Neocloris Aquatica

Blog ini bertujuan untuk memberikan informasi data kepada taruna ataupun masyarakat luas untuk pembangunan kelautan perikanan indonesia yang lebih maju

Sabtu, 28 Juni 2014

Teknik Pembenihan dan Budidaya Ikan Tambakan

Teknik Pembenihan dan Budidaya Ikan Tambakan Posted: 23rd June 2012 by achmadfathony in Uncategorized 0 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan Tambakan (Helostoma temmincki) di beberapa daerah dikenal sebagai ikan Terbakan (Jawa Barat), Tambakan (Jawa Tengah), Tambakalang (Jambi), ikan Sapil (Sumsel), dan Biawan (Kalimantan) merupakan ikan sungai atau rawa yang cocok dipelihara di kolam yang sirkulasi airnya kurang lancar atau miskin Oksigen. Di Indonesia ikan Tambakan termasuk ikan ekonomis penting yang harganya cukup tinggi terutama di pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Untuk Provinsi Jambi saja misalnya harga ikan tambakan dapat mencapai Rp 18.000/Kg, ini masih tergolong rendah, karena ikan ini masih banyak terdapat di perairan Jambi. Jika ikan ini di budidaya dan dijual ke daerah yang sedikit terdapat diperairannya, harga ikan ini bisa melonjak hingga Rp. 30.000-40.000/kg untuk ukuran 100 gram atau 10 ekor/kg dengan permintaan pasar mencapai 7000 kg/Tahun untuk tahun 2009 untuk dalam negeri. Berarti Ikan Tambakan menghendaki tempat yang hangat, yang biasanya berada pada ketinggian antara 150-750 m dari permukaan air laut. Suhu air optimum yang memberikan hasil yang baik bagi pemeliharaan ikan ini antara 27-300C. Keberhasilan usaha budidaya ikan sangat ditentukan oleh ketersedian benih yang cukup jumlahnya dan bermutu baik. Ketersediaan benih yang cukup digunakan untuk kegiatan budidaya dan juga digunakan untuk cadangan diperairan umum, sehingga keberadaan ikan tersebut tetap lestari. Oleh karena itu, perlu diupayakan usaha pembenihannya. Komoditas ikan tambakan (Helostoma temmincki) tidak semua UPT mengerjakannya. Balai Budidaya Air Tawar Sungai Gelam Jambi merupakan salah satu lembaga dibawah Departemen Perikanan dan Kelautan yang berperan dalam pengembangan teknologi pembenihan air tawar termasuk ikan tambakan, sehinggga pada kesempatan ini penulis memilih tempat di Balai Budidaya Air Tawar Sungai Gelam Jambi, sebagai tempat melaksanakan praktek kerja lapangan Komoditas Air Tawar. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari praktek kerja lapangan ini adalah: 1. Untuk mengetahui teknik Pembenihan dan Budidaya ikan Tambakan serta system usahanya di BBAT Jambi. 2. Mengikuti dan terjun langsung dalam kegiatan pembenihan ikan tambakan. Agar mampu mengaplikasikan ilmu yang didapatkan selama kuliah dalam kegiatan pembenihan ikan Tambakan. 3. Sebagai tugas akhir untuk mengikuti mata kuliah Praktek Kerja Lapangan Pembenihan di Program Studi Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG 5.1 Karakteristik Ikan Tambakan 5.1.1Klasifikasi dan Morfologi Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes Upaordo : Anabantoidei Famili : Helostomatidae Genus : Helostoma Spesies : Helostoma temminckii Nama Lokal : Ikan Tambakan Ikan tambakan (Helostoma temminckii) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang berasal dariwilayah tropis, tepatnyaAsia Tenggara. Ikan ini pada awalnya berasal dari Thailand hingga Indonesia sebelum akhirnya diintroduksi ke seluruh dunia. Ikan ini juga dikenal dengan nama gurami pencium karena kebiasaannya “mencium” saat mengambil makanan dari permukaan benda padat maupun saat berduel antara sesama pejantan. Di Indonesia sendiri, ikan ini memiliki banyak nama seperti bawan, biawan, hingga ikan samarinda. Ikan tambakan memiliki tubuh berbentuk pipih vertikal. Sirip punggung dan sirip analnya memiliki bentuk dan ukuran yang hampir serupa. Sirip ekornya sendiri berbentuk nyaris bundar atau mengarah cembung ke luar, sementara sirip dadanya yang berjumlah sepasang juga berbentuk nyaris bundar. Di kedua sisi tubuhnya terdapat gurat sisi, pola berupa garis tipis yang berawal dari pangkal celah insangnya sampai pangkal sirip ekornya. Kurang lebih ada sekitar 43-48 sisik yang menyusun gurat sisi tersebut. Ikan tambakan diketahui bisa tumbuh hingga ukuran 30 sentimeter. Salah satu ciri khas dari ikan tambakan adalah mulutnya yang memanjang. Karakteristik mulutnya yang menjulur ke depan membantunya mengambil makanan semisal lumut dari tempatnya melekat. Bibirnya diselimuti oleh semacam gigi bertanduk, namun gigi-gigi tersebut tidak ditemukan di bagian mulut lain seperti faring, premaksila, dentary, dan langit-langit mulut. Ikan tambakan juga memiliki tapis insang (gill raker) yang membantunya menyaring partikel-partikel makanan yang masuk bersama dengan air. Ada dua jenis ikan tambakan berdasarkan warnanya, namun mereka masih termasuk dalam spesies yang sama: ikan tambakan berwarna hijau dan ikan tambakan berwarna pucat atau merah muda. Belakangan, ada juga jenis ikan tambakan yang ukurannya lebih kecil dari ikan tambakan kebanyakan dan bentuknya bundar nyaris menyerupai balon. Variasi genetis ikan tersebut biasa dikenal dengan nama “gurami pencium kerdil” atau “balon merah muda”. 5.1.2 Habitat dan Penyebaran Ikan tambakan merupakan ikan air tawar yang bersifat bentopelagik (hidup di antara permukaan dan wilayah dalam perairan). Wilayah asli tempatnya tinggal umumnya adalah wilayah perairan tropis yang dangkal, berarus tenang, dan banyak terdapat tanaman air. Pada awalnya ikan tambakan hanya ditemukan di perairan air tawar Asia Tenggara, namun belakangan mereka menyebar ke seluruh wilayah beriklim hangat sebagai binatang introduksi. 5.1.3 Pakan dan Kebiasaan Makan Ikan tambakan adalah ikan omnivora yang mau memakan hampir segala jenis makanan. Makanannya bervariasi, mulai dari lumut, tanaman air, zooplankton, hingga serangga air. Bibirnya yang dilengkapi gigi-gigi kecil membantunya mengambil makanan dari permukaan benda padat semisal batu. Ikan tambakan juga memiliki tapis insang (gill raker) yang membantunya menyaring partikel plankton dari air. Saat sedang mencabut makanan yang menempel di permukaan benda padat memakai mulutnya itulah, ikan ini bagi manusia terlihat seolah-olah sedang “mencium” benda tersebut. 5.1.4 Reproduksi dan Perkembangbiakan Ikan tambakan termasuk ikan yang mudah berkembang biak. Di alam liar, dalam waktu kurang dari 15 bulan, populasi minimum mereka sudah bisa bertambah hingga dua kali lipat populasi awalnya. Reproduksi ikan tambakan sendiri terjadi ketika periode musim kawinnya sudah tiba. Di Thailand misalnya, musim kawin ikan tambakan terjadi antara bulan Mei hingga OktoberPerkawinan antara kedua ikan tambakan yang berbeda jenis kelamin terjadi di bawah tanaman air yang mengapung. Ikan tambakan betina selanjutnya akan melepaskan telur-telurnya yang kemudian akan mengapung di antara tanaman air. Tidak seperti anggota subordo Anabantoidei lainnya, ikan tambakan tidak membuat sarang maupun menjaga anak-anaknya sehingga anak ikan tambakan yang baru menetas sudah harus mandiri. Sehari setelah pertama kali dilepaskan ke air, telur-telur tersebut akan menetas dan setelah sekitar dua hari, anak-anak ikan tambakan sudah bisa berenang bebas. 5.2 Pemeliharaan Induk Persiapan wadah pada pemeliharaan induk dimulai dengan menyurutkan air sampai habis dengan cara membuka pintu saluran outlet dan menutup pintu saluran inlet dengan menggunakan karung, kayu dan besi lempengan. Adapun pengertian Inlet adalah saluran pemasukan air dan Outletadalah saluran pengeluaran air. Setelah air surut dilakukan pembersihan kolam dari kotoran dan hama. Hama pada ikan biasanya berupa keong dan ikan-ikan kecil, termasuk ikan gabus. Pembersihan kolam dengan menggunakan sekop atau cangkul. Pada pemeliharaan induk ini dilakukan pengapuran tapi pemupukan tidak dilakukan karena pada kolam induk masih ada unsur-unsur hara yang dibutuhkan buat menumbuhkan pakan alami. Pengapuran bertujuan untuk membunuh hama-hama pengganggu pada induk tambakan. Tanah dasar kolam induk diolah dengan cara membalikkan tanah menggunakan sekop yang ditarik secara merata. Pengisian air dilakukan setelah selama satu hari dikeringkan. Ketinggian air untuk kolam pemeliharaan induk yang berkedalaman 100 cm diisi air setinggi 80 cm. 5.3 Penebaran Induk Calon induk diambil dari alam yang lokasi induknya berada didaerah sekitar. Propinsi Jambi. Kemudian induknya dipelihara di kolam pemeliharaan induk yang telah disiapkan. Calon induk dipelihara pada kolam air tenang yang kadar oksigennya rendah, ikan tambakan masih dapat hidup karena ikan tambakan mempunyai alat pernapasan tambahan yang berupalabirynth. Induk Jantan dan Induk Betina dipelihara dalam satu kolam. Induk yang dipelihara pada kolam pemeliharaan induk hanya menggunakan satu kolam, dengan luas 250 m2. 5.4 Pemberian Pakan Pakan yang diberikan adalah pakan buatan yang berupa pellet. Jenis pellet yang diberikan adalah pellet jenis tenggelam dengan merk ‘CPP 888-3 SM’. Pellet tersebut dibuat di pabrik pakan yang berada di daerah Karawang. Kandungan nutrisi pellet ‘CPP 888-3 SM’ Dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Kandungan Nutrisi Pakan Ikan No Kandungan Nutrisi Kadar (%) 1. Protein 30-32 2. Lemak 3-5 3. Serat 4-6 4. Abu 5-8 5. Kadar Air 11-13 Kandungan Protein pada pakan ikan 30-32% diberikan sebanyak 3% dari bobot tubuh ikan perhari. Dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari atau 3 kg perhari dan pemberian pakan dilakukan pada pagi hari jam 07:00 WIB dan sore hari diberikan jam 16:00 WIB. Pemberian pakan yang cukup dapat merangsang pematangan gonad pada induk. Pakan diberikan dengan cara ditebar di satu tempat saja atau tidak boleh memencar. Untuk membuat induk ikan datang dan mengumpul di satu tempat maka induk di panggil dengan cara, dinding kolam dipukul-pukul menggunakan kayu atau tangan. 5.5 Pengelolaan Kualitas Air Kondisi lingkungan terutama kondisi perairan sangat mempengaruhi keberhasilan Budidaya. Pengelolaan air pada pemeliharaan induk dilakukan dengan pergantian air secara overflow atau secara terus-menerus yaitu air yang keluar sebanding dengan air yang masuk. Pergantian air dilakukan dengan membuka pipa saluran inlet dan mengisi air sampai penuh atau sampai batas pipa outlet. Pipa outlet tersebut ditutup dengan saringan atau kain. Tujuannya agar ikan yang ada di kolam tidak akan keluar walaupun airnya penuh sampai batas pipa outlet. Pipa saluran inlet tidak perlu dipasang saringan karena air yang masuk kedalam kolam sudah bersih dari sampah dan kotoran. Kualitas air pada kolam pemeliharaan induk dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Kualitas Air Kolam Pemeliharaan Induk Tambakan. No Parameter Nilai 1. Suhu (0c) 25-30 0C 2. pH 7,55 3. DO (mg/l) 5,0 4. Kecerahan (cm) 20 5. Warna Perairan Coklat Kemerahan (Keruh) Jadi ikan Tambakan dapat hidup walaupun warna perairannnya coklat kemerahan (keruh). Alat untuk mengukur Kualitas Air adalah sebagai berikut: 1. pH meter dan Termometer, 2. DO meter, 3. Seichi disk. Cara kerja pH meter dengan cara PH meter dicelupkan kedalam air, kemudian dicatat berapa PH yang ada didalam kolam. Termometer dengan cara dicelupkan kedalam air, yang cara penggunaannya hampir sama dengan pH meter. Kemudian dicatat berapa suhu yang ada di kolam tersebut. DO meter dengan cara DO meter dimsukkan kedalam perairan tersebut dan biarkan sampai angka yang ditunjukkkan baru berhenti, kemudian angka yang telah berhenti tersebut dicatat. Sedangkan untuk Seichi disk cara kerjanya adalah dengan cara seichi disk dimasukkan kedalam kolam tersebut dan diamati sampai kedalaman berapa seichi disk tidak akan terlihat lagi, kemudian dicatat berapa kecerahannya. Untuk pengukuran kualitas air ini dilakukan tiap sepuluh hari sekali yaitu hanya pada pagi hari hanya untuk kolam induk. 5.6 Seleksi Kematangan Gonad Induk yang akan dipijahkan harus diseleksi terlebih dahulu karena proses seleksi induk akan menentukan keberhasilan dalam proses pemijahan. Induk yang dipilih adalah induk yang sehat, anggota tubuhnya tidak cacat dan gerakannya aktif. Sedangkan untuk seleksi kematangan gonad dilakukan dengan pengecekan induk. Kemudian induk tambakan ditimbang bobotnya dan diukur panjang total ikan. Seleksi induk yang akan dipijahkan dilakukan pada pagi hari untuk menghindari ikan mengalami stress karena pengaruh suhu. Seleksi dilakukan dengan menangkap induk dari kolam pemeliharaan induk dan ditempatkan didalam ember besar untuk dipindahkan kedalam bak fiber glass untuk dipijahkan. Ukuran induk tambakan yang sudah siap memijah berumur 12-18 bulan dengan panjang 20-24 Cm dan berat 150-300 Gram/ekor. Jumlah telur yang dihasilkan 73.073 butir tiap satu induk. Induk yang telah matang kelamin dapat dilihat ciri-cirinya sebagai berikut: Betina Badannya relatif tebal agak membulat, jinak. Sisiknya terutama mulai dari dagu keperut lebih putih bersih dari pada jantan. Perut mengembang dengan pangkal sirip dada berwarna kemerah-merahan. Jantan badannya relatif lebih tipis, memanjang dan kelihatan liar. Warnanya mulai dari dagu keperut lebih gelap dari pada ikan betina. Jika perutnya dicoba ditekan maka akan keluar cairan putih yang tidak lain adalah sperma. Pada punggung dan pipi sampai dagu terdapat banyak sisik yang berwarna kehitam-hitaman. Secara rata-rata panjang ikan jantan 19,67 cm dengan bobot 106,53 gram. Sedangkan untuk panjang rata-rata ikan betina 22,75 cm dan bobot total ikan betina 188,27 gram. 5.7Pemijahan Induk 5.7.1 Persiapan Wadah Pemijahan Pemijahan ikan tambakan dilakukan pada bak fiber glass terkontrol dengan volume bak 1000 liter. Bak yang disiapkan sebanyak empat buah bak, kemudian bak dibersihkan Setelah itu bak yang digunakan dibilas dengan air bersih. Kemudian bak yang telah dibersihkan dikeringkan selama satu hari agar kuman-kuman dan bibit penyakit mati. Sedangkan persiapan bak fiber glass ini dilakukan di hatchery satu yang tertutup. Setelah bak fiber glass dikeringkan selama satu hari, kemudian air diisi kedalam bak fiber glass tersebut sebanyak 600 liter. Kemudian aerasi dipasang kemasing-masing bak fiber glass sebanyak dua buah selang aerasi dan aerasi harus di cek setiap hari. 5.7.2 Pemijahan Sebelum ikan dipijahkan dilakukan penangkapan induk dengan menggunakan Jaring. Ukuran mata jaring yang digunakan untuk menangkap induk jantan dan betina dengan diameter jaring 1 cm. Kemudian ikan digiring dengan cara mempersempit ruang gerak ikan didalam air. Pemijahan dilakukan didalam bak fiber glass dengan volume 600 liter air, dengan perbandingan jantan dan betina 1:1. Bak fiber glass tidak perlu ditutup dengan jaring, karena bak yang digunakan cukup besar dan volume airnya tidak terlalu banyak. Sebelum induk dipijahkan terlebih dahulu diberok dengan tujuan untuk mengosongkan perut ikan dari kotorannya (feces). Jumlah ikan Jantan dan Betina yang ditangkap sebanyak 25 Jantan dan 25 Betina dan dilakukan pemijahan massal dan secara alami. Induk Jantan dan Betina dimasukkan kedalam bak fiber glass. Pemijahan ini tidak menggunakan substrat pemijahan, karena telur melayang/mengapung di permukaan air. Setelah ikan jantan dan betina digabung kemudian suhu air di cek dengan menggunakan pH meter, Termometer dan DO meter. Adapun suhu untuk pemijahan ikan tambakan berkisar 26,8 0C, pH nya 6,99 ppm, DO nya 5,1. Kemudian selang Aerasi di pasang kedalam bak fiber tersebut. Adapun tingkah laku pemijahannya adalah sebagai berikut, Ikan jantan akan mengejar-ngejar ikan yang betina. Kemudian warna air akan berubah menjadi keruh dan airnya bau amis dan kelihatan ada gelembung-gelembung kecil di air tersebut Kemudian ikan jantan akan memutar-mutarkan badannya dan membelitkannya kepada betian. Ikan betina yang sudah memijah akan terlihat bekas luka akibat gigitan dari ikan jantan yang cukup keras. Kemudian akan mulai memijah dan melakukan ovulasi pada pagi hari yaitu pada pukul 06:35. Telur akan mulai banyak yang keluar dan terbuahi. Kemudian induk jantan dan betina akan selesai memijah dan setelah itu induk dikembalikan ke kolam pemeliharaan induk pada pukul empat sore. Ciri-ciri telur yang dibuahi dan yang tidak dibuahi adalah sebagai berikut: Telur yang dibuahi berwarna kuning dan bening transparan, Sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna putih dan jika dibiarin terlalu lama akan ada jamur yang tumbuh. Telur tersebut bersifat melayang di permukaan air. 5.8Penetasan Telur 5.8.1 Persiapan Wadah Adapun wadah yang diperlukan untuk menetaskan telur adalah 3 buah bak fiber glass yang telah disediakan dan yang telah dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel pada bak fiber glass tersebut. Kemudian selang aerasi pada bak fiber glass tersebut dipasang sebanyak 6 buah. 5.8.2 Penebaran dan Inkubasi Telur Telur dipindahkan ke bak fiber glass yang telah disiapkan. Pemindahan telur dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan serok kain yang lubang kainnya rapat. Kemudian telur di serok perlahan-lahan, diserok sedikit demi sedikit tidak boleh terlalu banyak karena akan menyebabkan telur-telur akan menjadi rusak. Telur yang telah diserok disebar secara perlahan-lahan. Suhu dari ke tiga bak fiber glass tersebut adalah 27,37 0C, sedangkan untuk ph 7,13 dan DO nya 6,98 ppm. Telur yang dibuahi kemudian diukur diameternya dengan menggunakan mikroskop. Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk mengukur diameter telur adalah sebagai berikut: Mikroskop elektron, Cawan petrik, Gelas objek, Tissue, Jarum pentul, Wadah plastic. Kemudian telur diambil sebanyak 50 butir, diameter telur diukur setelah dua jam telur keluar pada pukul 08:45 – 09:15 WIB. Jadi jumlah diameter rata-rata telur yang telah diukur adalah 0,99 mm. Telur yang telah di Inkubasi mulai menetas setelah16-20 jam, pada kegiatan yang saya lakukan telur akan menetas pada pukul 21:30 WIB. Dikarenakan suhu penetasan pada telur sangat bagus sehingga telur akan cepat menetas. Telur dihitung dengan mengambil tiga kali ulangan, tiap ulangan diisi telur sebanyak + 200 butir telur. Kemudian telur dimasukkan ke tiga saringan. Adapun cara penghitungan derajat pembuahan telur adalah sebagai berikut. Sedangkan derajat penetasan dihitung dengan cara menghitung satu-satu jumlah larva yang menetas. Untuk jumlah telur, derajat penetasan , Hr, Fr, Gsi dapat dilihat pada tabel 4 di halaman lampiran. 5.9 Pemeliharaan Larva 5.9.1 Persiapan Wadah Pemeliharaan Persiapan wadah pemeliharaan larva dengan menggunakan bak beton yang berukuran 2,5 meter x 5,0 meter. Bak beton yang digunakan sebanyak tiga buah bak beton. Untuk menggunakan bak beton sebaiknya bak beton dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang menempel. Karena bak beton bekas pemeliharaan benih ikan patin siam dan bekas kultur pakan alami. Air yang ada di bak beton dibuang terlebih dahulu semuanya, kemudian setelah air yang ada didalam bak beton habis dibuang semuanya. Kemudian bak beton dibersihkan dengan menggunakan mesin pompa door smeer yang mempunyai daya dorongan air yang kuat. Kemudian air tersebut disorong ke pipa outlet dengan menggunakan sekop beserta kotoran yang telah dibersihkan. Setelah bak dirasa cukup bersih, kemudian bak dikeringkan selama satu hari. Pengeringan bak berguna untuk membunuh bibit-bibit penyakit dan kuman-kuman yang ada didalam bak. Kemudian selang aerasi dan batu aerasi tetap dipasang, kemudian aerasi di cek terus-menerus. Setelah bak dikeringkan kemudian air dimasukkan kedalam bak sebanyak 5000 liter atau 5 ton air. Jadi untuk ketiga bak dibutuhkan 15 ton air atau 15.000 liter air. Bak yang telah disiapkan, sebelumnya pakan alami sudah dikultur terlebih dahulu sebelum larva ditebarkan. 5.9.2 Pemanenan Larva Tambakan Larva dipanen setelah semua telur menetas, Larva dipanen dengan menggunakan serokan kain. Kemudian larva ikan dihitung dengan menggunakan sendok takar 5 ml. sebelumnya larva ikan telah dihitung berapa takar larva yang didapat dalam satu sendok takar. Kemudian panjang larva tambakan diukur dengan menggunakan mikroskop proyektor. 5.9.3 Penebaran Larva Tambakan Larva Tambakan ditebar di bak beton yang telah disiapkan dan yang telah tumbuh pakan alaminya buat pakan larva tambakan. Larva tambakan masih memiliki kuning telur, kuning telur larva tambakan akan habis setelah larva tambakan berumur dua hari. Setelah umur larva tambakan lewat 2 hari larva akan mulai memakan pakan alami yang ada di bak beton berupa Plankton. Adapun larva tambakan yang masih berumur satu hari belum dapat berenang kedalam kolom perairan. Larva baru dapat berenang kedalam kolom perairan setelah larva berumur 3 hari. Larva bersifat tenang dan tidak mau bergerak, tapi ada sebagian larva yang sudah langsung bergerak bebas dan berenang didalam kolom perairan. Untuk larva tambakan ini, aerasi tetap harus dipasang karena jumlah ikan yang ditebar terlalu padat dan suplai oksigen buat larva tetap ada. Larva yang baru menetas akan terapung dengan perut diatas dan ukuran larva yang baru menetas berukuran 2,5 mm. 5.9.4 Pendederan 1 Pada kolam pendederan I penebaran larva dilakukan pada pukul 13:30-17:00 WIB dengan cara larva diserok dengan menggunakan serokan kain. Kemudian Larva di takar dengan menggunakan sendok takar 5 ml dan dimasukkan kedalam baskom. Bak I diisi 200 takar (736.000), Bak II diisi 183 takar (673.440) dan Bak III diisi 175 takar (644.00). Dengan kapasitas air 5000 liter. Tiap satu takar 3680 ekor larva. Jadi jumlah larva yang menetas keseluruhannya 2.053.440. Pakan yang diberikan pada pendederan I berupa tepung pellet, selain itu larva makan pakan alami yang tumbuh di bak beton. 5.9.5 Pemberian Pakan Larva Tambakan Selain plankton larva tambakan dapat diberikan pellet yang lebih halus buat larva tambakan. Tetapi pellet dapat diberikan setelah semua larva dapat bergerak dan berenang bebas dan kuning telur telah habis sebagai pakan cadangan. Pemberian pakan dilakukan setelah 2-3 hari dengan cara menebarkan pakan diatas permukaan air. Frekwensi pemberian pakan dilakukan empat kali sehari sebanyak 12 gram/hari sampai umur 3 hari dan 20 gram/hari sampai umur 7 hari. Untuk pemberian pakan dengan cara Micro diet dilakukan dengan cara dilarutkan kedalam air kemudian di tebar ke permukaan air. 5.9.6 Pemanenan Benih Sebelum melakukan pemanenan benih tambakan, benih dipuasakan terlebih dahulu selama satu hari (di berok) gunanya untuk mengosongkan perut dan mengurangi amoniak pada ikan sewaktu dikirim. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan jaring, benih diambil sebanyak 10.000 ekor sesuai permintaan dari konsumen. Sebelum benih tambakan dikirim, larva tambakan ditampung didalam hapa, yang telah dipasang sebelumnya didekat kolam benih. Benih yang dipanen akan disumbangkan ke pesantren yang membutuhkannya dan juga untukrestocking. 5.9.7 Kultur Pakan Alami Sebelum larva di tebar kedalam bak pakan alami harus dikultur terlebih dahulu buat pakan larva. Bak yang dibutuhkan sebanyak tiga buah dengan ukuran 2,5 meter x 5,0 meter. Wadah yang dibutuhkan harus dibersihkan terlebih dahulu. Dengan cara air yang kotor didalam bak harus dibuang terlebih dahulu yang ada pada ketiga bak tersebut. Kemudian bak tersebut dibersihkan dengan menggunakan pompa yang mempunyai tenaga dorongan yang kencang. Bak dibersihkan dan Semua kotoran juga endapannya langsung dibuang. Lalu selang aerasi dipasang tiap-tiap bak yang akan digunakan. Kemudian air dimasukkan kedalam bak yang telah dikosongkan, air diisi sebanyak 5000 liter. 5.9.8 Pemupukan Untuk pemupukan bak dimulai setelah air bak diisi, adapun dosis pupuk yang digunakan adalah sebagai berikut. Urea 800 gram, Tsp 880 garam, Dedak 800 gram, Tepung ikan 400 gram, Tepung kedelai 400 gram. Sedangkan volume air untuk bak 1 dan bak ke 2 jumlah volume air nya adalah sebanyak 10 ton/10.000 liter air. Pemupukan berguna untuk menumbuhkan pakan alami. Jenis pakan alami yang biasa dimakan oleh larva ikan adalah plankton. Untuk bak yang ketiga langsung diambil pakan alami dari bak yang sebelahnya, dengan menggunakan mesin pompa dengan cara pakan alami disedot kemudian diisi sebanyak 5 ton/5000 liter yang ada pakan alaminya. Pada cuaca cerah pakan alami akan tumbuh dengan cepat, pakan alami akan tumbuh selama tiga hari dan jika pada cuaca mendung pakan alami akan tumbuh dengan lambat atau selama satu Minggu. Warna perairan yang bagus buat pakan alami berwarna hijau tua. Tabel 5. Pengukuran suhu air pada bak pakan alami. No Parameter yang diukur Nilai/Angka 1. Suhu 28,52 0C pH 6,74 DO 5,2 ppm 2. Suhu 28,94 0C pH 6,29 DO 4,14 ppm 5.7 Pengembangan Usaha Pembenihan 5.7.1 Kendala Teknologi pembenihan ikan tambakan telah dikuasain, namun masyarakat kurang tertarik untuk membudidayakan ikan tambakan tersebut dikarenakan pertumbuhannya sangat lambat. Maka diperlukan dibuat pelatihan-pelatihan yang mampu menarik masyarakat untuk ikut serta dalam melestarikan ikan tambakan. Perlu ditemukan lagi teknologi yang dapat mempercepat pertumbuhan ikan tambakan. Induk Ikan Tambakan masih sangat susah didapat, kebanyakan induk tambakan didapat dari hasil tangkapan alam, maka perlu dibuat teknologi untuk mempercepat calon induk tambakan yang baik. Keberhasilan usaha budidaya ikan sangat ditentukan oleh ketersediaan benih yang cukup jumlahnya dan bermutu baik. Ketersediaan benih yang cukup digunakan untuk kegiatan budidaya dan juga digunakan untuk cadangan diperairan umum, sehingga keberadaan ikan tersebut tetap lestari. Oleh karena itu, perlu diupayakan usaha pembenihannya. Komoditas ikan tambakan (Helostoma temmincki) UPT mengerjakannya. Balai Budidaya Air Tawar Sungai Gelam Jambi merupakan salah satu lembaga dibawah Departemen Perikanan dan Kelautan yang berperan dalam pengembangan teknologi pembenihan air tawar termasuk ikan tambakan. Menyebarkan informasi teknologi pembenihan ikan tambakan yang aplikatif kepada masyarakat. Rekaya teknologi pakan yang cocok untuk perkembangan gonad ikan tambakan. Aspek pembesaran untuk calon induk ikan tambakan dapat dilakukan yaitu, melakukan rekaya pembesaran ikan tambakan secara intensif baik di BBAT Jambi, maupun di masyarakat pembudidaya ikan yang memiliki lingkungan yang cocok untuk pemeliharaan ikan ini. Mencari alternatif budidaya pembesaran ikan tambakan selain dikolam sehingga pemanenan lebih mudah. Mencari alternatif untuk mengurangi resiko kematian benih pada saat benih di pindahkan dari bak Fiber glass ke bak Beton. Kemudian mencari solusi untuk menumbuhkan pakan alami buat benih tambakan secara cepat. 5.7.2 Prospek Usaha kedepan Benih tambakan di restocking didaerah Lubuk Larangan. Untuk harga tambakan yang siap dikonsumsi 30.000-40.000/kg untuk ukuran 100 gram atau 10 ekor/kg. Manfaat dari restocking ikan tambakan ini adalah untuk pelestarian plasma nutfah atau ikan-ikan yang telah ada dilestarikan agar tidak punah dan bisa terdapat dialam dan masyarakat luas bisa mengkonsumsi ikan tambakan tersebut. Untuk manajemen restocking, ikan yang telah di restocking dilakukan 3 kali pengecekan seperti sampel awalrestocking. Ikan tambakan sudah sejak lama membawa manfaat bagi manusia. Di wilayah aslinya di Asia Tenggara, ikan ini dibudidayakan untuk diambil dagingnya. Ikan tambakan juga biasa dipancing di alam liar. Belakangan, ikan tambakan menjadi salah satu komoditas ikan hias air tawar karena wujud dan perilakunya yang unik. Sebagai dampak dari popularitasnya sebagai ikan hias, sejumlah besar ikan tambakan yang masih berukuran kecil diekspor ke negara-negara lain seperti Jepang, Eropa, Amerika Utara, dan Australia. Kemudian setiap tiga bulan sekali dilakukan pengambilan sampel ikan di lokasi restocking. Selain itu harga benih ikan tambakan didaerah Palembang yang ukuran 2 cm dihargai 200 rupiah tiap 1 ekor. Sedangkan untuk analisa usahanya yaitu investasi total Rp. 52.700.000 sedangkan untuk total biaya produksinya Total Biaya= Biaya tetap+Biaya tidak tetap= Rp. 7.420.000+2.935.000 = Rp. 10.355.000. Untuk Pendapatan Benih nya ukuran 2 cm yang di panen dikali harga Benih ukuran 2 cm 150.000 ekor @. 200 = Rp. 30.000.000. Keuntungan adalah total penerimaan setelah dikurangi dengan biaya total, Pendapatan –Total biaya = Rp.30.000.000-10.355.000 = Rp.19.645.000. R/C Ratio = Pendapatan : Total Biaya = Rp. 30.000.000 : Rp. 10.355.000 = 2,89 Artinya setiap pembiayaan sebesar Rp. 2,00 akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 2.89 Sedangkan untuk BEP Volume Produksi Total Biaya : Harga Satuan = 10.355.000 : 200/ekor = 51.775 ekor. Artinya titik balik balik modal usaha ini akan tercapai bila volume produksi benih mencapai 51.775 ekor. BEP Harga Produksi, Total Biaya : Total Produksi = 10.355.00 : 150.000 = 69,033/ekor Pay Back Periode (PP), PP = Investasi : Keuntungan x 1 Tahun = 52.700.000 : 39.290.000 = 1,3 Tahun. CASH FLOW = Keuntungan + Biaya Penyusutan = 39.290.000 + 5.270.000 = 44.560.000 Periode produksi dua kali dalam setahun dengan target produksi benih yang di peroleh 1.200.000 ekor/siklus atau 2.400.000 ekor/tahun. VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari kegiatan pemijahan ikan tambakan di bak beton dapat disimpulkan bahwa derajat pembuahan (FR) pada bak Fiber glass 97,6% dan Jumlah telur yang menetas (HR) 95,5 % dan suhu air yang bagus buat pemijahan 27-30 0C sedangkan SR nya tidak ada. Keberhasilan dari kegiatan perekayasaan ini dapat memberikan pengetahuan guna mempercepat proses ahli teknologi pemeliharaan ikan tambakan dan untuk dikembangkan melalui usaha perikanan yang akhirnya akan dapat menjadikan usaha ekonomis yang menguntungkan. 6.2 Saran Dari hasil praktek kerja lapang maka saran yang dapat diambil yaitu: • Perlu dilakukan pemisahan terhadap induk tambakan yang telah selesai dipijahkan dengan yang belum matang gonad. • Sebaiknya pada saat melakukan pendederan Larva ikan tambakan jangan di pindahkan di Bak Beton luar Hatchery, tetapi biarkan saja dulu larva tersebut masih tetap di dederkan di bak dalam hatchery. Karena larva masih rentan terhadap suhu dingin. • Perlu dilakukan pengkulturan pakan alami yang cukup bagi larva dan benih tambakan. • Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam teknologi pemeliharaan benih, pendederan dan pembesaran supaya tingkat kelulushidupan ikan tambakan tinggi, sehingga usaha pembenihan ikan tambakan dapat efektif. DAFTAR PUSTAKA Heru Susanto. 1999. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta. Mashudi, Ediwarman dan Maskur. 2001. Pemijahan ikan tambakan (Helostoma temmincki). Balai Budidaya Air Tawar Jambi. Jambi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar