tradisional yang disempurnakan padat tebarnya adalah 2 - 3 ekor/ m2. Lama pemeliharaan pada pembesaran ikan bandeng dengan metode tradisional yang disempurnakan adalah 4 bulan. b. Waktu Penebaran Penebaran benih bandeng harus segera dilaksanakan setelah petakan tambak siap untuk pemeliharaan. Warna air tambak terlihat kehijauan oleh plankton. Keterlambatan penebaran akan memberikan peluang hama dan penyakit berkembang didalamnya. Waktu penebaran dilakukan sore hari atau menjelang matahari terbenam pukul 16.00 - 18.00 atau pagi hari sebelum matahari terbit sampai pukul 07.30 karena pada waktu ini kondisi fluktuasi suhu tidak mencolok, parameter air dan lingkungan tidak banyak berubah (Mudjiman, 1988). c. Aklimatisasi Aklimatisasi adalah proses penyesuaian biota yang dipelihara dengan lingkungan baru yang akan digunakan untuk budidaya ikan. Melalaui proses adaptasi ini secara fisiologi dan kebiasaan hidupnya secara perlahan-lahan disesuaikan dengan lingkungan barunya. Dalam kegiatan aklimatisasi sebelumnya telah disediakan petakan khusus yaitu petakan yang sangat sempit yang dibuat hanya untuk sementara dalam kegiatan aklimatisasi atau penyesuaian benih pada tambak. Ukuran petak ini disesuaikan dengan banyaknya benih yang akan ditebarkan. Petakan ini dibuat di dekat pintu air dan dibatasi oleh pematang yang sempit (kecil). Diatas pematang dibangun atap yang terbuat dari gedek bambu yang dilapisi dengan plastik atau dari daun kelapa (welit). Kegunaan atap ini adalah sebagai pelindung bagi benih dari sengatan sinar matahari yang kuat dan hujan, karena air hujan yang langsung mengalir kepetak aklimatisasi dapat menyebabkan kematian pada benih. Petak aklimatisasi ini diperlukan baik pada musim kemarau maupun pada musim hujan (Mudjiman, 1988). 5. Pemberian Pakan Menurut Mudjiman (1988), Pakan merupakan komponen penting karena mempengaruhi pertumbuhan ikan, lingkungan budidaya serta memiliki dampak fisiologis dan ekonomis. Kelebihan pemberian pakan akan menyebabkan bahan organik yang mengendap terlalu banyak sehingga akan menurunkan kualitas air demikian juga kekurangan pakan akan menyebabkan pertumbuhan ikan turun dan tubuhnya lemah sehingga daya tahan terhadap penyakit menurun. Pakan disebarkan secara merata ke dalam tambak. Jenis pakan yang diberikan adalah pakan buatan dan pakan alami. Pakan buatan berbentuk pellet dengan berbagai ukuran yang disesuaikan dengan ukuran (size) ikan. Kandungan nutrisi yang dibutuhkan dalam pakan ikan bandeng (Chanos chanos) antara lain protein, karbohidrat, lemak, asam lemak, vitamin serta mineral. Pakan hidup adalah organisme hidup dalam tambak yang berfungsi sebagai pakan ikan. Pada umumnya jenis pakan ini adalah plankton. Fungsi plankton disamping sebagai pakan alami bagi ikan adalah penghasil oksigen dalam air (Murtidjo, 2002). 6. Monitoring Pertumbuhan Monitoring pertumbuhan dimaksudkan untuk mengetahui pertumbuhan dalam petakan tambak secara individu, populasi dan biomas yang dilakukan secara periodik. Pengamatan pertumbuhan dilakukan dalam pengambilan contoh (sampel) dan pemeriksaan ikan dengan dilakukan penjalaan (Jala tebar). Untuk mengamati respon ikan terhadap pakan serta kesehatan ikan dapat diamati menggunakan anco, sedangkan pengamatan pertumbuhan dan kelangsungan hidup dilakukan pengamatan langsung berupa jumlah yang mati. Data yang terkumpul selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan jumlah pakan yang akan diberikan (Mudjiman, 1988). Monitoring pertumbuhan ini digunakan untuk menentukan jumlah pakan, infeksi hama penyakit serta waktu panen yang tepat. Pengambilan sampel atau sampling dilakukan tidak hanya pada satu titik tambak, atau hanya pada sisi tambak dimana ikan sering diberi pakan, tetapi harus dilakukan pada lima titik tambak, yaitu bagian tengah tambak dan empat titik yang lainnya yaitu empat sudut pada tambak. Hal ini bertujuan agar sampling atau pengambilan sampel yang dilakukan dapat benar-benar mewakili organisme yang dibudidayakan di tambak secara akurat (Suseno, 1988). 7. Perawatan Tambak Selama Pembesaran Untuk keberhasilan usaha pembesaran bandengmaka perlu dilakukan perawatan dengan baik selama pemeliharaan. Perawatan tersebut meliputi pengaturan air, perawatan pintu dan pematang, pemupukan susulan serta pemberian pakan tambahan. a. Pengaturan Air Menurut Taufik (2000), Selama pemeliharaan, kualitas dan kedalaman air harus diperhatikan, sehingga benih dapat hidup dengan layak. Pergantian air yang teratur mempunyai keuntungan dalam menjaga kualitas air agar tetap baik. Selain itu, unsur hara dan organisme makanan benih ikan bandeng dapat disuplai ke tambak. Bila air tambak tidak pernah atau jarang diganti, akan menyebabkan terakumulasinya bahan beracun di tambak dan itu sangat berbahaya bagi kehidupan benih. Pergantian air dilakukan secara teratur bersamaan dengan adanya air pasang. Caranya adalah dengan mengeluarkan setengah atau sepertiga bagian air tambak sebelum terjadi air pasang, kemudian diganti dengan air pasang yang baru sampai ketinggian air semula. Pada saat setelah terjadi hujan, maka air di tambak perlu segera diganti, karena air hujan akan mengencerkan salinitas. Hal ini dapat membahayakan kehidupan ikan yang sedang dipelihara. Kemudian juga untuk menjaga salinitasnya agar tetap stabil dan baik (payau) diperlukan juga sumber air tawar, sumber air tawar bisa diperoleh dari air sungai (Taufik, 2000). b. Perawatan Pintu dan Pematang Untuk menunjang keberhasilan pemeliharaan benih, pematang dan pintu tambak harus selalu diperiksa dan dirawat dengan baik. Maksud perawatan ini adalah untuk mencegah terjadinya kebocoran atau rembesan air dari dalam tambak serta mencegah hilangnya benih. Demikian pula saringan di pintu tambak harus dibersihkan dengan sikat, untuk memudahkan dalam pertukaran air. c. Pemupukan Susulan Sebelum kondisi makanan alami di tambak menipis (habis), segera dilakukan pemupukan susulan. Pemupukan ini dimaksudkan untuk mensuplai unsur hara kedalam tambak, sehingga dapat menunjang pertumbuhan makanan alami. Jumlah pupuk yang diberikan tergantung dari kesuburan makanan alami yang ada. Sebagai patokan dapat digunakan pupuk Urea dan TSP dengan dosis masing-masing 10 kg/ha. Dapat juga ditambah dedak halus sebanyak 100 kg/ha. Selain sebagai pupuk, dedak halus juga berfungsi sebagai makanan tambahan (Mudjiman, 1988). Mudjiman juga mengatakan bahwa pemupukan sebaiknya dilakukan pada saat ada air pasang. Hal ini di maksudkan bila hasil pemupukan berpengaruh kurang baik terhadap kualitas air, maka dengan segera dapat dilakukan pertukaran air. Pemupukan tidak boleh dilakukan pada saat akan turun hujan, karena air hujan dapat mengencerkan hasil pemupukan tersebut. Selain itu dalam melakukan pemupukan, pelataran tidak boleh diinjak-injak, karena akan merusak klekap yang tumbuh d. Makanan Tambahan Pemberian makanan tambahan dilakukan apabila keadaan makanan alami sudah tidak dapat lagi menunjang pertumbuhan bandeng yang dipelihara. Jenis makanan buatan yang digunakan adalah pelet. Jumlah makanan yang diberikan kira-kira 5% dari berat total tubuh per hari. Pemberian makanan dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari (Murtidjo, 2002). 8. Pengamatan Hama dan Penyakit Hama dan penyakit yang sering mengganggu kegiatan budidaya ikan bandeng adalah sebagai berikut (Mudjiman, 1988): a. Jenis-jenis hama berupa: 1. Ikan pemangsa seperti Kakap, Kerong-kerong, Payus, Bulan-bulan dan jenis ikan penyaing seperti Tilapia, dan Belanak. 2. Ketam/kepiting, Belut, Tonang, yang merupakan hama yang sering membuat lubang dan merusak pematang pada tambak. 3. Ular air dan Burung seperti, Pucuk ikan, Bangau, dan lainnya, sebagai pemangsa yang sering mengancam kehidupan ikan dalam kegiatan budidaya di tambak. Selain itu perlu diperhatikan pengontrolan tambak secara terus-menerus yaitu mengurangi atau membasmi organisme pengganggu atau pemakan bentik yang tumbuh di sekitar tambak. Larva chironomid, cacing polychaete, dan siput yang merupakan sumber penyakit. Penggunaan kapur dan urea pada saat persiapan tambak akan membasmi organisme tersebut. b. Metode Pengendalian Hama Ada 2 metode pengendalian hama yaitu : 1. Secara fisik dan 2. Secara kimiawi Secara fisik antara lain dengan cara : a) Pengeringan dasar tambak b) Pemasangan saringan pada pintu air c) Pemasangan perangkap d) Pemasangan tali-tali tidak berwarna (nylon) yang direntangkan di atas tambak untuk mencegah burung pemangsa. Secara kimiawi, dengan jalan memilih jenis pestisida dan dosis penggunaan berdasarkan macam hama. Dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1:Jenis pestisida dan dosis penggunaan berdasarkan jenis hama No Jenis Hama Pestisida Dosis efektif (bahan total) Per hektar 1 Berbagai jenis Ikan liar Bungkil biji teh (bahan aktifsaponin) 15 - 20 kg Rotenon (tepung) 3 - 5 kg Akar tuba 7 - 10 kg 2 Trisipan (sumpil) Brestan 60 G 0,5 kg Basudin 60 EC 0,5 lt Sumition 50 EC 0,1 lt Diazinon 60 EC 0,1 lt Brantasan (bubuk) 0,3 kg 3 Larva chironomid Sumition 50 EC 0,1 lt 4 Kepiting Sevin (bubuk) 2 kg Sumber: Mudjiman(1988) c. Cara Pemakaian Pestisida 1) Bungkil biji teh ditumbuk hingga halus (bubuk), kemudian direndam dalam air selama semalam. Disebar merata ke dalam tambak. 2) Bubuk rotenon dicampur dengan air secukupnya, kemudian disebar merata ke dalam tambak. 3) Akar tuba ditumbuk hingga halus (bubuk), direndam dalam air selama satu malam, kemudian diambil ekstraknya dan disebarkan merata kedalam tambak. 4) Brestan dicampur air secukupnya, kemudian disebar merata ke dalam tambak. Setelah aplikasi tambak harus direklamasi (genangi tambak dengan air laut atau payau selama 1 malam, lalu kuras) 5) Sevin, dengan membuat umpan dari ikan rucah yang dilumuri dengan bubuk sevin, kemudian ditaruh disekitar lubang kepiting (pada saat pemeliharaan) atau disebar merata pada saat persiapan tambak (tambak berair sekitar 10 cm) dan setelah aplikasi tambak perlu dicuci. d. Penyakit pada Bandeng Penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulan gangguan pada ikan, sehingga dapat menimbulan kerugian dalam bereproduksi. Timbulnya penyakit pada ikan disebabkan oleh ketidakserasian antara 3 faktor, yaitu kondisi lingkungan, kondisi ikan itu sendiri, dan organisme patogen (Murtidjo, 2002). Jenis penyakit yang pernah dilaporkan yang menyerang ikan bandeng adalah: 1) Sisik atau kulit kotor penyakit ini disebabkan oleh Caligus Sp dan Piscicolla Sp, gejalanya yaitu nafsu makan ikan berkurang, susunan sisik rusak, ikan terlihat malas. 2) Sirip ekor patah dan rusak penyakit ini disebabkan oleh Fiorrot disease. 9. Pemanenan Setelah ikan bandengmencapai ukuran konsumsi, maka dilakukan pemanenan. Panen dapat dilakukan secara bertahap (selektif) maupun secara total (Murtidjo, 2002). a. Panen Bertahap Panen bandeng secara bertahap dapat dilakukan dengan metode menyerang air atau yang dikenal dengan sebutan ngerocok. Hal ini sesuai dengan sifat bandeng yang selalu menentang arus (aliran air). Caranya adalah pada saat surut air tambak dikeluarkan sebagian. Kemudian pada saat terjadi pasang yang cukup tinggi, air baru dimasukan ke tambak melalui pintu air yang ditutup dengan saringan kasar, ikan bandeng akan segera menyongsong datangnya air baru tersebut. Dengan demikian, ikan akan terkumpul dalam petak penangkapan (catching pond). Selanjutnya ikan tersebut ditangkap dengan menggunakan jaring. b. Panen Total Pada umumnya panen bandeng secara total dilakukan dengan cara pengeringan tambak. Caranya adalah air dalam tambak dikeluarkan secara perlahan-lahan sampai air yang ada didalam tambak hanya mengisi bagian pada caren saja. Ikan bandeng akan berkumpul di caren tersebut. Pemanenan dapat dilakukan dengan alat berupa jaring yang ditarik (diseret) sepanjang caren. Dapat juga menggunakan kerai bambu yang didorong sepanjang caren oleh beberapa orang. Dengan kerai ini, ikan dikumpulkan disuatu tempat tertentu yang luasnya terbatas (sempit). Selanjutnya dilakukan penangkapan dengan alat tanggok (scoop net). III. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan selama 20 hari dimulai dari tanggal 23 Oktober sampai dengan 13 November 2013. Praktek dilaksanakan di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Desa Pusaka Jaya Utara, Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. B. Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan selama Praktek Kerja Lapangan I adalah magang yaitu mengikuti seluruh kegiatan yang dilakukan sesuai dengan jadual yang ada di Unit Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang sesuai dengan judul yang diambil. C. Materi Kegiatan Dalam kegiatan praktek kerja lapangan ini, penyusun mengambil materi Pembesaran Ikan Bandeng (Chanos chanos). Berikut ini adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan selama Praktek Kerja Lapangan yang meliputi : 1. Persiapan Tambak Dalam persiapan tambak proses pengeringan adalah hal yang pertama kali dilakukan adalah penyurutan air yang masih tersisa dalam tambak, tujuan pengeringan tambak adalah untuk mempercepat penguapan gas - gas, racun -racun, memberantas hama dan penyakit, juga mempercepat proses penguraian dan juga menaikan pH tanah, pengukuran pH dengan menggunakan pH meter dilakukan pada pagi, siang dan sore hari dengan melakukan empat kali pengukuran. Penyiapan lahan tambak mulai perbaikan sarana dan prasarana, pengeringan lahan, pengangkatan lumpur sampai siap ditebar benih. Persiapan tambak sangat menentukan keberhasilan budidaya. 2. Persiapan Penebaran Benih. Sebelum melakukan penebaran benih, terlebih dahulu dilakukan kegiatan persiapan benih, benih yang ditebar berasal dari tambak gelondongan yang berasal dari tambak gelondongan BLUPPB sendiri dengan ukuran gelondongan (panjang ± 5cm dan berat ± 1,5gr) dan dibeli dengan harga Rp 80/ ekor, benih ditebar sebanyak 20.000 ekor dengan padat tebar 4 ekor/m2 penebaran dilakukan pada pagi hari atau pukul 05.30. 3. Pemberian Pakan Pakan utama bandeng di dalam tambak adalah klekap, yaitu kumpulan berbagai jenis jazad dasar dengan komponen utama terdiri dari algae biru (Cyanophyceae) dan diatomae (Bacillariophceae) selain itu ikan bandeng juga membutuhkan pakan tambahan agar tumbuh dengan baik, pakan tambahan yang diberikan adalah pellet dengan dosis 5% dari berat badan perhari. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari. Pakan yang diberikan berupa pakan buatan dengan jenis pellet apung Comfed MIT B dan lama apung lebih dari 2 jam, yang diproduksi oleh PT. Matahari Sakti dengan kandungan nutrisi sebagai berikut:  Protein : 24%  Lemak : Min 5%  Abu : Max 13%  Serat kasar : Max 13%  Kadar air : Max 10% 4. Monitoring Pertumbuhan Monitoring pertumbuhan dimaksudkan untuk mengetahui pertumbuhan dalam petakan tambak secara individu, populasi dan biomas yang dilakukan secara periodik. Kemudian pengamatan pertumbuhan dilakukan dengan pengambilan contoh (sampling). Ikan diambil dari dalam tambak dengan menggunakan jala pada satu titik saja yaitu pada inlet tambak. Sedangkan pengamatan pertumbuhan dan kelangsungan hidup dilakukan dengan pengamatan langsung dengan menghitung berapa jumlah ikan yang mati. Data yang terkumpul selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan jumlah pakan yang akan diberikan. Monitoring pertumbuhan ini digunakan untuk menentukan jumlah pakan, infeksi hama penyakit serta waktu panen yang tepat. 5. Pengamatan Hama Penyakit Pengamatan hama penyakit dilakukan untuk mencegah menyebarnya penyakit secara meluas. Kegiatan yang dilakukan dalam pengamatan hama penyakit antara lain: a. Mengamati kondisi fisik ikan yang sehat dan yang terserang penyakit. b. Membasmi secara manual apabila ada hama yang muncul. Hama burung dan kepiting, sebagai pemangsa. Sedangkan hama penyaing (kompetitor) adalah siput. Cara untuk mengatasi hama burung adalah dengan memasang benang di atas tambak, dengan tujuan untuk menghalangi burung masuk kedalam tambak. Sedangkan untuk mengatasi hama kepiting dilakukan pada saat persiapan tambak, yaitu dengan menutup lubang-lubang di pematang tambak. Dan untuk mengatasi hama siput digunakan kapur dolomit. 6. Pengecekan Tambak Kegiatan pengecekan tambak dilakukan setiap hari. Kegiatan yang dilakukan dalam pengecekan tambak yaitu memeriksa kebocoran tambak, memperbaiki pematang tambak, dan memeriksa saluran masuk dan keluar. Dan pergantian air dilakukan 1 kali dalam 2 hari yaitu pada pagi jam 07.00 dan malam hari jam 22.00 sebanyak 10 - 50%. Tujuannya adalah agar kotoran, sisa pakan buatan yang ada pada dasar tambak dan telur-telur hama seperti siput terbuang bersamaan dengan keluarnya air dari tambak. 7. Pemanenan Pemanenan hasil dilakukan setalah ikan bandeng sudah mencapai ukuran konsumsi. Cara panen yang dilakukan pada budidaya pembesaran ikan bandeng (Chanos chanos) dapat dilakukan secara bertahap. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pemilihan Lokasi Lokasi tambak budidaya di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, yang dipilih untuk budidaya ikan bandeng telah memenuhi persyaratan yang memadai, air laut dialirkan ketambak dengan bantuan pompa air. Kemudian pada areal tambak tersedia tambak penampungan air tawar untuk mengatur kadar garam, akan tetapi pengaturan kadar garam untuk pemeliharaan ikan bandeng dirasakan tidak perlu, sebagaimana kita ketahui bahwa ikan bandeng tergolong ikan yang mampu beradaptasi dengan berbagai salinitas (euryhalin). Tekstur tanah tambaknya adalah liat berpasir yang baik untuk menahan air. Untuk hal lain seperti keadaan sosial ekonomi cukup mendukung operasional budidaya, seperti misalnya keamanan yang kondusif. Hal ini dapat terjadi karena regu piket tambak yang selalu menjaga dan mengontrol keadaan tambak pada siang dan malam hari. B. Proses Pembesaran Ikan bandeng Pada praktek kerja lapangan ini penyusun mengikuti kegiatan budidaya bandeng dengan metode intensif. Kegiatan budidaya dalam pembesaran ikan bandeng meliputi perbaikan dan persiapan tambak, penebaran benih, perawatan selama pemeliharaan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pemberian pakan tambahan, dan mempertahankan kualitas air agar tetap layak. 1. Persiapan Tambak a. Pengeringan lahan Dasar tanah kering ditandai ada retakan-retakan pada tanah dan bila disiram air akan ada aroma ampo menunjukkan gas - gas telah menguap. Gambar 2. Pengeringan Lahan b. Pengangkatan lumpur Tambak terisi tanah liat dan lumpur telah berada dipelantaran dan caren siap menahan air. c. Pengapuran Tanah Pengapuran tanah dilakukan dengan menggunakan kapur Dolomit sebanyak 250 kg/ha. Apabila pH kurang dari 6,5 maka dilakukan pembalikan tanah, kalau pH lebih besar dari 6,5 pembalikan tanah tidak perlu dilakukan, pH diambil dengan menggunakan pH meter dengan 4 kali pengujian. d. Pemupukan Dengan luas tambak 0,5ha. Dosis yang digunakan untuk pupuk kandang adalah sebanyak 200 gr/m2, urea adalah sebanyak15 gr/m2, dan TSP 7,5 gr/m2. Gambar 3. Klekap e. Perbaikan Sarana Prasarana Lubang kepiting telah tertutup dan apabila masih muncul lubang yang baru maka segera ditutup menggunakan tanah, caren dan pematanag telah siap untuk menahan air. f. Pengisian Air Sebelum Tebar Pengisian air tambak dilakukan secara bertahap, dengan menggunakan pompa air. Tambak diisi air sampai mencapai ketinggian 20 - 30 cm dari pelataran tambak.Kemudian air dibiarkan selama 1 minggu, untuk memberikan kesempatan pakan alami berupa klekap untuk tumbuh.Pengisian air kembali dilakukan pada ketinggian air 50 - 60 cm dari pelataran tambak maka air tambak dipertahankan untuk persiapan penebaran benih ikan, tambak siap tebar apabila tumbuh plankton yang ditandai warna air mulai kehijauan. 2. Penebaran Benih Benih ditebar sebanyak 20.000 ekor dengan padat tebar 4 ekor/m2 denagan luas tambak 0,5ha, penebaran dilakukan pada pagi hari yaitu pada jam 05.30. Penebaran dilakukan dengan cara memasukkan kantong plastik yang berisi benih kedalam tambak, setelah itu air dimasukkan sedikit demi sedikit kedalam kantong dengan tujuan agar benih dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, setelah itu ikan di biarkan untuk keluar dari kantong plastik dengan sendirinya (aklimatisasi), ada ± 50 ekor benih mati dalam proses penebaran, benih yang mati karena terlalu lama didalam kantong, juga akibat guncangan pada saat proses transportasi sehingga benih yang berhasil ditebar yaitu ± 19.950 ekor. Gambar 4.Aklimatisasi 3. Pemberian Pakan Pemberian pellet dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari yaitu pada jam 09.30 dan 13.30 WIB.Pellet diberikan sebanyak 60 kg/tambak dengan luas 0,5 ha, pakan diberikan pada satu titik yang berada pada inlet tambak, dan terkadang diberikan di tengah-tengah tambak. Banyaknya pakan yang diberikan dihitung berdasarkan berat tubuh keseluruhan ikan yaitu 5% dari berat keseluruhan bobot ikan. Gambar 5.Pemberian pakan 4. Monitoring Pertumbuhan Berikut ini adalah hasil pengambilan sampling pertumbuhan (Tabel 2) dan kualitas air (Tabel 3). Tabel 2 : Sampling pertumbuhan Sampling ke Rata-rata berat (gr) Rata-rata panjang (cm) Pertumbuhan Berat (gr) Panjang (cm) 1 21,66 13,76 ---- ---- 2 58,18 18,5 36,52 4,74 3 72,75 20 14,57 1,5 4 94,26 21,33 21,51 1,33 Pada data sampling pertumbuhan dapat diketahui bahwa dalam 4 kali sampling pertumbuhan dapat disimpulkan tingkat pertumbuhan ikan bandeng sangat baik yaitu pada sampling 1,2,3 dan 4 selalu mengalami peningkatan. Tabel 3 : Sampling kualitas air Sampling ke Suhu (oc) DO (mg/l) Salinitas (ppt) pH Waktu 1 28,9 5,11 40 8,3 Pagi 2 27,2 5,5 40 8,3 Pagi 3 27,4 5,6 40 8,3 Pagi 4 27,9 5,1 40 8 Pagi 5. Perawatan Selama Pemeliharaan Pergantian air dilakukan 1 kali dalam 2 hari yaitu pada pagi jam 07.00 dan malam hari jam 22.00 sebanyak 10 - 50%. 6. Pengamatan Hama dan Penyakit Selama pemeliharaan ikan Bandeng berlangsung, hama yang ditemukan adalah hama burung dan ikan kerapu, pembasmian burung dilakukan dengan cara memasang tali diatas tambak sebagai penghalang burung untuk memangsa ikan bandeng dan pembasmian ikan kerapu dengan cara memasang bubu kerucut yang dipasang di tiap-tiap sudut tambak. Gambar 6. Hama Burung dan Siput pada tambak Selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan tidak ditemukan penyakit yang menyerang ikan Bandeng yang dibudidayakan. 7. Panen Setelah berusia 6 bulan ikan bandeng mencapai ukuran ± 3 ekor/kg, panen yang dilakukan adalah panen bertahap,panen bertahap ini dilakukan karena pada hari itu tidak memungkinkan untuk dilanjutkan dikarenakan hari sudah malam, panen dilakukan dengan cara menyurutkan dikit demi sedikit air yang ada dalam kolam namun tidak sampai kering kemudian membentangkan jaring secara horizontal, kemudian ditarik dari arah pintu keluar menuju pintu masuk. Pada proses pembesaran ikan bandeng ini, ikan ditebar sebanyak 20.000 ekor dan mengalami kematian pada saat penebaran benih sehingga benih yang berhasil ditebar sebanyak 19.950 ekor dan dipanen sebanyak ± 16.000 ekor dengan berat rata-rata 334 gr/ekor dan dijual ke pedagang pengumpul dengan harga 16.000/kg. Dari hasil diatas maka dapat ditentukan bahwa survival rate pada proses pembesaran kali ini adalah 80% dengan pertumbuhan yang tidak optimal. Hal ini disebabkan karena metode budidaya yang dipakai adalah metode pembesaran secara intensif yang mana dalam pembesaran ini masih mengunakan sistem yang baru dan masih uji coba sehingga hasil dari tambak ini masih kurang maksimal. Pengamatan pertumbuhan Ikan Bandeng selama pemeliharaan atau SR (Survival Rate). Dilihat dari tingkat kelangsungan hidup (SR) dengan perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut : Nt SR = x 100 % No 16.000 SR = x 100 % 19.950 SR = 80% Keterangan : • SR = Kelangsungan Hidup (%) • Nt = Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor) • No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor) Berdasarkan pengamatan dilapangan tingkat kelangsungan hidup (SR) cukup baik yaitu 80 %, hal ini disebabkan kualitas air cukup baik. Gambar 7. Panen V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, desa Pusaka Jaya Utara, Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Telah banyak ilmu perikanan yang telah didapatkan selama kegiatan praktek kerja lapangan, terutama dalam kegiatan pembesaran ikan Bandeng. Tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng adalah 80%. Faktor utama dari keberhasilan budidaya bandeng adalah pemberian pakan yang optimal dan pengaturan kualitas air. 2. Tidak ditemukan permasalahan dalam kegiatan pembesaran bandeng pada saat kegiatan praktek, karena sebagaimana diketahui bahwa ikan bandeng tergolong ikan yang mampu beradaptasi dengan berbagai salinitas (euryhalin). Dan ikan bandeng tidak mudah terserang penyakit. Sedangkan hama yang menyerang ikan bandeng adalah burung, kepiting dan siput. Hama burung diatasi dengan memasang benang di atas tambak, hama kepiting diatasi pada saat persiapan tambak dan hama siput diatasi dengan penggunaan dolomit. B. Saran Saran yang penulis sampaikan kepada pihak BLUPPB Karawang adalah : 1. Secara ekonomis usaha budidaya bandeng untuk konsumsi menguntungkan, untuk itu disarankan agar dalam penyebarluasan informasi perlu diadakan penyuluhan tentang teknologi yang berkembang agar apa yang diusahakan dapat lebih ditingkatkan, maju, dan tepat guna. 2. Untuk dapat menambah pengetahuan dan keterampilan pembudidaya ikan bandeng, perlu kiranya diadakan pelatihan mengenai cara budidaya bandeng yang baik dengan menerapkan teknologi intensif yang sedang berkembang saat ini. DAFTAR PUSTAKA Mudjiman, A. 1988. Budidaya Bandeng di Tambak. Penebar Swadaya, Jakarta. Murtidjo, 2002. Budidaya Bandeng Secara intensif. Kanisius,Yoyakarta. Suseno, S. 1988. Budidaya Ikan dan Udang di Tambak. Penebar Swadaya, Jakarta. Taufik, A. 2000. Budidaya Bandeng Secara Intensif. Penebar Swadaya, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar